Sorry, we couldn't find any article matching ''
Gigi Sensitif, Apa Sebabnya?
Percaya nggak, kalau penderita gigi sensitif di Indonesia ternyata jumlahnya sangat banyak? Fakta ini diketahui lewat sebuah studi yang dilakukan IPSOS Tracking Study tahun 2013 yang lalu, di mana hasilnya menyebutkan kalau jumlah penderita gigi sensitif di Indonesia mencapai 43%. Fakta ini menggambarkan kalau banyak masyarakat yang masih belum bisa menikmati aktivitas yang berkualitas. Baik ketika makan, bekerja, dan tentunya waktu ngumpul bareng keluarga dan sahabat.
Kebayang, sih, ya, betapa nggak nyamannya kalau kita lagi mengalamin gangguan gigi? Baik saat ngilu terlebih lagi kalau sampai sakit gigi. Waktu puasa kemarin, saya sempat ngerasain gigi ngilu yang berujung dengan sakit gigi. Bawaannya jadi serba nggak enak. Yang paling bikin sedih, waktu berkualitas untuk main sama Bumi jadi hilang lantaran saya nggak enjoy banget. Jadi nyesel , kenapa nggak dari awal melakukan tindakan pencegahan buat ngatasin gigi saya yang sensitif ini.
Melihat fakta yang dipaparkan IPSOS, ternyata saya memang nggak sendirian, di luar sana masih banyak banget masyarakat yang acuh ketika menghadapi giginya yang ngilu. Melihat kondisi ini, akhirnya Sensodyne tergerak untuk menggagas sebuah program 'Enjoy Tanpa Ngilu' untuk membebaskan dari masalah gigi sensitif sehingga semua masyarakat bisa menikmati momen berharganya.
Waktu acara jumpa pers, Jahezkie; Martua, selaku GlaxoSmithKline Oral Health Care Expert Marketing sempat menjelaskan kalau gigi sensitif merupakan kondisi yang ditimbulkan akibat terbukanya dentin karena email atau enamel gigi yang menipis atau turunnya gusi. Rasa ngilu kemudian muncul karena dentin punya saluran saluran yang sangat kecil dan langsung berhubungan dengan syaraf gigi. Akibatnya, penderita gigi sensitif akan merasa ngilu yang hebat pada gigi saat menikmati makan atau minuman panas atau dingin, termasuk yang memiliki rasa manis ataupun asam. Duh, menderita banget, kan!
Waktu itu pria yang akrab di sapa Ekie ini juga bilang kalau semua orang berpotensi mengalami gigi sensitif. Tapi yang paling berisiko besar adalah orang-orang berusia 20-40 tahun karena di usia produktif banyak interaksi yang melibatkan orang lebih banyak. Untuk tindakan pencegahann, tentu harus dimulai dari tindakan perawatan sehari-hari dengan cara yang baik dan benar. Contohnya saat menyikat gigi, yang sebenarnya nggak perlu dilakukan sekuat tenaga karena hal ini justru hanya akan membuat email gigi semakin menipis.
"Masyarakat di Indonesia masih sering salah, menganggap menyikat gigi yang benar itu harus keras supaya bersih. padahal tidak demikian. Menyikat gigi dengan tenaga yang berlebihan justru memicu terjadinya gigi sensitif. Lakukan saja dua kali sehari, dan sikat dengan arah yang benar, yaitu satu arah. jangan bolak balik karena membuat email gigi menipis dan mampu membuat gusi menurun."
Selain itu, kebiasaan menggertak-gertakkan gigi ternyata juga memicu terjadinya gigi yang sensitif, lho. Kebiasaan ini perlahan-lahan dapat menyebabkan pengikisan lapisan email pada gigi yang mengakibatkan dentin gigi menjadi terbuka.
Lalu bagaimana jika gigi kita sudah terlanjur sensitif dan sering merasa ngilu? Ekie menyarankan agar kita segera mengidentifikasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya, tidak semua gigi ngilu disebabkan oleh gigi yang sensitif. Walaupun gigi sensitif nggak dikategorikan sebagai penyakit karena nggak ada kondisi patologis, bukan berarti kita cuek, ya. Biar gimana, tindakan pencegahan lebih baik dari pada mengobati. Caranya, tentu lewat perawatan sehari-hari, termasuk memilih pasta gigi yang sesuai dengan gigi sensitif. Yuk, ah, rawat gigi dengan benar. Kalau kita sudah memberikan contoh yang baik, anak pun jadi bisa ikut tertular.
Share Article
COMMENTS