banner-detik
MPASI

Momok Itu Bernama MPASI

author

talithalubis10 Feb 2015

Momok Itu Bernama MPASI

newborn-baby-photo

Memiliki seorang anak adalah anugerah bagi semua Ibu. Namun itupun berarti, kita harus siap menghadapi segala tantangan dan ujian sebagai Ibu, terutama bagi yang baru saja memiliki anak. Rasanya seperti tak habis-habisnya ujian seorang ibu mulai dari tertanam benih janin di kandungan. Ya mual, muntah, pusing pada awal masa kehamilan. Belum lagi pinggang panas, kaki kram pada malam hari, atau sulit tidur saat kehamilan sudah memasuki akhir masa kehamilan. Kemudian perjuangan melahirkan pun tidak perlu disebutkan lagi macamnya, mulai dari induksi, caesar, pokoknya bertaruh nyawa demi nyawa baru yang akan kita lahirkan.

Setelah lahir, belum selesai perjuangannya ternyata (terutama bagi saya hehehe). Masih harus memberikan ASI yang perjuangannya tidak kalah aduhai hehehe. Mulai dari PD bengkak, puting lecet hingga berdarah, sampai puting berubah bentuk! (maaf ya suamiku... hahaha). Punya bayi baru terasa enak saat sudah melewati masa 3 bulan pertama adaptasi. Eh, sedang enak-enaknya bisa dibawa ke mal dan kalau rewel bisa langsung sumpel nenen, 3 bulan kemudian sudah harus MPASI.

Jeng jeeenngg! Apaan lagi nih MPASI? MPASI adalah Makanan Pendamping ASI yang diberikan kepada bayi saat sudah berumur 6 bulan. Ada beberapa metode MPASI ini, ada BLW atau Baby Led Weaning yang membebaskan bayi memakan makanannya sendiri dengan cara kita bentuk atau potong makanannya seukuran finger food. Kemudian yang paling umum ya kita suapi bayi sendiri. Nah, di mana 'MOMOK'-nya?

Cerita baru dimulai ketika saya dengan semangat membeli perlengkapan MPASI, yang paling juara adalah saya memutuskan membeli food chopper yang akhirnya sekarang nggak tahu ada di mana karena baru sekali pakai dan rasanya nggak banyak berguna, hahaha. Dulu saya sering sekali menyuapi keponakan-keponakan saya yang masih bayi, karena saya juga senang bermain dengan bayi. Keponakan saya dulu enak sekali disuapinya, apa saja masuk dilahap dan lancar makannya tanpa drama. Jadi, bayangan saya "Ah, seneng banget nih mau MPASI, anak-anak mah disodorin apa aja juga pasti dimasukin ke mulut, kan".

Menu MPASI awal juga masih coba-coba. Banyak masukan yang berbeda-beda, ada aliran gasol duluan, ada yang buah tanpa rasa duluan, ada yang sayur kukus duluan, ada yang bubur susu, dan lain-lain. Nah saya mencoba yang gasol campur sayur kukus yang dihaluskan. Perang di dapur selesai, seonggok bubur yang tak terlihat menarik tersaji di mangkuk anakku. Gimana dong?Melongo, dong, saya. Coba lagi suapan kedua, mulutnya dirapetin dan berontak jerit-jerit! Lah kok? Lah kok? Langsung ngucur keringet dingin dari ibu-ibu amatiran ini yang harapan anaknya doyan makan kandas di awal perjalanan!

Lalu, bagaimana pola makan Nala? Bisa nggak saya lolos dari momok ini? Lihat di halaman selanjutnya ya!

MPASI1*Gambar dari sini

Hari demi hari berlalu, begitupun menu-menu MPASI saya. Tapi selera makan Nala nggak berubah juga sampai dia menginjak 1 tahun. Sebelum 1 tahun, kalau Nala sama sekali tidak mau makan akhirnya saya mengambil jalan terakhir dari ibu yang putus asa, "cekok" alias dipaksa. Huaaaaa! Bukan cuma anak yang stres, sebenarnya ibu juga stres nak. Harus maksa dan dengan drama jejeritan kaya mau disiksa. Persoalan nggak selesai saat Nala semakin besar. Sudah nggak bisa dicekokin lagi karena yang bersangkutan udah bisa ngelepeh atau nyembur kalau ngga mau makan.

Peranan lingkungan tuh juga penting banget ya dalam proses MPASI ini, bukan cuma pas ASIX saja support dibutuhkan. Saya maksa Nala maka, karena di keluarga terbiasa dengan makan harus habis yang ada di piring. Dan pemikiran kalau bayi nggak mau makan harus dibujukin selama apapun waktunya, padahal ternyata waktu maksimal makan anak itu hanya 30 menit saja. Lebih dari itu harus dihentikan dan dilanjutkan di satu jam berikutnya. Pokoknya saat itu, memasuki waktu makan Nala tuh rasanya stres sekali bagi saya, seperti mau assessment oleh bos! Haha!.

Memasuki usia 1,5 tahun, saya akhirnya masuk pada fase pasrah. Pasrah aja lah kalau Nala benar-benar nggak mau makan. Atau ya sudah kasih apa yang dia mau. Sudah Nala lebih suka ngemil buah dan sayur, jarang sekali dulu dia mau makanan manis atau biskuit, ya bagaimana badannya mau montok seperti tolak ukur anak sehat oleh para nenek kakeknya?

Ajaibnya, di saat saya sudah pasrah nafsu makan Nala malah mulai muncul! Mungkin benar kalau ada pepatah yang bilang, "Miracle does happens when you least expected". Seperti itulah kurang lebih rasanya. Karena saya sudah nggak peduli lagi sama paksaan ibu saya yang mengharuskan maksa anak makan (ribet ye?), saya kasih Nala makan ya saat dia sudah merengek makan dan mulai minta nenen terus-terusan. Saya juga membebaskan dia makan sendiri akhirnya, walau pada awalnya pasti berantakan. Tapi, lama kelamaan, malah Nala yang nggak betah berantakan.

Saya juga bilang pada ibu saya, "Mah, mungkin Nala sekarang udah nggak tertekan lagi kali soal wajib makan anu inu kaya kemarin-kemarin. Coba dari dulu dibebasin..". Si Mamah cuma nyengir saja. Keki deh saya. Oiya, saya juga sudah melakukan berbagai macam trik lho dulu untuk supaya Nala mau makan tapi tetap saja hasilnya nggak memuaskan. Nah ibu-ibu ada yang pernah mengalami atau sedang mengalami hal serupa dengan saya? Ada trik khusus yang sukseskah? Share pengalamannya yaa. :)

PAGES:

Share Article

author

talithalubis

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan