Sorry, we couldn't find any article matching ''
Waspadai Virus Saat Pancaroba
Sabtu kemarin, mendadak suhu tubuh anak saya, Menik, meningkat ke 39,62 derajat Celcius. Padahal pagi harinya masih aktif seperti biasa, masih minta mandi air dingin dan bersiap berangkat ke pengajian bersama saya. Mata tidak kuyu, wajah juga tidak terlihat lesu. Pokoknya normal. Makanya saya kaget ketika Menik tiba-tiba diam terduduk di dalam masjid dan mulai meringkuk ke arah saya. Ketika saya pegang dahinya, joss rasanya. Saat saya ukur suhunya dengan termometer, terdeteksi suhunya melebihi 39 derajat celcius.
Kekhawatiran tentu menghinggapi saya. Apalagi suami sedang tidak ada di rumah. Selain itu, dua minggu lalu, saya juga baru menjenguk anak teman saya yang seumuran dengan Menik. Anak itu dirawat di rumah sakit selama 8 hari tanpa diagnosa penyakit yang jelas. Hasil tes darah lengkap juga tidak menunjukkan tanda ke suatu penyakit. Akhirnya dokter bilang ini adalah virus.
Virus zaman sekarang terkenal bertahan lebih lama di tubuh. Kalau dulu kita bisa memastikan penyakit setelah tiga hari atau 72 jam demam, sekarang ini dokter dan petugas laboratorium lebih memilih menunggu sampai lima hari. Mungkin memang sudah bermutasi, ya, jadi super virus. Anyway, di pergantian musim yang kadang terasa panas dan kadang berhembus angin kencang plus hujan, kita perlu mewaspadai virus yang kerap menyerang tubuh terutama pada anak-anak. Sudah sering sekali dibahas, tapi nggak ada salahnya untuk kembali mengingatnya. Apa saja, ya?
ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ini merupakan hasil dari serangan virus ke saluran pernafasan. ISPA bisa datang menghampiri anak dalam frekuensi 6 sampai 8 kali dalam setahun. Seringnya berbentuk batuk ringan atau selesma selama 9-14 hari.
Batuk ringan tidak memerlukan obat dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam rentang 1-3 minggu. Batuk merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dan termasuk gerak refleks untuk mengeluarkan sesuatu yang mengganggu saluran nafas, seperti lendir atau dahak. Karena batuk penting agar saluran pernafasan tidak tersumbat, maka WHO dengan tegas menyatakan batuk ringan ini tidak membutuhkan obat, karena kebanyakan obat batuk yang dijual bebas justru bisa menghilangkan refleks batuk dan akhirnya tubuh gagal mengeluarkan hal yang mengganggu saluran nafas.
Nah, jika anak batuk, yang perlu dilakukan adalah mengurangi produksi lendir. Hal pertama yang bisa dicoba adalah memberikan minuman hangat yang banyak, memberikan bantal agar kepala lebih tinggi saat tiduran sehingga anak bisa bernafas lebih nyaman, dan menjaga agar ruangan tetap lembap. Jangan lupa untuk menghindari asap rokok dan polusi udara.
>> Selanjutnya: Kapan perlu ke dokter?
Kapan perlu ke dokter?
COMMON COLD
Common cold atau selesma ini berbeda dengan influenza, ya, Moms! Walaupun sama-sama disebabkan oleh infeksi virus dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pilek, batuk, sakit tenggorokan saat menelan dan rasa tidak nyaman pada badan, namun jenis virusnya berbeda. Nah, seringnya yang menyerang anak saat musim pancaroba adalah selesma. Untuk membedakan selesma dan influenza, gejala influenza lebih berat daripada selesma - salah satu tanda tubuh terserang influenza adalah demam tinggi di antara 39-40 derajat Celcius, sedangkan pada selesma, jarang sekali terjadi demam tinggi.
Gambar dari sini
Penyakit yang disebabkan oleh virus ini biasa menghampiri anak-anak hingga 8 kali dalam setahun, dan seiring dengan bertambahnya usia yang berarti semakin meningkat pertahanan tubuhnya, virus selesma ‘hanya’ akan mampir sebanyak dua sampai tiga kali pada orang dewasa. Gejala common cold seperti nyeri atau gatal pada tenggorokan akan timbul antara satu hingga tiga hari setelah tertular virus, setelah itu hidung akan mulai terlihat mampet, dan akhirnya meler. Virus ini biasanya akan menetap selama seminggu, tapi pada 10% anak bisa sampai dua minggu lamanya.
