Sorry, we couldn't find any article matching ''
Parenting di Media Sosial, 4 Hal yang Harus dilakukan
Siapa di antara Anda yang akhir bulan Februari kemarin mampir ke acara Social Media Week di Pacific Place? Atau, mungkin ada yang datang saat Mommies Daily mengadakan talkshow bareng Amalia Sari Utomo, seorang Creative Director Juara Agency dan juga ibu dari anak remaja yang aktif di media sosial? Waktu itu Mommies Daily memang berkesempatan meramaikan acara Social Media Week dengan membuat acara talkshow dengan tema "Parenting in Social Media."
Hidup di era teknologi seperti sekarang ini memang menuntut kita untuk lebih melek dengan perkembangan yang ada. Salah satunya, tentu saja dengan media sosial. Tanpa disadari, media sosial dengan jaringan yang nggak ada batasnya jadi salah satu jembatan untuk mengetahui dunia. Makanya, media sosial pun akhirnya berpengaruh pada dunia parenting.
Sayangnya, sampai sekarang masih banyak orangtua yang sering tutup mata dengan hal ini. Bahkan sebuah riset yang membuktikan kalau 96% remaja di dunia menggunakan media sosial dalam kesehariannya, menyatakan hanya 15% dari orang tua mengetahui media sosial mereka. Nah, kebayang nggak, sih, apa dampak buruknya kalau anak-anak kita menyalahgunakan media sosial? Terjerumus pada hal negatif, atau bahkan jadi korban cyber crime? Duh, ngeri ya!
Dari sini bisa terlihat kalau sebenarnya kita sendirilah yang berperan ketika seorang anak menyalahi penggunaan media sosial. Sebagai orangtua kita nggak bisa 'tutup mata' dengan kemajuan teknologi.
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan?
1. Jangan jadi orangtua yang gaptek
Amalia Sari Utomo, atau yang biasa di sapa Lia ini juga menyayangkan kalau saat ini masih banyak orangtua yang nggak mau tahu dengan kemajuan teknologi. Malah, dengan gampangnya mereka bilang, “Ah, gue gaptek.” Padahal semua ini 'kan bisa dipelajari. Paling nggak sebagai orangtua, sudah seharusnya kita bisa selangkah lebih maju dari anak-anak.
Tahun ini usia Bumi, anak saya, sudah 5 tahun. Tapi apakah anak balita seusia Bumi ‘buta’ dengan sosial media? Tentu saja nggak. Soalnya, tanpa sadar, saya sebagai orangtua sudah mengenalkannya dengan social media, yaitu Youtube.
“Sadar atau nggak, sebenarnya social media yang pertama kali kita kenalkan pada anak-anak itu adalah Youtube. Sejak anaknya balita, banyak orangtua yang sudah memperlihatkan video lewat Youtube. Di mana ada sharing, bisa memberi komentar, bisa follow dan di-follow, di mana kita bisa terkoneksi dengan orang lain itu sebenarnya sudah social media,” ungkap pemilik akun twitter @absolutraia .
2. Sesuaikan usia dan kebutuhan anak
Kalau Youtube secara tidak sadar sudah dikenalkan pada anak ketika mereka berusia balita, bagaimana dengan media sosial yang lainya seperti Twitter, Facebook, Path ataupun Instagram? Secara sadar usia berapa sebenarnya media sosial tersebut boleh kenalkan pada anak-anak?
Menanggapi pertanyaan ini Lia pun menjawab, “Sebenarnya ini juga sedikit tricky, ya. Ada orangtua yang memang membuatkan media sosial untuk anaknya sekadar untuk fun saja. Tapi sebenarnya peraturan sosial media itu 'kan ketika dibuat juga sudah melalui riset panjang dan nggak main-main. Biasanya setiap media sosial juga sudah ada batasan usianya. Nah, kadang orangtua sendiri yang melanggar, dan nggak tau konsekuensinya apa. Sebenarnya sama saja ketika kita membiarkan anak-anak menonton film dewasa padahal usia mereka masih di bawah batasan umurnya. Kalau secara saklek, ya, seharusnya kita bisa melihat dari batas usia dari masing-masing platform social media tersebut.
Saat anak-anak ingin membuat akun media sosial, selain disesuaikan dengan usia anak jangan lupa akan kebutuhannya apa. Kalau kita pikir, social media tersebut memberikan lebih banyak dampak positif dibandingkan negatifnya, ya, kenapa ngggak? Contohnya Instagram, di sini sisi kreativitas anak bisa terasah karena anak bisa belajar foto dan menuliskan caption-nya.
3. For parents, stalking is allowed
Memangnya, seberapa jauh, sih, kita bisa kepo terhadap sosmed anak? Perlu nggak kita buka akun sosmed anak setiap hari? Katahui jawaban Lia di laman berikut, ya.
“Kalau ini, balik lagi ke usia, ya, Ada saatnya kita memang harus benar-benar strict dan bilang ke anak-anak kalau kita harus tau password-nya apa. Kalau diganti, kita juga harus tahu alasannya. Tapi ketika anak semakin besar, mereka tentu lama-lama sudah bisa kita lepas kalau memang sudah bisa bertangung jawab dengan apa yang mereka lakukan.”
Intinya, sih, stalking is allowed. Oh, ya, waktu itu Lia cerita kalau ia pernah melihat salah satu teman anaknya yang menulis status di Path, "Now reading fifty shades of Grey." Lia pun akhirnya langsung memberitahukan pada orangtuanya. Sharing dan bertukar informasi seperti ini nggak cuma bikin kita up to date tapi juga satu cara mengawasi anak-anak dalam pergaulan mereka di media sosial.
“Kita memang harus meminta bantuan sesama orang dewasa, dan kita juga harus open minded ketika ada orangtua yang memberitahukan postingan anak kita. Karena tidak semua orangtua itu bisa menerima dengan baik ketika ada orang yang memberikan informasi seperti ini,” ungkap Lia.
Sebenarnya banyak cara untuk mengawasi atau mengontrol anak-anak dalam pergaulan mereka di media sosial. Selain mengetahui password, Lia menyarankan agar GPS lokasi dari media sosial anak-anak lebih baik dimatikan, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
4. Edukasi manfaat dan risiko dari media sosial
Yang nggak kalah penting, kita juga wajib mengedukasi anak-anak tentang kegunaan media sosial untuk anak seusianya. Misalnya dengan mengajari agar berteman dengan orang-orang yang mereka sudah kenal saja, segera menolak jika ada teman yang tidak dikenal untuk bertemu secara langsung, jangan memasukkan data diri seperti alamat, nomor telepon ataupun sekolah, termasuk tidak meng-klik link yang tidak jelas. Jelaskan juga secara detail segala risiko jika mereka melanggarnya.
Lia menganalogikan sosial media ini seperti mall. Apa pun bisa kita dapatkan di sana. Berbagai tipe orang pun bisa ditemui di sosial media, ada yang baik ada juga yang membahayakan diri mereka. Untuk itu, kita sebagai orangtua wajib mengawasinya. Saya yakin, Anda juga setuju dengan hal ini, 'kan?
PAGES:
Share Article
COMMENTS