Minggu lalu saya mendapatkan kabar bahwa anak teman saya yang seumuran dengan Si Sulung masuk rumah sakit. Anak tersebut muntah-muntah dan jumlah bakteri dalam tubuh ditenggarai cukup tinggi sehinga dokter mencurigai penyebabnya adalah makanan. Adik-adik dari anak tersebut pun mengalami gejala yang serupa. Padahal makanan yang disajikan di rumah teman saya adalah masakan rumah buatan teman saya.
Mungkin Mommies masih ingat protokol dalam memberikan ASI Perah (ASIP) dan Susu Formula? Misalnya yang saya ingat sekali adalah ASIP yang sudah dikeluarkan dari lemari pendingin hanya boleh berada di suhu ruangan selama maksimal 1 jam dan ASIP yang sudah diminum bayi lebih baik tidak diberikan kembali. Atau dalam kemasan Susu Formula selalu terdapat peringatan untuk tidak memberikan susu yang sudah dibuat lebih dari 2 jam.
Kalau protokol mengolah makanan di rumah saya, yang merupakan hasil didikan Bapak saya, sifatnya masih sederhana seperti bahan mentah terutama daging tidak boleh bercampur dengan bahan makanan lainnya, harus tertutup rapat. Sebelum dan setelah bersentuhan atau mengolah bahan mentah, terutama daging sapi, ayam atau ikan mentah, wajib untuk selalu cuci tangan. Pastikan selalu untuk memasak sampai matang sesuai dengan petunjuk pengolahan makanan. Bukan berarti saya sudah aman, karena protokol Food Safety masih lebih daripada itu.
*Gambar dari sini
Belajar dari pengalaman teman saya, dengan keterbatasan saya yang tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, saya mencoba merangkum beberapa materi terkait dengan Food Safety.
Masalah food safety maupun food hygiene sudah menjadi salah satu agenda organisasi internasional. World Health Organization atau WHO bahkan memiliki 5 keys to safer food yaitu:
Trigger dari perlunya food safety adalah ancaman adanya foodborne illness (atau dikenal juga dengan sebutan foodborne disease, foodborne infection atau food poisoning). WHO menyebutkan bahwa everyday people all over the world get sick from the food they eat. This sickness is called foodborne disease and is caused by dangerous microorganisms and/or toxic chemicals. Most foodborne disease is preventable with proper food handling.
Homefood Safety memperingatkan bahwa setiap orang mempunyai risiko untuk terkena food poisoning, dan perlu diingat bahwa untuk beberapa orang risiko tersebut lebih tinggi dan dapat menyebabkan berkembangnya ancaman terhadap kesehatan yang lebih serius dan dampak jangka panjang. Kelompok yang berisiko tinggi hampir mencapai 25% dari jumlah penduduk dan termasuk kelompok lansia, bayi dan anak kecil, ibu hamil dan people with weakened immune systems and chronic illness such as diabetes, kidney disease, HIV/AIDS and some cancer patients.
Kalau sudah berbicara tentang bayi dan anak-anak, saya malah menjadi was-was, bukankah kita semua begitu, Mommies? Apa saja bakteri penyebab food poisoning? Lihat di halaman selanjutnya, ya!
*Gambar dari sini
Secara keseluruhan, dari materi yang saya baca, terdapat Eight known pathogens penyebab food poisoning:Salmonella, Listeria, Clostridium perfringens, Campylobacter, Staphylococcus aureus, E. coli, Toxoplasma gondii dan Norovirus. Mendengar namanya sudah mengerikan ya. Jika mommies ingin mengetahui lebih dalam tentang penyebabnya, mommies dapat membaca dari website Fight Bac atau dari website Home Food Safety (tinggal diklik link-nya ya). Kalau bisa saya rangkum dari Home Food Safety, saya merasa familier dengan beberapa pathogen ini:
Salmonella
Salmonella is the name of a group of bacteria that causes the infection salmonellosis. Salmonella is one of the most common bacterial causes of diarrhea in the United States and the most common cause of foodborne-related hospitalizations and deaths. Salmonella is more severe in pregnant women, older adults, younger children and those with a weakened immune system. Because Salmonella bacteria can live in the intestinal tract of humans and other animals, it can be spread easily unless proper hygiene and appropriate cooking methods are used.
Sources: You can contract salmonellosis by consuming raw and undercooked eggs, undercooked poultry and meat, contaminated raw fruits and vegetables (such as sprouts and melons), as well as unpasteurized milk and other dairy products. It can also be transmitted through contact with infected animals or an infected food handler who has not washed his or her hands after using the bathroom.
E. coli O157:H7
Escherichia coli, better known as E. coli, are a large group of bacteria. Although most strains of E. coli are harmless, some can make you very sick. One strain, E. Coli O157:H7 (STEC) is commonly discussed in the media in association with food poisoning outbreaks, because its effects can be extremely severe.
Sources: Eating raw or undercooked ground beef or drinking unpasteurized beverages or dairy products.
Listeria monocytogenes
Eating food contaminated with Listeria monocytogenes bacteria causes listeriosis—a serious infection that primarily affects individuals who are at a high risk for food poisoning: older adults, pregnant women, young children and people with weakened immune systems. Listeria can grow at refrigerator temperatures where most other bacteria cannot.
Causes: Listeria is found in refrigerated, ready-to-eat foods, such as hot dogs and deli meats, unpasteurized milk and dairy products, and raw and undercooked meat, poultry and seafood.
Selanjutnya: Si penyebab flu perut!
*Gambar dari sini
Norovirus
Norovirus is one of the leading causes of food poisoning and often results in symptoms similar to the “stomach flu” (such as stomach cramping, nausea, vomiting and diarrhea). Norovirus is a virus that spreads easily by coming in contact with someone who is infected, especially in crowded areas. Foods, drinks and surfaces can also become contaminated with the norovirus, but there are steps that can be taken to help prevent it from spreading.
Sources: Fresh produce, shellfish, ice, fruit, and ready-to-eat foods, especially salads, sandwiches and cookies that have been prepared by someone who is infected.
Toxoplasma gondii
Toxoplasma is a parasite that causes toxoplasmosis — a disease that can result in serious health problems in individuals who are at high risk for food poisoning:pregnant women, infants, older adults and people with weakened immune systems. Symptoms can be similar to the “flu” and include swollen lymph glands or muscle aches and pains that last for months. Other symptoms affect the eyes causing vision to be reduced or blurred or cause pain, redness or tearing in the eyes.
Sources: Eating undercooked, contaminated meat or using utensils or cutting boards that have had contact with raw meat; coming into contact with feces from an infected cat when cleaning the litter box; or drinking contaminated water. It can also be spread to infants if a mother has become infected before or while pregnant.
Dalam buklet WHO disebutkan bahwa setiap tahunnya banyak penduduk yang mengalami foodborne disease, tanpa mengetahui bahwa gejala yang mereka alami disebabkan oleh makanan yang mereka konsumsi. Gejaa yang paling umum adalah:
Gejala-gejala tersebut sangat tergantung pada penyebabnya, terkadang gejalanya langsung timbul setelah mengkonsumsi makanan, terkadang akan muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu setelah konsumsi. Pada umumnya gejala akan muncul 24 -72 hours after the food has been eaten.
Karena kebetulan saya tidak memiliki latar belakang kesehatan, jangan segan Mommies untuk mendiskusikan dengan tenaga kesehatan mengenai hal-hal tersebut di atas.
Bagaimana mengurangi risiko terkena foodborne disease atau food poisoning? Akan saya bahas di artikel selanjutnya, ya!