Jika terserang common cold, tidak perlu buru-buru memberikan obat penurun panas jika suhu tubuh tidak sampai 38.3 derajat Celcius. Berikan banyak cairan seperti air putih dan sup hangat agar tenggorokan terasa lega, serta agar anak mau menelan sesuatu sebagai asupan makanan yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Jika suhu tubuh mulai naik, lakukan kompres air hangat atau rendam anak di air hangat jika ada bath tub (bisa juga menggunakan ember besar). Jika anak masih mengonsumsi ASI, berikanlah sesering mungkin.
Diare & Muntah
Penyakit lain yang cukup sering ditemukan saat musim transisi adalah diare dan muntah, yang jika tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan dehidrasi yang berujung pada kematian. Seram sekali, ya? Diare pada anak ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus pada saluran cerna. Selain virus, infeksi bakteri atau parasit juga bisa menimbulkan gangguan pada saluran cerna.
Walau berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat, Mommies harus tahu kalau diare merupakan mekanisme alamiah tubuh yang penting untuk mengeluarkan mikroorganisme penyebab sakit atau racun. Jika sudah begini, hal yang paling utama untuk mengatasi diare pada buah hati Anda adalah tetap tenang dan berupaya untuk mencegah dehidrasi.
Rotavirus dan adenovirus adalah jenis virus yang paling sering menjadi penyebab utama diare pada anak-anak. Selain itu, keracunan makanan, terlalu banyak konsumsi obat seperti antibiotik yang tidak seharusnya dikonsumsi, dan gangguan proses cerna atau malarsobsi karena alergi pada jenis makanan tertentu (intoleransi laktosa, misalnya) juga menjadi penyebab diare.
Jika diare menyerang, terkadang ada muntah yang ikut datang. Muntah ini merupakan proses pengeluaran isi saluran cerna dengan dorongan atau tenaga melalui mulut. Nah, muntah juga merupakan suatu gejala, jadi yang perlu dilakukan adalah mencari penyebab muntah, dan tentunya menjaga asupan cairan si anak agar tidak dehidrasi. Muntah bisa terjadi karena beberapa hal seperti infeksi virus, makan terlalu banyak, stres, overexcited, dan mabuk perjalanan.
Ini berarti jika anak terserah diare dan muntah, jangan terlalu buru-buru menghentikannya, ya, Mommies! Walaupun begitu, ada beberapa acuan yang perlu kita perhatikan. Apa saja? Baca halaman selanjutnya, ya.
Hal paling utama untuk dilakukan adalah mencari penyebab diare dan muntah, serta mengawasi apakah anak mulai dehidrasi atau tidak. Coba gunakan acuan ini untuk menentukan tingkat dehidrasi.
Untuk mencegah dehidrasi dan menjaga kecukupan gizi si kecil, Anda bisa meneruskan ASI yang diselingi dengan pemberian CRO atau Cairan Rehidrasi Oral, seperti oralit atau pedialyte. Jika mengonsumsi susu formula, berikan seperti biasa tanpa perlu diganti atau diencerkan. Dan jika ternyata anak sudah masuk dalam dehidrasi berat, stop pemberian makanan padat sampai dehidrasinya membaik, cukup berikan cairan pengganti.
Gambar dari sini
Tapi, jangan tunda untuk segera membawa ke dokter, jika:
Intinya, Mommies perlu waspada jika anak mulai menunjukkan perubahan perilaku karena badannya terasa tidak enak. Ingat juga kalau RUM bukan berarti anti obat dan anti pertolongan tenaga medis. RUM artinya rasional. Penyakit karena virus merupakan self-limiting disease (akan berakhir dan sembuh dengan sendirinya), jadi yang perlu dilakukan adalah menjaga pertahanan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Suplemen seperti madu juga boleh diminum jika dirasa perlu. Jangan lupa untuk selalu waspada dengan gejala yang tampak.
Stay healthy, mommies!
PAGES:
Share Article
COMMENTS