Anak saya nggak kenal jajan. Bagus, sih. Tapi di sisi lain ada jeleknya juga, jadi nggak kenal perhitungan uang. Saya bandingkan dengan keponakan yang waktu itu berusia 3 tahun, Darris yang 7-8 tahun saja masih nggak paham menghitung kembalian. Sempat terpikir, sih, bagaimana, ya, caranya mengenalkan uang tanpa harus jajan? Tapi waktu itu nggak ketemu solusinya.
Baru belakangan saat saya mengenalkan monopoli dan menyadari bahwa monopoli bisa untuk belajar menghitung uang dan kembalian. Telat banget baru mencoba monopoli saat anak sudah di kelas 4-5 SD. Padahal ternyata sekarang Devan yang baru TK B umur 5 tahun jadi ikut bisa menghitung uang monopoli.
Kadang kita suka nggak sadar beberapa mainan sederhana bisa membantu logika dan matematika anak. Contoh lain, nih, congklak. Terlihat hanya sesimpel memindahkan biji congklak saja. Tapi ada hitungan dan triknya juga lubang mana yang harus diambil supaya jatuhnya biji terakhir bisa menembak lubang lawan yang isinya paling banyak. Sebaliknya kita juga harus menjaga supaya lubang di pihak kita jangan terlalu banyak isinya sementara depannya lubang kosong.
Beberapa kali bermain congklak sama saya, Darris pundung terus karena selalu kalah salah perhitungan *ibunya nggak suka mengalah :D* Tapi sambil saya ajari cara menghitung antara biji congklak dengan jumlah lubang, sekarang yang ada adik-adiknya pundung kalau main sama Darris... hahaha.
Selain congklak yang ada unsur strateginya sedikit, main catur lebih rumit. Banyak alternatif langkah dari satu bidak, plus ada banyak bidak dengan bermacam model langkah yang bisa dimainkan. Untuk bisa unggul dalam bermain catur, kita dituntut untuk bisa berpikir beberapa langkah di depan lawan, dengan mengandalkan prediksi perhitungan kemungkinan langkah yang diambil lawan. Prediksi dan kemungkinan (prediction and probability) ini juga termasuk ranah matematika, loh. Tepatnya ilmu statistika.
Kalau main LEGO bisa sambil belajar berhitung sederhana dengan mengukur besarnya brick berdasarkan titik di atasnya yang bisa mulai anak usia PAUD. Untuk anak yang lebih besar bisa masuk ke ilmu ruang (spacial), alias 3 dimensi dengan memperkirakan brick mana yang ukuran dan bentuknya cocok untuk mendapatkan bentuk tertentu.
Nah, benar, 'kan, bermain itu sebenarnya belajar untuk anak-anak. Tinggal pintar-pintarnya kita memanfaatkan mainan dan waktu bermain tersebut semaksimal mungkin sebagai stimulasi belajar anak.