banner-detik
SELF

Motherhood Monday: Stella Sutjiadi, "Bermain Jadi Perekat Orang Tua dan Anak"

author

sazqueen09 Mar 2015

Motherhood Monday: Stella Sutjiadi, "Bermain Jadi Perekat Orang Tua dan Anak"

Ketika tahu, kalau akan berbagi panggung di acara New Parent Academy Short Class Jakarta dengan Stella Sutjiadi, saya langsung buru-buru memberanikan diri untuk meminta waktu wawancara. Apa pasalnya? Karena saya ingin sekali mendapatkan ilmu bermain bersama anak dari Mommygram yang satu ini.

ss2

Stella Sutjiadi, lulusan FSRD ITB ini selalu bermain bersama anaknya setiap hari. Bukan hanya bermain, tapi juga membuat sendiri mainan yang dirasa bisa menstimulus tumbuh kembangnya. Coba intip akun Instagram Stella, deh. Isinya berbagai proses dan hasil bermain bersama Daffa, putrinya yang berusia 2,5 tahun. Stella juga tidak pelit berbagi ilmu. Di setiap postingan-nya, Stella menjelaskan bahan dan cara membuat permainannya hari itu, serta penjelasan kegunaan dari mainan tersebut. Psst, FYI Mommies, semua gambar yang ada di IG Stella itu digambar sendiri!

Jadi sebetulnya, Stella dapat pengetahuan soal pentingnya bermain bersama anak itu dari mana, ya?

Untuk pengetahuan, saya dapat dari banyak sumber. Beberapa di antaranya dari buku parenting tulisan Ayah Edi, website Baby Center, dan akun Twitter Psikolog anak, Mbak Anna Surtinina. Tiga sumber inilah yang paling cocok dengan pemikiran saya tentang tumbuh kembang anak. Dan dari sumber ini, saya bisa menyimpulkan bahwa sebetulnya kegiatan bermain dan mengeksplor untuk anak, terutama di usia dini, bukan hanya 'keinginan' tapi juga 'kebutuhan' yang sangat mendukung perkembangannya. Dan kita sebagai orang tua (fasilitator) wajib memenuhinya.

Kalau ide bermainnya dapat dari mana, Stel?

Kalau untuk ide bermain, biasanya saya dapatkan justru ketika sedang berinteraksi dengan Daffa. Pas main bersama, entah dari celotehannya, atau dari cerita buku yang kami baca bersama, dari film yang lagi saya tonton, atau dari permasalahan yang muncul sehari-hari ketika sedang menghadapi Daffa, hehehe.

Tentunya juga banyak yang didapat dari browsing untuk melihat ide-ide bermain ibu lainnya yang cemerlang! Banyak banget, nih, ide bikin sesuatu yang didapatkan dari internet. Kadang saking banyaknya, saya suka suka berhenti browsing. Soalnya kalau sudah browsing, suka pusing sendiri mau bikin yang mana duluan. Semua menarik! Hahaa

ss5

 

Selanjutnya apa ya bahan-bahan dan alat yang diperlukan?

Nah, kalau bahan-bahannya gimana?

Kalau bahan biasanya saya maksimalin dari apa yang terutama barang-barang bekas. Kalau dirasa kurang, baru ditambah dengan bahan yang sudah saya beli dan memang sudah saya stok di rumah. Tiap pergi jalan-jalan sama Daffa, saya suka sambil lirik-lirik, sih, apa yang kira-kira bisa dijadiin bahan mainan. Pas ketemu sesuatu, ya langsung dibeli. Jadi nanti waktu mau bikin sesuatu tinggal ambil dari kotak-kotak persediaan bahan.

Jadi penasaran, deh, Stella memang sudah suka bikin prakarya dari kecil, ya?

Iya, kebetulan begitu, hehe. Saya suka sekali menggambar. Waktu kecil, saya pernah coba bikin rumah polypocket sendiri dari kotak plester. Well, nggak selesai, sih, hahaha! Ini gara-gara lihat polypocket sepupu, terus kepingin, tapi nggak akan dibeliin juga sama mama.

