Mengasuh dan mendidik anak harus penuh perencanaan. Kalau perlu semuanya tertulis, seperti yang dilakukan oleh Henk Uno demi mempunyai keturunan yang jauh lebih baik dari dirinya.
Mungkin tidak banyak yang mengenal sosok Henk Uno, tetapi nama Uno-nya begitu terkenal seiring dengan kesuksesan Istri dan anak-anaknya, Mien R. Uno dan Sandiaga Uno serta Indra Cahya Uno. Bila kita sering mendengar perkataan ‘di balik kesuksesan seorang pria, pasti ada wanita hebat yang mendukungnya’, maka kisah Bapak Henk Uno bisa disebut ‘di balik kesuksesan sebuah keluarga, ada seorang Ayah yang hebat’.
Kisah Henk Uno bukan seperti kisah biografi tokoh cemerlang pada umumnya, yang sukses dan berpengaruh dalam bisnis, politik atau di masyarakat. Orientasinya sangat besar pada keluarga, bahkan tampak dalam visinya, yaitu menciptakan generasi yang lebih baik.
As simple as that. Tetapi visi yang jelas tersebut membawanya menjadi seorang ayah yang tahu benar bagaimana mendidik anak-anaknya, bagaimana membina rumah tangganya dan apa saja yang harus dilakukan. Henk memulai itu semua dari mengenali dan menerima apa yang menjadi kekurangannya dan menjadi pemicu segala usahanya untuk mencapai impiannya.
Henk yang berpostur pendek, tetapi sebenarnya menyimpan keinginan untuk menjadi pilot. Ia pun mengatasi kekurangannya ini dengan pencapaian prestasi akademis yang tinggi. Sejak awal ia sudah berniat untuk mencari pasangan hidup yang tinggi dan cantik, sebagai usahanya untuk ‘memperbaiki keturunan’. Demikianlah ia bertemu dan akhirnya memilih Mien Uno sebagai istrinya.
Sejak awal menikah, Henk sudah menyiapkan langkah-langkah dalam usahanya mendidik calon anak-anak mereka sebaik mungkin. Ia bahkan memiliki GBHB, Garis Besar Haluan Berkeluarga yang berisi langkah-langkah panduan berkeluarga dan mendidik anak-anaknya kelak. Ini bahkan ia siapkan sejak awal, termasuk memutuskan dimana ia akan tinggal dan bekerja. Ia menerima pekerjaan di sebuah perusahaan minyak di daerah terpencil tetapi mempunyai sarana yang baik, yang ia putuskan sebagai lingkungan yang tenang dan kondusif untuk memulai sebuah keluarga.
Demi mendapatkan keturunan yang baik dan unggul, Bapak Henk dan Ibu Mien merencanakan semuanya dengan sangat terperinci. Mereka menahan diri hingga semuanya beres dan ‘settle’, ketika tubuh berada pada kondisi yang bugar, dan diiringi doa agar Tuhan memberikan keturunan yang terbaik.
[caption id="attachment_51366" align="aligncenter" width="701"] Henk Uno, Mien Uno bersama anak-anak, menantu dan cucu-cucunya[/caption]
Dalam panduan tersebut juga berisi bagaimana langkah-langkah memastikan kehamilan yang sehat, pemberian nama, sasaran jangka pendek selama 6 tahun awal usia anak-anak, asupan gizi dan kegiatan apa yang harus diperkenalkan kepada anak-anak.
GBHB tersebut bahkan dirangkum dalam sebuah makalah dan pernah dipaparkan dalam sebuah seminar. Dalam GBHB tersebut diatur secara rinci dan dibagi menjadi beberapa tahapan. Mulai dari persiapan sebagai orang tua dalam memilih tempat bermukim yang tepat, menyiapkan anak dalam menghadapi kesibukan orangtua, memaparkan anak pada kegiatan luar rumah, melibatkan pembantu sebagai orang ketiga, pendidikan formal dan nonformal anak, hingga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri.
GBHB ini disepakati oleh Bapak Henk dan Ibu Mien, dan berjanji untuk tidak melanggarnya. Tidak ada kesulitan berarti mengingat latar belakang keluarga Ibu Mien yang sangat disiplin dan serba teratur. Di dalamnya juga termasuk kesepakatan mereka untuk saling menahan diri, agar jika terjadi perselisihan tidak berlanjut dan berlarut-larut.
Bapak Henk bisa jadi termasuk generasi jaman dulu, dengan tantangan pengasuhan anak yang sedikit-banyak berbeda dengan apa yang kita hadapi di masa kini. Sandiaga Uno, putranya pun mengatakan bahwa pendidikan dari sang ayah merupakan pelajaran tidak ternilai yang membentuk dirinya hingga saat ini. Tetapi ia mempunyai caranya sendiri, yang tidak serta merta sama dengan sang ayah, dalam mendidik anak-anaknya.
Bapak Henk dalam pandangan saya adalah sosok seorang ayah yang langka, yang sangat berorientasi pada keluarga dan banyak berkorban demi kesuksesan generasi keturunannya. Tetapi bukan itu saja, beliau juga sangat serius dan berperan langsung, menjadi imam sekaligus manajer dalam mempersiapkan masa depan anak-anaknya, walaupun mereka bukan berasal dari keluarga kaya.
(Saya hanya sempat berbincang sebentar dengan Bapak Henk Uno, tetapi kisah Bapak Henk Uno ini selengkapnya dituturkan dalam buku ‘biografi’ beliau yang baru saja terbit, berjudul ‘Uno, Demi Generasi Yang Lebih Baik’. Buku ini ditulis oleh Renville Almatsier, seorang mantan wartawan yang merupakan kerabat keluarga Uno.)