“Halo, Apakabar......? Kenapa nih... Hamil lagi?”
Kata-kata tersebut adalah kata-kata pertama yang diucapkan dokter kandungan yang menjadi langganan saya saat saya masuk ke dalam ruangannya praktiknya. Sambil senyum malu, saya menjawab, “Baik dok... hehe tadi pagi sih testpack, terus garisnya ada dua..”
Yap! Saya memang langganan hamil.
Awal cerita, saya menikah pada bulan Juni 2013 dan July 2013 Saya positif hamil. Tentunya kehamilan tersebut membuat perasaan saya bercampur aduk, mulai dari senang, heran, kaget, bingung karena jujur saja saat itu memang kami baru saja menikah dan belum terlalu berpikir ke sana.
Namun ternyata Tuhan berkata lain, karena pada Agustus 2013 saya harus mengalami keguguran. Saat saya keguguran, kebetulan kami sedang mudik lebaran 2013 ke Surabaya. Ceritanya saat saya bangun tidur, saya merasa pusing banget, dan mau buang air kecil. Eh, pas buang air kecil, tiba-tiba keluar darah ditambah perut bagian bawah rasanya sakit banget. Karena panik, akhirnya kami langsung pergi ke dokter, dan dokter yang saya datangi, mengatakan kalau janin masih ada tapi , kok, besarnya gak sesuai sama usianya ya? Walau sedih tapi saya merasa agak tenang.
Namun setelah dari dokter, pendarahan yang saya alami kok malah semakin hebat dan perut rasanya sakit banget ditambah bokong seperti mau copot! Keesokan harinya kami pun ke dokter lagi, namun ke dokter yang berbeda yang kebetulan masih kerabat dari mertua saya. Setelah di-USG, dokter tersebut menyarankan untuk kuret karena beliau bilang kalau ini sudah ga berbentuk lagi..
Saya yang cukup cengeng, denger kata-kata itu tambah 'mbrebes mili'. Akhirnya saya dikuret di H-1 sebelum lebaran Idul Fitri dan H-1 sebelum saya ulang tahun, rasanya dunia runtuh.. Lalu, seminggu kemudian, hasil lab pun keluar dari hasil kuret tersebut, dan memang hasilnya tidak ada yang “aneh”.
Empat bulan berjalan setelah saya mengalami keguguran, saya hamil lagi. Namun singkat cerita, pada Januari 2014 setelah saya USG ke dokter, keesokan harinya saya mengalami Blighted Ovum (BO) dan harus dikuret lagi padahal sebelumnya, dokter sudah memberikan obat penguat dan vitamin yang cukup banyak. Hasil lab juga mengatakan kalau semua normal.
Di sinilah fase di mana saya merasa cukup down dan stres. Sangat tidak mudah untuk saya dan suami untuk menghadapi kenyataan kalau saya sudah 2 kali keguguran di waktu pernikahan yang belum genap 1 tahun. Jujur, saat itu saya sering kali merasa sedih dan akhirnya nangis sendiri kalau memikirkan ini. Ditambah dengan hampir tiap hari, timeline media sosial saya, ramai dengan kicauan-kicauan tentang kehamilan dari teman-teman. Hal Ini membuat saya semakin merasa down dan ini pun menjadi salah satu pembelajaran, jika nanti saya hamil, saya tidak mau terlalu meng-expose di media sosial. Karena menurut saya, terkadang ini menjadi hal yang cukup sensitif bagi beberapa orang.
Namun dibalik rasa stres dan down yang saya rasakan saat itu, sungguh banyak hal yang saya pelajari, Saya memang sudah sampai tahap ingin sekali hamil dan punya anak. Saya mulai introspeksi diri dengan lebih mengontrol emosi saya, Alhamdulillah saya merasa lebih calm.
Sejak itu, saya mulai makan makanan yang sehat dengan rajin mengonsumsi buah-buahan terutama pisang, wortel, apel dan semangka serta minum susu secara teratur. Hal ini juga saya terapkan ke suami. Selanjutnya kami juga pergi ke dokter kandungan untuk konsultasi, selain vitamin E, Zinc dan Asam folat, dokter saya pun memberikan semangat dan spirit yang memang sangat berpengaruh ke dalam diri kami dan mungkin menjadi titik balik saya untuk keluar dari rasa stres dan down ini.
Setelah itu tiba-tiba muncul ide di pikiran saya untuk membeli buku-buku tentang Islam dan persiapan kehamilan. Mungkin tak ada hubungannya, tapi hal ini karena saat itu saya sudah bingung bagaimana saya harus mengatasi perasaan saya. Saya berpikir, mungkin saya harus meng-upgrade diri saya agar bisa mengontrol rasa stres ini.
Bagi saya, ternyata cara ini cukup jitu. Karena dari buku-buku yang saya baca, banyak hal yang saya pelajari. Yang tadinya saya tidak tahu, akhirnya menjadi tahu dan lebih tahu bagaimana harus menjalaninya.
Dan salah satu ikhtiar yang saya lakukan juga cukup unik, yaitu pergi ke Sinshe. Sinshe tersebut bernama Sukimin Taryono yang sudah membuka praktik selama puluhan tahun di daerah Rawamangun. Ada dua orang yang saya kenal yang memang berhasil hamil melalui terapi refleksi dan minum ramuan dari Sinshe ini. Walau terasa cukup berat karena jarak yang jauh dari kantor dan rumah serta macetnya yang cukup membuat pusing, ditambah lagi harga obat herbalnya pun membuat kantong semakin cekak. Tapi demi mendapatkan buah hati, saat itu rasanya apapun akan saya lakukan.
Setelah menjalani ikhtiar-ikhitiar tersebut, Alhamdulillah pada Juni 2014, saya positif hamil lagi. Dan yang menggembirakan, saat ini usia kandungan saya saat ini sudah mau memasuki 28 Minggu. Rasa syukur terus menerus yang tidak bisa saya deskripsikan lagi, Alhamdulillah saya bisa melewati trisemester awal tanpa ada pendarahan, namun memang saya menjalani bedrest total pada trimester awal kehamilan.
Satu hal yang saya enggak akan pernah lupa adalah kalimat nasihat dari dokter kandungan yang membuat saya juga lebih semangat untuk berusaha. “Kalau mau hamil itu bagaikan membangun rumah, biar kokoh, harus disiapin dulu semen yang cukup, batu yang bagus, dan kayu yang kuat. Jadi intinya cukupi dulu dengan baik nutrisi didalam tubuh, ditambah dengan kesiapan mental dari orang tua calon bayinya .”
Doakan kehamilan saya lancar sampai tiba saat melahirkan nanti, ya, Mommies!