Semua sudah pada paham, dong, ya, kalau salah satu zat yang paling penting dan dibutuhkan oleh tubuh adalah air. Bahkan 70% tubuh kita terdiri dari air. Sayangnya, sampai saat ini, masih banyak sekali anak-anak dan remaja Indonesia yang kurang minum air. Bahkan data dari Thirst study, 2010, menunjukan kalau saat ini separuh (51%) dari remaja Indonesia mengalami dehidrasi ringan. Memprihatinkan, ya?
Untung saja karena doyan minum air putih, hal ini bisa menular ke anak saya, Bumi. Soalnya, dampak dehidrasi ini memang nggak bisa dianggap sepele, terlebih bagi anak-anak. Seperti yang dijelaskan Dr. Sudung O. Pardede, SpA(K) dalam acara media edukasi Hidrasi pada Anak yang dilakukan beberapa hari lalu. Dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia ini mengatakan kalau dehidrasi berkaitan dengan penurunan fokus dan konsentrasi pada anak. "Kurang minum bisa menyebabkan anak jadi cepat lupa, sulit mengerjakan soal, dan susah memproses pelajaran," begitu katanya.
Oleh karena itulah anak dianjurkan untuk minum setiap 30 sampai 60 menit sekali sepanjang hari. "Walaupun nggak haus, ya, tetap saja berikan, terutama bagi anak yang aktif. jangan menunggu anak hingga haus, karena haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah kekurangan cairan," ungkapnya.
Memang, kebutuhan cairan anak berbeda dengan orang dewasa ataupun pada ibu hamil. Ternyata komposisi cairan di tubuh anak, justru lebih besar, yakni kurang lebih 10-15% dari berat badannya. Sementara orang dewasa, memiliki komposisi cairan 2-4% dari berat badan.
Menurut dr. Sudung, kebutuhan air pada anak usia 1 hingga 3 tahun per harinya adalah 1.1 liter arau kurang lebih 4 gelas. sementara usia 4-6 tahun membutuhkan air setidaknya 1,4 liter atau 6 gelas. Sedangkan anak usia 7-9 tahun kebutuhan airnya 1,6 liter atau 6 gelas. dr Sudung juga memaparkan kalau kebutuhan air pada anak laki-laki dan perempuan juga memiliki sedikit perbedaan. Apalagi setelah masa pubertas di mana anak laki-laki yang aktivitasnya fisiknya cenderung tinggi dan massa ototnya lebih banyak, kebutuhan airnya pun lebih besar.
Selain itu, banyaknya kebutuhan air pada anak juga tergantung pada beberapa hal. Misalnya, makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembapan lingkungan, tingkat aktivitas, dan kondisi tubuh. Pastinya, jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh harus seimbang dengan jumlah air yang dikeluarkan tubuh setiap harinya.
Lalu bagaimana caranya mencegah anak dehidrasi? Lengkapnya klik halaman berikut, ya.
dr. Sudung menambahkan, “Sayangnya tidak mudah untuk mendeteksi kecukupan air pada anak karena beberapa gejala dehidrasi tidak terlihat lewat visual. Anak juga seringkali tidak mengenali tanda-tanda dehidrasi sehingga tidak bisa memberitahukannya pada orangtua”.
Meskipun begitu, ada salah satu langkah yang mudah dilakukan, yaitu lewat deteksi tingkat hidrasi anak melalui warna urine yang sifatnya mudah dan praktis melalui cara Urinary Color Chart (UCC) For Kids. Cara ini sedang disosialisasikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT Tirta Investama melalui Indonesian Hydiration Working Group (IHWG).
Di acara media edukasi kemarin, Ketua IHWG dr Saptawati Bardosono juga sempat menjelaskan, kalau cara yang menggunakan UCC for Kids sangat mudah. Orangtua hanya perlu menampung air urin anak dalam wadah bening saat berkemih. Perhatikan warna urin dalam wadah di bawah cahaya matahari atau lampu neon putih dan bandingkan dengan tabel warna UCC for kids.
“Warna pada UCC for Kids dapat menunjukkan apakah anak terhidrasi dengan baik, kurang terhidrasi, atau mengalami dehidrasi,” ungkap Saptawati. Cara ini bisa dilakukan pada siang hari sebelum makan siang. Orangtua bisa mengajarkan anak sejak dini untuk bisa melakukan deteksi dini secara mandiri.
Menurut Saptawati, UCC for Kids ini merupakan salah satu bentuk komitmen IHWG untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan cairan dan status hidrasi bagi kesehatan maupun kehidupan manusia. Tahun ini, IHWG memfokuskan perhatian pada peningkatkan tingkat hidrasi pada anak Indonesia. Melalui sosialisasi UCC for Kids, IHWG berharap dapat meningkatkan status hidrasi anak Indonesia menjadi lebih sehat.
Lalu, kapan waktu yang tepat melakukan deteksi melalui UCC for Kids ini?
Menurut dokter yang kerap disapa dokter Tati ini, pemeriksaan lewat UCC for Kids sebaiknya dilakukan sebelum makan siang. Hal ini dikarenakan, anak-anak sudah melakukan berbagai aktivitas. Sedangkan ketika pagi hari, saat anak baru bangun tidur warna urin memang akan cenderung lebih keruh karena saat tidur karena baik orang dewasa atau anak-anak mengalami puasa fisiologis saat tidur.
Untuk itulah, Ketua Indonesian Hydration Working Group ini mengingatkan kita, para orangtua untuk memperhatikan kecukupan air anak. Soalnya, tidak sedikit anak yang baru mau minum setelah diminta oleh orangtua.
Oh, ya, waktu itu dr. Saptawati ini juga mengatakan kalau air putih merupakan MPASI pertama yang harus dikenalkan pada anak. Bahkan katanya, hal ini mempengaruhi anak untuk menyukai makanan lain seperti sayur.