Sorry, we couldn't find any article matching ''
Anak Kurang Gizi? Hati-hati Risiko Stunting
Percaya nggak, Mommies, kalau anak balita yang pendek sebenarnya bukan karena faktor genetik atau keturunan? Kondisi anak pendek ini justru dikarenakan mereka menderita stunting, yaitu pendek yang disebabkan karena mereka kurang gizi. Sedihnya, kondisi ini ternyata bisa menyebabkan anak berpotensi mengidap berbagai penyakit dan memiliki intelegensia yang rendah di kemudian hari.
Kondisi ini dipaparkan Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, Dr. PH. yang saya temui beberapa waktu lalu di acara jumpa pers Program Rantai yang dilakukan Mondelez Indonesia. Guru Besar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia ini menyebutkan, "Malnutrisi atau salah gizi, baik kekurangan atau kelebihan gizi merupakan tantangan yang membutuhkan perhatian khusus dan segera. Menurut Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan tahun 2013, prevalensi anak umur di bawah lima tahun (balita) yang mengalami stunting, yaitu pendek atau sangat pendek pada umurnya sangat tinggi, sebesar 37.2%." Bahkan menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan anak pendek terbanyak kelima setelah India, China, Nigeria, dan Pakistan.
Prof. dr. Endang juga menjelaskan kalau stunting merepresentasikan anak yang telah kekurangan gizi kronis dan berulang. Umumnya hal ini terjadi pada usia saat dini kehidupan, terutama 1000 hari pertama atau 270 hari dalam kandungan ditambah 730 hari umur dua tahun pertama kehidupan. Kondisi ini tentu saja bisa berdampak pada banyak hal. Nggak cuma soal tinggi badan, tapi juga terganggunya perkembangan kognitif anak dan tingkat kecerdasannya, sehingga akan berpengaruh pada daya saing anak ketika ia tumbuh dewasa.
Nggak heran, ya, kalau perempuan hamil memang wajib memperhatikan asupan makananannya. Kalau nggak, kondisi sang janinlah yang jadi taruhannya. Sepengetahuan saya, delapan minggu pertama kehamilan memang merupakan fase yang sangat penting, di mana pembentukan organ tubuh terjadi, termasuk otak. Kemudian dilanjutkan dengan fase pembelahan sel yang menentukan jumlah sel otak. Nah, kalau gizi nggak cukup, pembelahan sel dan pembentukan organ otomatis bisa terganggu.
Hal ini pun ditegaskan Prof. dr. Endang, “Kelompok 1000 hari pertama dalam kehidupan dampaknya bisa bersifat permanen. Kalau dalam seribu hari pertama organnya kecil, pasti tidak akan bekerja maksimal pada saat dewasa.”
Memang, sih, permasalahan anak stunting ini lebih banyak dialami anak-anak yang tinggal di Indonesia bagian timur, tapi bukan berarti anak-anak di kota besar di Pulau Jawa tidak mengalaminya, loh. Seperti yang dibilang Prof. Endang waktu itu, "Di Jawa, meskipun lebih kecil bukan berarti tidak ada, karena dari segi jumlah penduduknya banyak. Sementara kalau di Indonesia Timur, prevalasnisnya memang tinggi, tapi jumlah penduduknya 'kan juga lebih sedikit dibandingkan di Jawa."
>> Selanjutnya: Penyebab lain terjadinya stunting.
Ternyata ada hal lain yang memicu terjadinya stunting. Menurut Prof. dr. Endang, ada dua hal yang menjadi penyebab, yaitu asupan yang kurang dan adanya penyakit infeksi. Makanya, asupan anak memang wajib diperhatikan. Anak tidak hanya perlu kenyang, tapi porsi yang masuk ke dalam tubuhnya harus seimbang, baik nasi, sayur, lauk, maupun buah. Semakin berwarna yang dimakan anak, tentu akan lebih baik.
Sementara, untuk penyakit infeksi, Prof. dr. Endang menerangkan, kalau anak infeksi maka anak pun akan lebih mudah sakit karena daya tubuhnya yang rendah. “Karena mudah sakit, maka zat gizi si anak pun jadi menurun. Jadi kedua penyebab ini sebenarnya bolak-balik dan kedua hal ini juga banyak rangkaiannya. Misalnya infeksi, bisa kembali pada persoalan air bersih. Di Indonesia Timur, sumber air bersih ini juga sangat kurang, kemudian lingkungan yang bersih, bagaimana kondisi jambannya. Semua ini juga akan mempengaruhi kebutuhan gizi.”
Karenanya, tugas kitalah sebagai orangtua untuk mempraktikkan hal ini dalam pemberian makan anak, sekaligus mencontohkan perilaku hidup sehat. Keragaman asupan untuk mencegah masalah gizi harus diperhatikan, begitupun kebersihan lingkungan.
Hal ini tentu saja dimulai sejak kita mulai dari awal, saat sedang merencanakan kehamilan. Bahkan sudah kita mulai sejak mempersiapkan pernikahan. Dengan begitu, selama kehamilan, kecukupan gizi dalam kandungan bisa terpenuhi. Gizi yang baik juga tentunya akan berpengaruh pada ketersediaan air susu, bukan? Karena ASI merupakan nutrisi yang paling baik untuk anak-anak di awal pertumbuhannya.
Jadi, Mommies, mulai sekarang, yuk, lebih memerhatikan asupan gizi untuk anak-anak kita. :)
PAGES:
Share Article
COMMENTS