Sebetulnya dulu setelah berhenti kerja dan sebelum Daffa lahir, saya sempat punya online shop berdua sama adik ipar. Kami menjual crafty stuff hasil karya berdua. Tapi sejak Daffa usia 4 bulanan, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dulu dan fokus untuk Daffa sampai sekarang.

So how was becoming a mother changed the way you create?

Jelas sekali berubah! Semua berubah arah menjadi untuk Daffa. Dulu saya masih suka terima pesanan sarung bantal atau apron set untuk anak. Tapi, ya itu tadi, sejak Daffa 4 bulan, saya stop semua. Jadinya setiap hari hanya bikin karya untuk dipakai beraktivitas dengan Daffa.

ss3

Oke, jadi sekarang berkarya untuk Daffa, ya! Kalau mengatur waktu untuk membuat objek mainan ini bagaimana, Stel?

Biasanya saya buat ketika Daffa tidur, atau ketika Daffa sedang screen time, saya cicil membuat mainannya sambil menemani Daffa nonton. Walau susah, sih, karena biasanya Daffa minta ditemenin nontonnya, nggak boleh nyambi!

Daffa ikut bantu bikin-bikin nggak?

Daffa ini punya kecenderungan cepat sekali bosan. Jadi saya berusaha menghindari momen membosankan bagi Daffa karena bisa menghilangkan mood baik untuk bermain akibat terlalu lama menunggu proses pembuatan mainannya. Jadi kalau urusan mengajak Daffa membuat mainannya, saya lihat dulu tingkat kesulitannya. Kalau memang terlalu sulit, saya yang buat semuanya. Jadi Daffa bisa langsung fokus pada permainannya. Kalau tidak terlalu sulit, saya akan ajak Daffa ambil bagian misalnya menghias atau menyambung beberapa bagian yang sudah jadi.

Tentunya saya berharap sekali, Daffa bisa ikut ambil bagian dalam setiap pembuatan mainannya.

Seru, ya! Lalu Stel, kalau jadwal untuk setiap permainan bagaimana?

Well, seorang teman pernah cerita bahwa sebenarnya jadwal bisa membantu anak menjadi lebih teratur. Dengan adanya jadwal, lama kelamaan anak jadi terbiasa dengan ritme hidupnya. Tapi untuk Daffa sendiri, nih, sebetulnya saya sudah lama ingin menerapkan teknik jadwal ini, hanya belum bisa teralisasi hingga sekarang.

Bentuk jadwalnya yang ingin saya buat, persis seperti contoh tadi. Senin: sensori, Selasa: art&craft, Rabu: motorik halus, Kamis: motorik kasar, Jumat: musik, Sabtu & Minggu: bebas.

Terutama jika nanti Daffa jadi home schooling. Sepertinya jadwal ini wajib saya buat. Tapi untuk sementara waktu ini, kegiatan bersama Daffa masih bersifat spontan. Jadi ikutin aja, Daffa mau kegiatan apa. Biasanya saya mengusahakan minimal satu sampai tiga kegiatan, dengan topik yang berbeda-beda. Jadi bisa dalam satu hari Daffa melatih motorik halus, kasar, dan koordinasi mata serta daya ingat.

Wait, home-school?

Iya, nih. Dengan alasan personal berdua suami. Tapi dengan rencana ini, harapan kami, Daffa bisa fokus mengembangkan minat dan bakatnya dari usia muda. Sehingga nantinya Daffa bisa menentukan profesinya dan bisa menjalankan pilihannya dengan baik.

Nah, nanti kalau rencana ini berjalan lancar, maunya sih Daffa bisa homeschooling sampai jenjang SMA. Jika nanti ternyata Daffa memilih profesi yang menuntut adanya ijazah, maka ia bisa meneruskan ke universitas formal.

