banner-detik
DAD'S CORNER

Family Friday : Pandji, Kegiatan Sosial & Anak

author

adiesty23 Jan 2015

Family Friday : Pandji, Kegiatan Sosial & Anak

Pernah kebayang nggak bagaimana perasaaan orangtua yang mengetahui kondisi anaknya yang terkena penyakit kanker? Hancur. Mungkin kata ini yang paling tepat untuk merefleksikan apa yang mereka rasakan, ya.

Jangankan kanker, ketika saya dan keluarga besar mendapati kenyataan kalau keponakan saya Nissa ternyata mengalami kelainan darah, thallasemia, hati kami rasanya seperti diremas-remas. Sedihnya bukan kepalang. Tapi demi Nissa, kami harus tetap kuat dan mencari berbagai upaya untuk membuatnya tetap sehat.

Dari sanalah saya semakin yakin, sebelum kita bisa menolong anak ataupun keponakan yang sedang sakit, diri kitalah yang lebih dulu harus bangkit dan kuat. Dalam hal ini, tentu dukungan moril dari keluarga ataupun lingkungan terdekat sangat diperlukan.

Pandji1

Hal ini jugalah yang diungkapkan Pandji Pragiwaksono ketika kami sedang berbincang seputar Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI). Waktu itu Pandji bilang, “Sebenarnya banyak yang sering dilupakan orang-orang, yaitu orang yang harus kita bantu lebih dulu itu orangtuanya. Kenapa? Karena untuk berhadapan di depan anak yang sedang sakit mereka harus berpura-pura untuk tetap tegar dan kuat. Padahal, sebagai orangtua persaannya tentu hancur.”

Belum lama ini saya memang punya kesempatan untuk bertemu dengan salah satu penggagas berdirinya yayasan yang didirikan April 2007 silam. Waktu itu Pandji juga bercerita kalau sebenarnya mencari relawan tidaklah mudah. Menurutnya, syarat utama buat orang yang mendampingi anak-anak yang sakit kanker itu harus mampu untuk tidak menangis dan memasang muka sedih.

”Sebenarnya, siapapun boleh menjadi relawan. Tapi sebelumnya mereka harus ditraining dulu. Yang pasti mereka harus sehat, mentalnya harus kuat. Karena kondisi anak-anak tersebut cukup memprihatinkan dan anak yang terkena kemoterapi itu mood swingnya parah, mudah marah dan mudah menangis. Jangan sampai ketika bertemu dengan anak yang sakit, relawannya malah nangis. Anak-anak ini kan butuhnya dukungan,” paparnya.

Setiap kali kenal dan ngobrol dengan orang yang punya jiwa sosial yang begitu tinggi seperti Pandji, saya selalu dibikin takjub dan bisa memetik banyak pelajaran hidup. Waktu itu Pandji bercerita kalau YPKAI memfokus pada tiga hal, yaitu layanan psikososial terapi yang pada dasarnya memperlakukan anak-anak sebagai anak-anak bukan hanya sebagai pasien, layanan dana untuk pengobatan, dan layanan pendidikan. Layanan dana disalurkan melalui rumah sakit. Layanan psiko terapi dan pendidikan juga dilakukan di rumah sakit.

Pria jebolan Institute Tekhnologi Bandung (ITB) 1997 ini mengatakan hingga sekarang ini tim inti yang tergabung sebagai relawan di Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia berjumlah 15 orang. Sementara untuk jumlah anak penderita kanker yang sudah dibantu  sekitar 650 anak, dengan rentang usia 6 bulan – 18 tahun. Di mana jenis kanker yang paling banyak diderita adalah leukemia, retina blastoma dan neuroblastoma.

Ternyata penyakit kanker memang tidak mudah dikatakan sembuh. Perlu waktu yang cukup lama untuk memastikan kalau penderita memang sudah benar-benar pulih. Seperti yang dijelaskan Panji, ”Yang membuat rumit adalah bila sel kankernya hilang belum tentu dikatakan sembuh. Jadi harus menunggu 5 tahunan bila sel kankernya tidak muncul lagi, maka dikatakan sembuh”.

