Toilet di rumah bisa kita jaga kebersihannya. Anak-anak teledor atau malas menyiram toilet sampai bersih, bisa kita tegur, bahkan diberi konsekuensi untuk sekalian menyikat sampai kinclong. Tapi toilet di tempat umum? Di sekolah? Pernahkah Mommies mengecek toilet di sekolah anak-anak?
Menurut Ibu Naning Adiwoso sebagai Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia kondisi umum toilet sekolah di Indonesia – bahkan yang berada di perkotaan sekalipun – banyak yang masih tergolong jauh dari ideal. Kondisi ini selain menimbulkan dampak kesehatan, juga psikologis, lho. Dari murid yang mengaku sakit supaya bisa pulang demi BAB di rumah, murid yang malas ke sekolah karena takut dengan toilet sekolah (takut kalau sampai harus pakai toilet kalau mau BAB/BAK), sampai murid perempuan usia SMP yang setiap bulan absen beberapa hari karena menstruasi dan tidak ada tempat untuk mengganti dan membuang pembalut di sekolah.
Kalau dampak kesehatan, sih, sudah jelas, ya. Toilet yang kotor dan sanitasi yang kurang baik berkaitan langsung dengan timbulnya penyakit-penyakit pencernaan seperti muntaber, cacingan, dan tipus, bahkan Hepatitis A.
*Gambar dari sini
Masalah yang ditemui di toilet sekolah nggak cuma kotor, tapi juga:
Idealnya untuk SD 1:25, SMP 1:60, dan untuk SMU boleh kurang dari 1:60 karena makin dewasa kandung kemih anak makin mampu menampung lebih banyak urine.
Kadang bak air sudah ada, tapi airnya cuma sedikit dan kran tidak menyala.
Tidak ada petugas kebersihan yang dipekerjakan khusus. Atau seperti di beberapa sekolah, toilet murid terpisah dengan toilet guru sehingga toilet murid kurang terpantau, tidak menjadi prioritas petugas kebersihan, sementara toilet guru selalu terjaga.
Tidak ada wastafel, atau minimal sabun cuci tangan dan kran mengalir.
Lampu dibiarkan redup dan tidak ada bukaan ventilasi untuk pergantian udara. Selain berisiko kesehatan, pintu rusak dan lampu yang redup atau kadang malah mati dan tidak diganti rawan kejahatan.
Tidak tersedianya sikat dan cairan pembersih yang memadai, seperti pembersih toilet yang mampu membunuh kuman dengan maksimal.
”Gerakan Toilet Higienis” Domestos.
*Gambar dari sini
Berangkat dari kondisi seperti itu, Domestos menginspirasi lahirnya mekanisme baru pelaksanaan ”Gerakan Toilet Higienis” tahun ini. Gerakan ini langsung melibatkan peran aktif para ibu untuk menyuarakan kepedulian mereka tentang pentingnya toilet sekolah yang higienis melalui saluran digital. Selama bulan Agustus hingga September lalu, mereka berkesempatan menominasikan sekolah anak mereka untuk dibersihkan dan diedukasi. Kesempatan ini diberikan pada seluruh ibu dan sekolah yang berlokasi di Pulau Jawa.
Dua saluran digital yang disediakan Domestos untuk menominasikan sekolah anak mereka adalah Facebook Fanpage “Gerakan Toilet Higienis” dan microsite www.gerakantoilethigienis.com. Selain itu, melalui platform ini ibu juga dapat mencari dan berbagi informasi mengenai kebersihan toilet sekolah yang ideal. Dari aktivitas digital ini, hanya dalam waktu satu bulan 753 ibu telah berpartisipasi, yang kemudian menghasilkan 592 nominasi sekolah. Tanggal 30 Oktober lalu, telah terpilih 25 sekolah yang akan diperbaiki higienitas toiletnya oleh Domestos.
Semoga tahun depan gerakan ini ada lagi, ya, biar lebih banyak sekolah yang bisa dinominasikan dan dipilih.
Bagaimana dengan sekolah anak-anak Mommies? Semoga sudah memadai semua kualitas toiletnya, ya! Kalau belum, bisa, tuh, ikutan program Domestos tahun depan.