Tapi ini baru niat dan rencana kami hingga saat ini. Tidak menutup kemungkinan jika seiring waktu kami menemukan berbagai alasan yang lebih baik untuk memasukkan Daffa ke sekolah formal, why not?

Kalau alat-alatnya apa saja, Stel? Kan bisa jadi contekan, nih!

Hmm, kalau untuk dipakai bersama anak, alat-alatnya ada gunting kecil yang bukan plastik tapi ujungnya tumpul, lem stick, selotip bening, selotip kertas, spidol kecil, marker untuk white board, pensil, penggaris, dan berbagai bahan untuk. Alat-alatnya disimpan dalam box sendiri, seperti ini:

unnamed (4)

 

Bagaimana kalau si kecil menolak bermain? Simak penjelasan Stella di halaman berikutnya.

Oh iya, pernah nggak, sih, tawaran bermain ditolak oleh Daffa?

Ada banget, BANYAK! Haha. Biasanya kalau ditolak Daffa, ya sudah, saya simpan lagi, nanti coba ditawarin lagi setelah beberapa saat atau waktu. Tapi kadang juga Daffa suka ngoprek lemari penyimpanan mainannya. Dan ternyata di waktu yang berbeda, reaksinya bisa berbeda 180 derajat, loh. Pertama kali nggak mau, nih, langsung ditinggal pergi. Tiba-tiba beberapa waktu kemudian, langsung dimainin, bahkan kadang diulang-ulang!

Jadi kalau ada mainan buatan Mommies yang ditolak anak, jangan dibuang. Disimpan saja, nanti coba ditawarin lagi. Kalau belum mau juga, simpan lagi. Sampai tiba saatnya mainan itu menjadi menarik bagi anak. Semangat!

So what have you learned from how your daughter approach her own creativity?

Bahwa semuanya butuh proses. Dan proses sebenarnya jauh lebih penting daripada hasil akhir. Dari proses, Daffa banyak belajar untuk bisa jadi lebih sabar untuk banyak hal dan pantang menyerah.

Screen Shot 2015-03-07 at 2.40.31 AM

Apakah bisa menciptakan beragam aktivitas harian ini jadi pencapaian tersendiri untuk pribadi Stella?

Hmmm, sepertinya, sih, aktivitas untuk Daffa ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan pencapaian terbesarku yaitu menjadi Stay-At-Home-Mom. Dari awal merasakan suka dukanya memiliki anak, mengasuh anak sampai mendidiknya dengan tangan saya sendiri. This is my biggest achievement so far.

Lalu kalau kontribusi suami dalam bermain bersama anak gimana, Stella?

Suami saya kontribusinya lebih ke ikut bermain setelah mainannya jadi. Plus, akhir-akhir ini sejak Daffa berhasil weaning with love, suami seringkali bantu nidurin Daffa. Jadi saya bisa langsung membuat mainan untuk Daffa, sementara Daffa tidur ditemani Bapak. Oh iya, suami saya ini malah sering banget lebih fasih ngajak main Daffa dengan mainan buatan saya, loh!

Screen Shot 2015-03-07 at 2.38.23 AM

 

Sssttt, Stella punya rencana besar di tahun 2015, mau tau apa? Yuk, lanjut ke halaman berikutnya

Kalau nggak salah dengar, kemarin sempat cerita ada rencana besar di tahun 2015, ya? Apa tuh?

Ada banget! Iya, saya pengen banget memenuhi janji untuk teman-teman di Instagram untuk menyelesaikan Buku Main Daffa. Tapi ternyata, menyelesaikan buku sederhana ini nggak simpel ya. Padahal bukunya beneran sederhana, deh. Enggak ada niat untuk diajukan ke penerbit juga, mau print sendiri aja pakai printer di rumah. Tapi memang waktu untuk menyelesaikannya yang sulit karena saya harus berbagi waktu dengan membuat mainan atau aktivitas Daffa.

Mohon doa, ya, Mommies! Agar buku ini bisa terealisasi tahun ini. Aamiin!