Untuk bisa konsisten menjalani kegiatan sosial tentu bukan perkara yang mudah. Waktu itu saya pun sempat bertanya pada Panji, hal apa yang bisa membuatnya terus bertahan? Baca penuturannya di laman berikut, ya.

Pandji

“Saya selalu bilang ke teman-teman apapun gerakan sosialnya, temui orang yang ingin kita bantu. Pengalaman inilah yang akan membuat kita ingat dan punya tenaga untuk bisa ngejalanin terus menerus. Dulu saya pernah menggalang dana di acara Soulnation, waktu itu kita membuat video anak yang sakit kanker. Di video tersebut kita tanya kalau sudah besar dia mau jadi apa, dan katanya dia ingin jadi pengusaha untuk bisa bantu temen-teman yang punya sakit kanker seperti dia. Begitu kita putar videonya di acara Soulnation, kita dapat kabar kalau anak tersebut meninggal. Kebayang nggak rasanya seperti apa?”

Untuk menggalang dana, YPKAI memang berkomitmen untuk ‘menjual’ kebahagian. Bukan memperlihatkan sisi muram para penderita kanker. “Kita ingin memperlakukan anak-anak sebagai anak-anak, bukan pasien. Jadi mereka tetap bermain dan memperlihatkan kalau mereka itu tetap bisa ceria.”

Pria kelahiran Singapura, 18 Juni 1979 ini juga mengungkapkan kalau dirinya ingin anak-anaknya memiliki jiwa sosial dan rasa empati pada lingkungan sekitar. Oleh karena itulah, ia dan sang istri, Gamila selalu menanamkan berbagai nilai pada kedua anaknya.

Salah satu cara yang Pandji lakukan adalah mengajak putera sulungnya, Dipo ke Rumah Sakit. Dengan bertemu dengan anak-anak penderita kanker, Pandji berharap anaknya bisa banyak belajar untuk menghargai dan bersyukur apapun yang mereka miliki.

pandji2

“Saya memang suka ajak Dipo ke rumah sakit supaya dia bisa melihat secara langsung. Tapi ada kejadian yang cukup lucu waktu pertama kali saya ajak ke rumah sakit. Dari awal saya sudah bilang, Dipo nanti di rumah sakit kamu akan bertemu kakak kakak yang sakit, ada yang kaki tangan atau matanya bengkak, jadi jangan ungkit mereka sakit, ya. Kasih semangat aja. Jangan bilang cepat sembuh juga, ya. Begitu datang dan menjenguk, anak-anak yang sakit langsung pada bilang, “Oh, ini anaknya Kak Pandji, ya.” Kemudian anak saya mengenalkan diri, “Iya, nama aku Dipo, dan aku ini sehat.” Wah, salah juga nih anak gue. Tapi mereka akhir ketawa-ketawa aja karena mungkin memaklumi kalau Dipo kan anak kecil.

Waktu pertama kali datang ke Rumah Sakit, apa tanggapan Dipo?

“Waktu itu hal pertama yang saya tanyakan adalah perasaannya seperti apa? Takut atau tidak. Soalnya jangankan anak-anak, orang dewasa saja kalau ke sana sering banyak yang merasa deredek. Bambang Pamungkas saja waktu pertama kali ke sana langsung nangis. Saya percaya ngajarin anak itu nggak cuma bisa sekali waktu, makanya harus berulang sehingga dia bisa ingat. Saya ingin berbagai dengan sesama bisa jadi gaya hidup anak-anak . Makanya sebisa mungkin dan kalau memungkinkan anak-anak saya ajak, supaya jadi kebiasaan juga.”

Ah.... mendengar doa dan harapan Pandji di atas, saya langsung meng-amiin-kan. Sebagai orangtua, saya pun ingin jiwa sosial bisa tumbuh di hatinya Bumi. Dan saya yakin, semua Mommies juga akan punya doa yang sama bukan?

 

 

*foto dari sini dan sini*

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan