Akhir pekan lalu, saya sempat bertemu salah satu teman dekat semasa kuliah. Setelah 7 tahun menikah, teman dekat saya ini memang belum dianugrahi seorang anak. Awalnya, sih, dia mengaku santai-santai saja. Ia bilang, "Mungkin Tuhan belum percaya pada kami. Nanti kalau sudah rezeki, waktunya juga akan ada," begitu katanya.
Tapi seperti kebanyakan pasangan lain, lambat laun akhirnya teman saya ini mulai merasa khawatir. Ia pun sudah mulai melakukan berbagai usaha baik lewat metode medis seperti inseminasi hingga lewat jalur alternatif. Sayang, usaha yang ia tempuh dua tahun belakangan ini belum membuahkan hasil. Bagusnya, sih, teman saya ini nggak patah semangat. Kondisi ini justru membuatnya jadi hidup lebih sehat dan tambah kompak dengan sang suami. Malah katanya, dalam waktu dekat mereka ingin mencoba program bayi tabung.
“Masalahnya, sekarang masih pilih Rumah Sakit yang tepat, nih. Teman-teman, sih, banyak yang mereferensikan untuk melakukan program bayi tabung di Penang, Malaysia. Katanya jauh lebih murah dan tingkat keberhasilannya sangat tinggi. Selain itu, masalah biaya juga yang harus dipertimbangkan,” begitu ujarnya.
Mendengar niat sahabat saya ini, saya pun langsung teringat dengan forum Mommies Daily. Di salah satu thread-nya memang membahas soal program bayi tabung. Dengan ikutan forum seperti ini, tentu saja bisa memudahkan sahabat saya untuk menentukan pilihan dan mendapat berbagai referensi. Tapi, untuk masalah program bayi tabung apakah memang kualitas Rumah Sakit di Indonesia itu kalah dibandingkan dengan Rumah Sakit yang berada di luar negeri?
Memang nggak bisa dipungkiri ya, kalau saat ini banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk melakukan perawaran di luar negeri, termasuk masalah bayi tabung ini. Menurut pandangan saya, sih, hal ini nggak terlepas dari faktor kepercayaan, ya.
Pandangan saya ini ternyata juga diaminin dr. Aman Pulungan Sp.A(K), "Membangun kepercayaan masyarakat itu memang tidak mudah. Akan tetapi kami bisa menjamin berdasarkan riset dan pengalaman yang dokter Indonesia miliki, ini menjadi jaminan bahwa kualitas dokter Indonesia tidak kalah bersaing dengan dokter-dokter luar negeri," tuturnya saat saya temui di acara ulangtahun Klinik Daya Medika yang ke-3 beberapa waktu lalu.
Untuk membuktikan kalau kualitas dokter di Indonesia patut diakui, waktu itu dokter berkepala plontos ini juga mengungkapkan kalau sebenarnya sudah ada kolaborasi study yang dilakukan dengan dokter-dokter se Asean. Hasilnya pun menggembirakan, karena lewat study membuktikan kalau kualitas dokter Indonesia diakui.
Selain itu, rupanya, dokter Spesialis anak & konsultan Endrokinologi ini juga punya analisa lain kalau sebenarnya keputusan masyarakat Indonesia untuk berobat di luar negeri bukan hanya karena kualitas dokter. Sebut saja soal penanganan bayi tabung di Penang, Malaysia. Katanya, dengan hanya mengeluarkan Rp 40 juta per siklus, seorang pasien sudah mendapatkan satu paket, sampai obat-obatan. Itu pun masih dapat bonus jalan-jalan plus fesyen. Sementara, di Indonesia, selama ini bisa mencapai angka. Rp 50 – 100 juta.
Ternyata, program bayi tabung di Indonesia juga nggak kalah dengan Rumah Sakit di luar negeri, ya. Malah, biayanya bisa dibilang jauh lebih murah. Lengkapnya, baca halaman berikut ini, deh.
Umh.... kalau dipikir-pikir, apa yang ia katakan memang nggak salah, sih. Tapi untuk masalah program bayi tabung, saat ini di Klinik Daya Medika juga menawarkan program bayi tabung dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp 30 juta per siklus. Program bayi tabung harga terjangkau ini bisa diterapkan Klinik Daya Medika berkat metode SMART (Sophisticated, Modern, Affordable, Reproductive. Technology).
Walaupun program bayi tabung di Klinik Daya Medika ini diklaim lebih murah, namun Dr. Dr. Budi Wiweko, SpOG (K) menegaskan kalau harga yang dibayarkan untuk program paket hemat bayi tabung tersebut tidak memangkas prosedur penting yang mesti dilakukan dalam bayi tabung. Kualitas peralatan atupun obat yang dipilih pun juga tidak berkualitas rendah.
Paket program bayi tabung ini sudah mencakup pemeriksaan awal, menanam embrio, panen sel telur, membesarkan embrio, hingga menanam di rahim. Namun tidak termasuk terapi hormon, jika pasangan suami istri membutuhkannya. Walaupun Klinik Daya Medika baru dibukan awal Oktober lalu, namun pasien program bayi tabung sudah mencapai 25 pasutri. Dan ternyata sembilan pasangan yang sudah bagi raport, atau memasuki tahap panen telur dan empat di antaranya dinyatakan positif hamil.
Walaupun begitu, Dr. Budi Wiweko, SpOG (K) juga mengingatkan kalau bahwa program bayi tabung tidak bisa menjamin sukses 100%. Berdasarkan pengalamannya menangani program bayi tabung sejak 2005, tingkat keberhasilannya rata-rata 40-50 %. Peserta program bayi tabung yang gagal disebabkan dinding rahim lemah atau jumlah atau kualitas sperma kurang memadai. Selain itu, semakin muda usia perempuan, di bawah 35 tahun, maka tingkat keberhasilan bayi tabung makin besar. "Juga soal rejeki, kalau memang Tuhan belum kasih mau gimana? Ada pasien yang setelah 10 kali siklus, baru bisa hamil. Ada yang sudah lima kali mencoba kemudian berhenti, tiba-tiba hamil dengan cara normal," sambung Dr. Budi. Wah... kalau soal pasrah, sih, pasti semuanya juga setuju, ya!