banner-detik
BEAUTY

Serba-serbi Bedah Plastik

author

kirana2125 Feb 2015

Serba-serbi Bedah Plastik

Saat menikmati coffee break sebelum acara press briefing "Keselamatan Pasien dalam Tindakan Bedah Plastik: Apa Yang Harus Dicermati dalam Memutuskan Tindakan Bedah Plastik?" dimulai, saya sempat overheard 'curcol' salah seorang narasumber. Beliau nampak gemas sekali melihat menjamurnya klinik-klinik kecantikan baik resmi maupun tidak resmi yang mengklaim bisa melakukan tindakan 'operasi plastik.' Padahal, bila dirunut itu hanya tindakan estetika tanpa latar belakang kompetensi bedah plastik sama sekali. Bahkan 'dokter'nya juga baru dokter umum, atau malah bukan dokter sama sekali. Tindakan ini berbahaya karena tidak ada standarnya. Berbeda dengan operasi plastik yang sudah terstandarisasi prosedurnya mulai dari pra-tindakan, tindakan, sampai pemulihan.

Selain soal pelaksananya, materi dan obat-obatan yang digunakan juga tidak terstandar, dan bahkan sebenarnya tidak boleh digunakan karena tidak memenuhi standar medis. Misalnya implan silikon, yang berstandar medis bentuknya gel padat yang didesain tidak mungkin bocor, seperti beberapa tipe kaca mobil yang bila remuk tidak pecah menjadi serpihan kecil-kecil yang membahayakan. Sementara itu, material yang biasa digunakan dalam tindakan estetik non-medis ini walau sama-sama silikon tetapi silikon cair yang sebenarnya untuk kalangan industri. Silikon cair inilah yang berisiko pecah dan menimbulkan bahaya lain, bahkan bisa fatal dan mematikan. Biasanya silikon industri ini memang harganya jauh lebih murah daripada silikon medis.

Belakangan, menurut dr. Irena Sakura Rini, MARS, SpBP-RE, Sekjen PERAPI, bahan-bahan yang digunakan lebih nyeleneh lagi. Rombak hidung menggunakan minyak goreng (betul, Mommies nggak salah baca, memang minyak goreng :D), sampai penis yang terdeformasi, yang setelah dicek ternyata disuntik minyak oli. Saya dan peserta lainnya tercengang, yang pria mungkin malah ngilu, ya! *eeww*

*Gambar dari sini

Kebanyakan pasien yang menjalani operasi plastik abal-abal kemudian mengalami efek samping yang tidak diharapkan, ujung-ujungnya datang ke dokter bedah plastik juga, minta 'dibetulin.' Waktu ditanya tindakannya di mana dan oleh siapa, dijawabnya di salon/klinik anu, dokter x. Setelah dicari-cari datanya, si dokter ini jangankan terdaftar sebagai anggota PERAPI (Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik, Rekonstruksi, dan Estetik Indonesia), kadang dokter umum saja bukan. Kebanyakan malah cuma pegawai klinik biasa yang kebetulan tahu bagaimana cara menyuntik dan mempunyai akses ke bahan-bahan yang bisa digunakan untuk 'operasi plastik' abal-abal ini.

Cek apakah dokter bedah plastik sudah terdaftar.

Nggak susah, kok, sebenarnya kalau mau kroscek dokter bedah plastik yang bersangkutan merupakan anggota PERAPI atau bukan. Tinggal cek saja di www.perapisurgeon.co.id di tautan Doctors. Dokter bedah plastik resmi di Indonesia pasti terdaftar di sini karena rekomendasi buka praktek bedah plastik baru diperoleh setelah melalui tahap-tahap pendaftaran menjadi anggota PERAPI. Indonesia baru memiliki 106 dokter bedah plastik, jadi satu sama lain masih saling kenal dan bisa saling mengonfirmasi.

Masih sangat sedikit, ya, jumlah dokter bedah plastik kita. Sangat jauh dari jumlah ideal yang harusnya 1 berbanding beberapa puluh ribu penduduk. Penasaran, 'kan, kenapa sangat sedikit. Ternyata selain karena pusat pendidikannya juga baru di tiga perguruan tinggi saja, yaitu UI, UNAIR, dan UNPAD, ada satu keahlian khusus yang harus dimiliki setiap calon dokter bedah plastik, yaitu menggambar. Calon ahli bedah plastik harus menguasai cara menggambar dan desain karena proses rekonstruksi juga dibarengi dengan rancangan bentuk hasil akhir yang dikehendaki.

Walaupun sangat sedikit, kualitas, kompetensi, dan keamanan bedah plastik di Indonesia setara dengan luar negeri. Hampir semua kebutuhan bedah plastik, baik estetik maupun rekonstruksi, dapat dilakukan di tanah air. Namun karena biaya tindakan tidak transparan sebagaimana dokter atau RS luar negeri yang memasang price list di situs mereka, banyak orang mengira biaya di Indonesia lebih mahal daripada di luar negeri.

Bedah plastik sendiri memiliki cabang keahlian khusus, di antaranya rekonstruksi, estetik, dan bedah mikro. dr. Lisa Hasibuan, SpBP(K), Ketua PIT, menyampaikan,"Ruang lingkup bedah plastik lebih luas dari estetik, antara lain microsurgery, misalnya untuk kasus-kasus rekonstruksi yang kompleks seperti pada pasca penanganan tumor, juga pada pasien korban luka bakar; penanganan operasi pada kelainan kongenital atau cacat bawaan lahir seperti bibir sumbing dan langit-langit mulut, serta hipospadia (kelainan pada saluran kemih) dan kelainan genital; juga hand surgery/bedah tangan dan bedah craniofacial untuk penanganan trauma, patah tulang dan wajah serta kelainan bawaan di daerah kepala dan leher lainnya."

Jangankan tindakan estetis yang dilakukan secara ilegal atau di luar standar medis, bedah plastik yang dilakukan sesuai prosedur medis saja tetap harus diwaspadai risikonya. Karena itu sebelum menjalani tindakan, pasien harus:

  • Berbekal informasi yang lengkap.
  • Menjalani pemeriksaan awal.
  • Memberikan informasi yang jujur mengenai riwayat kesehatan dan perawatan yang lalu.
  • Memastikan berada dalam kondisi yang prima saat menjalani tindakan.
  • Mengikuti tatalaksana perawatan pasca operasi dengan tertib, di antaranya:
  • Selama 2-3 minggu tidak boleh mengkomsumsi obat pengencer darah, wine, dan bawang putih.
  • Menjaga kegiatan, terutama yang berhubungan langsung dengan organ/daerah yang baru dioperasi, selama setidaknya 3-6 minggu hingga 24 bulan pemulihan total.
  • Penyembuhan luka pasca operasi sendiri bergantung pada:

  • Lokasi luka. Ketenangan luka menentukan kecepatan pemulihan. Luka yang sering disentuh/diakses, atau berada di lokasi yang sering tersentuh akan lebih lama sembuh.
  • Teknis penjahitan/penanganan.
  • Perawatan pasca operasi.
  • Mommies ada yang sedang memerlukan bantuan dokter bedah plastik? Pastikan dokter yang didatangi terdaftar di PERAPI, ya.

    PAGES:

    Share Article

    author

    kirana21

    FD/MD resident


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan