Masih ingat sekali dulu waktu saya masih umur 10 tahun dan adik saya waktu itu berumur 7 tahun, kami diberitahu pertama kali oleh Mama kalau beliau hamil lagi. Apa reaksi saya waktu itu? Kaget, lalu bilang “Hah? Punya adik satu aja repot, ini mau nambah lagi Ma?” Saya lupa apa reaksi adik saya dulu, tapi ketika si bungsu (yang kebetulan kembar!) lahir, saat tamu-tamu berkunjung di rumah lalu bertanya “Mama di mana?”, dijawab oleh adik saya : “Tuh lagi sibuk dengan bayi-bayinya” dengan nada nggak ramah. Kebayang ya? Saya suka tertawa tiap kali cerita ini diceritakan lagi oleh Mama atau Tante berulang-ulang.
Cemburu memang sering kali tak terhindarkan apabila ada anggota baru di keluarga. Entah itu anak kedua, ketiga atau seterusnya. Karena otomatis perhatian orangtua akan terbagi, apalagi yang tadinya anak satu-satunya kini harus berbagi dengan sang adik.
*Gambar dari sini
Sebanyak apapun persiapan saya untuk melatih Zahra (5 tahun) untuk menjadi kakak, pasti konflik tak terhindarkan. Adiknya belum lahir saja dia udah menunjukkan tanda-tanda persaingan. Bahkan ada beberapa anak yang sikapnya muncul dalam bentuk perilaku memukul atau menyakiti si adik karena terdorong rasa cemburu itu tadi. Untungnya Zahra nggak sampai begitu sih. Cuma cari perhatiannya memang keliatan banget.
Agar hal itu gak berlarut-larut dan perilaku negatifnya menetap, kami buru-buru mencari cara untuk mengatasi rasa cemburunya, bahkan mungkin membaliknya dengan perilaku positif. Beberapa hal yang saya dan suami coba terapkan adalah:
Hingga saat ini pun kami masih berkutat untuk mengatasi rasa cemburu si kakak baru. Kadang berbagai upaya udah dilakukan tapi drama tak terhindarkan. I guess it’s because we’re not supermoms, right?
Kalau Mommies ada kiat dan best practice lain boleh lho di share :)