By the way, kapan, sih, waktu Stella pegang HP? Untuk update aktivitas Daffa di IG itu real time, nggak?

Hihihi, saya memang coba mengurangi pegang HP kalau sedang bersama Daffa. Niatannya mencoba untuk konsisten dengan Daffa yang juga diajak untuk bisa beraktifitas tanpa gadget. Jadi biasanya kalau update di IG itu seringnya saat Daffa tidur siang atau malam. Bisa juga real-time, sih! Ini bisa terjadi kalau Daffa sedang sibuk beraktivitas sendiri.

Nah, akhir-akhir ini Daffa mulai terbiasa hidup tanpa gadget, otomatis screen time berkurang banyak, dan sudah jarang sekali meminjam gadget. Kalau dulu, sempat ada masanya tiap lihat ada yang pegang HP atau gadget lainnya, Daffa akan insist untuk pinjam, sekarang hanya sesekali. Itupun kalau diarahkan ke jam screen time-nya, Daffa sudah mengerti. Jatah screen time Daffa 2 kali sehari, 11-12 siang dan 8-9 malam.

Screen Shot 2015-03-07 at 2.25.44 AM

Stella merasa mendapat pelajaran nggak setelah punya anak dan memtuskan untuk membuat alat bermain serta bermain setiap hari bersama Daffa?

Tentunya, dong. Pertama bahwa setiap anak sebenarnya terlahir sangat-sangat pintar. Setiap anak, bahkan yang belum bisa bicara sebenarnya terus menyerap yang yang ia dengar dan lihat setiap hari. Jadi, jangan kaget kalau suatu hari tiba-tiba anak mengulang sebuah kalimat yang dulu sekali pernah kita ucapkan disaat si anak belum fasih bicara. Karena itu, saya selalu berusaha untuk memberikan contoh terbaik, karena sadar Daffa nanti akan berprilaku seperti apa yang ia lihat dan rasakan.

Kedua, bahwa setiap anak punya passion masing-masing, punya kecepatan, dan pola belajar sendiri yang tidak dapat kita paksakan atau atur sesuai keinginan kita. Tapi justru kitalah yang harus menyelami anak sedemikian rupa sehingga kita bisa menemukan pola belajar anak yang unik dan berbeda satu sama lain. Dengan begini, stimulasi bisa dilakukan dengan maksimal.

Ketiga, terakhir, nih, menurut saya tidak ada anak yang memiliki maksud untuk membuat orang tuanya emosi. Kalau saja, kita sebagai orang tua, punya kesabaran yang cukup panjang, akhirnya kita bisa menemukan alasan baik (atau lucu atau polos) dari setiap kelakuan anak. Karena kadang kelakuan anak-anak kan seperti selalu menguji limit kesabaran kita pada saat itu, ya.

Jadi pelajaran terbaiknya adalah untuk terus melatih dan mengolah kesabaran serta emosi diri sendiri setiap hari.

Ada kiat khusus untuk mommies yang sedang mencari cara untuk bisa bermain bersama anak secara intensif?

Ciptakan quality time bersama anak sebanyak-banyaknya. Dalam setiap kegiatan bermain, jangan terfokus dengan alat permainannya karena alat permainan ini hanya alat bantu, yang utama adalah interaksi dan perhatian penuk kita sebagai orang tua untuk anak saat bermain bersama.

Dari perhatian yang penuh saat bermain, pasti kemudian akan mempermudah kita menentikan jenis atau tipe kegiatan yang pas dan disukai oleh anak. Inilah yang akan membantuk kita menemukan ide bermain yang sesuai untuk anak kita masing-masing.

--

Thank you so much, Stella! Semoga bisa terus menginspirasi banyak orang terutama para orang tua untuk bermain dengan sepenuh hati bersama anak-anaknya. Semoga bukunya cepat terbit, ya!

And Mommies, let's play with our kids!

PAGES:

Share Article

author

sazqueen

a mother of one who study Anthropology by choice! Hello motherhood.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan