Sesekali saya tergoda mengenang masa-masa kecil beberapa tahun silam, saat saya (masih) bisa menikmati bermain di lingkungan rumah yang rindang dengan rerumputan dan jenis tanaman lainnya, bahkan bermain dengan anak kambing – walau pinjam punya tetangga :D Setiap detail momen tadi masih hangat di kepala saya, karena saya bersentuhan langsung dengan objek-objek “hidup” tadi.
Keadaan kini dan dahulu pasti jauh berbeda, saat pembangunan gencar dilakukan hingga ke pelosok negeri. Ruang terbuka untuk anak-anak bermain di luar seperti pengalaman saya dahulu kala perlahan tapi pasti terlibas dengan”hutan beton” yang menghiasi ibu kota maupun daerah penunjang di sekitarnya.
Di tengah euphoria pembangunan ternyata masih ada pihak yang peduli dengan dunia bermain anak-anak, adalah Merries Good Skin yaitu produk popok bayi dari KAO Indonesia yang menyediakan “Taman Ceria Merries” di Rumah Susun Cakung Barat. Sekaligus sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah untuk program “Kota Layak Anak”. Melihat ada taman di tengah bangunan rumah susun seperti memberi angin segar bagi anak-anak yang tinggal di sana. Veronica Tjahaja Purnama menyambut baik pembangunan Taman Ceria Merries “Saya berharap anak-anak dapat bermain di taman atau lahan terbuka dengan nyaman, daripada harus mengunjungi Mal atau pusat perbelanjaan.” Tutur Veronica.
Selanjutnya: Kenapa harus main di luar?
Alasan Mengapa Harus Bermain di Luar
Untuk saya pribadi apa yang dikatakan oleh Ibu Veronica di halaman sebelumnya mengandung makna yang cukup dalam. Seakan sudah penat dengan hadiran Mal atau pusat perbelanjaan di tengah kota, maka kehadiran taman-taman serupa menjadi barang langka untuk anak-anak, padahal bisa menjadi media efektif untuk mendukung tumbuh kembang mereka.
Di kesempatan yang sama saya sempat berbincang dengan Ratih Ibrahim, Psikolog Anak seputar kenapa anak itu harus bermain di luar? Berdasarkan teori Howard Gardner tentang multiple intelligence, bahwa sejatinya indera kita terbuka terhadap semua stimulasi yang ada di lingkungan sekitar, ada kecerdasan berpikir, berbicara, bergerak, psikomotor (halus maupun kasar), kecerdasan ruang, musik, kecerdasan alam (naturalistik intelligence ) – termasuk stimulasi yang terjadi saat seorang anak bermain di luar ruangan.
Contohnya ketika si kecil bermain perosotan, dari segi intelegensinya dia akan berpikir tentang keselamatan di atas perosotan (maka si kecil akan pegangan). Pada saat dia pegangan dan akhirnya meluncur, ada stimulasi terhadap psikomotornya dan afeksi yaitu rasa senang yang dirasakan. Kemampuan bahasa, kemampuan berkomunikasi, dan sosialnya pun ikut terasah, misalnya si kecil akan teriak “Asyiiikk!” kepada kita ibunya atau teman-temannya. “Jadi dengan bermain di luar the whole stimulation and tho whole intelligence yang ada di anak yang secara “paket” sudah dikasih lengkap sama Tuhan itu terstimulasi.” Jelas Ratih. Lebih dari itu Ratih mengingatkan, bahwa tempat bermain yang bersentuhan langsung dengan alam sangat penting karena kita sedang mengisi ruh anak dengan kedekatan terhadap alam.
“Ruh” tadi dianggap penting karena sejatinya kita manusia memang tak bisa dijauhkan dari alam, hanya saja dalam perjalanannya (karena satu dan lain hal) manusia menjelma menjadi makhluk yang lihai memanipulasi segala sesuatu yang berbau alam. Sebut saja screen saver, wallpaper atau pohon plastik – tiga hal tadi adalah artifisial dari bentuk alam. Dengan begitu manusia tidak sadar bahwa mereka sebetulnya sedang menciptakan alam buatan. Perlahan, jika dibiarkan dan tidak benar-benar kembali ke alam aslinya manusia menjadi tercerabut dari alam, nanti kaitannya dengan berbagai macam gangguan. “Dia akan kehilangan wawasan bahwa yang namanya alam yang aslinya seperti apa? Hanya sebatas melihat di buku dan media lainnya (laut tuh aslinya seperti apa? Batu seperti apa?) Menjadi kehilangan sensasi bersentuhan langsung, tentu hal ini menjadi tidak manusiawi.” Tutur Ratih seraya memberikan contoh ganggan lainnya – secara pengetahuan dan pengalamannya dengan alam aslinya akan bekurang, sehingga pribadi yang seperti itu bisa dikategorikan “less human”, dan berisiko terkena gangguan emosi, gangguan sosial, gangguan perilaku hingga yang terparah mengalami gangguan jiwa. Nah, mengapa belakangan kita kerap mendengar maraknya perkelahian antara pelajar, salah satu aspek kedekatannya dengan alam tidak mendapatkan perhatian serius dari orangtua mereka.
Bermain bisa membuat anak pintar sepertinya Mommies sudah tau ya, tapi apakah penyebabnya? Silahkan ke halaman berikutnya.
Bermain = Belajar
Gambar dari sini
Sama seperti halnya orang dewasa yang kerap menyugestikan bekerja menjadi “area” bermain mereka. “Kalau senang dengan pekerjaannya, pasti enggak terasa seperti kerja deh”, tau-tau kita dapat reward karena melakukan yang terbaik untuk pekerjaan kita, because we do love so much woth our job. Saya sering mendengar kalimat tadi – “work with passion” , “love your job” dan seterusnya. Hal yang sama terjadi terjadi dengan dunia anak-anak, bermain membuat mereka bahagia, “Bermain itu adalah hak azasi, karena sejatinya manusia adalah “to play”, dengan bermain itu memberikan aura positif, happy, dan karena senang maka timbul adrenalin, dan hormon endorfin yang membuat tubuh sehat. Dan karena perasaan senang orang akan mengulang dan mengulangnya lagi. Akibatnya semua keterampilan yang dia punya akan terstimulasi dengan sendirinya dan internal motivationnya tumbuh. Itu sebabnya bagi anak-anak, belajarnya lewat main. Main, main, dan main tau-tau pintar.” tutur Ratih.
Ratih mengingatkan, betapa pentingnya sesekali membawa anak bermain di luar ruangan, tujuannya agar si kecil bisa bereksplorasi tanpa batas, dan menambah wawasan. “We are human is part of the nature. Kalau anak di tempat terbuka, anak jadi tau bentuk, tekstur hingga aroma pepohonan yang kita tunjukkan (pohon pisang misalnya). Lain hal kalau di dalam ruangan kita tidak bisa kan menanam pohon pisang yang terlampau besar? “Saya pribadi sangat meng-endorse anak to go out! Touch the nature! Bersentuhan langsung, dan itu yang akan membuat dia tumbuh as a human being completely human! The way you treat nature is reflex your humanity. Rasa kemanusiaan tadi akan membantu pribadi anak tumbuh menjadi manusia yang bisa bersikap manusiawi kepada manusia lain.” Tutup Ratih.
So Mommies, let do some fun outside with kids :)