Beberapa minggu lalu nampaknya kata 'depresi' mendominasi keyword berita. Dari si mantan artis cilik yang ditengarai mengalami gangguan bipolar, sampai kematian Robin Williams si Mrs. Doubtfire yang mengejutkan banyak orang. Saat terekspos bahwa si artis ternyata sudah terdeteksi bipolar sejak usia anak-anak, banyak orangtua bertanya-tanya, bagaimana mengetahui gejala gangguan kejiwaan atau mendeteksi depresi pada anak-anak?
Dari mini talkshow tentang Mendeteksi Depresi pada Anak Sejak Dini yang diadakan oleh 3 Little Angels yang dimotori oleh Rhanda @justsilly, Monika Joy Reverger, psikiater yang menjadi narasumber mendefinisikan depresi sebagai "Perasaan sedih berkepanjangan dan mempengaruhi fungsi sehari-hari dari anak/orang tersebut."
Dr. Herbowo, SpA sebagai narasumber dari sisi kedokteran menjelaskan bahwa risiko depresi lebih tinggi pada anak dengan:
Depresi pada anak bentuknya sama dengan pada dewasa. Pengobatannya juga sama, tapi faktor kesulitan pendeteksiannya adalah karena anak-anak masih belum dapat mengomunikasikan perasaannya sebagaimana orang dewasa.
Lalu gejala yang bisa diwaspadai apa? Yang utama adalah perubahan perilaku yang mendadak, yang bukan perilaku atau sifat asli si anak sebelumnya. Di antaranya, yaitu:
Perlu diperhatikan bahwa mood swing atau kebiasaan tantrum yang bukan perubahan mendadak, tidak termasuk gejala depresi walau bisa dikategorikan gangguan perilaku.
Tatalaksana atau treatment depresi pada anak bisa dilakukan baik secara non farmakologis (tanpa obat) maupun farmakologis, tergantung derajat keparahan gangguan.
Non farmakologis:- Intervensi psikososial, dengan tujuan memperkuat ketahanan anak dan keluarga dalam menghadapi masalah.
- Psikoterapi interpersonal, play therapy, story telling, drawing, terapi kognitif perilaku. Anak-anak akan lebih mudah digali masalahnya melalui terapi bermain seperti pretend play, bercerita, dan menggambar ketimbang dengan mengobrol langsung.
Farmakologis :- Anti depresan.
Seperti tatalaksana pada penyakit fisik, keberhasilan tatalaksana depresi juga bergantung pada:
Ada semacam kuesioner atau form dengan sistem skoring yang digunakan oleh dokter atau psikolog untuk menentukan tahap depresi. Contohnya seperti yang berikut ini.
Secara sederhana sebenarnya skoring ini bisa dilakukan sendiri di rumah, namun memang lebih tepat guna pada anak yang lebih besar yang sudah bisa memahami pertanyaan.
Dari pengisian form skoring ini sedikit banyak bisa memberi gambaran tingkat depresi anak dan kapan perlu mencari bantuan baik ke dokter anak atau ke psikolog/psikiater.
Kalau ditilik dari penyebabnya, selain fisik ternyata faktor keluarga sangat berpengaruh, ya. Mudah-mudahan kita bisa membangun keluarga yang harmonis dan ramah anak sehingga anak-anak kita bebas depresi. Amin.