Buntut dari demam looming, Dellynn (7,5 tahun) jadi punya banyak gelang karet nggak terpakai. Bikin macam-macam tapi tangannya, kan, cuma dua :D mau dipakai di mana lagi? Akhirnya...dijual, hahaha. Solusi yang simpel dan menguntungkan, saya kira. Kenyataannya ternyata nggak.
Batch yang pertama, berjualan ready stock. Model yang simpel dijual lima ribuan, yang agak rumit dan butuh bahan lebih banyak, sepuluh ribuan. Sebelum menentukan harga jual ini, lebih dahulu saya ajak Dellynn menghitung modal harga karet dan jumlah karet yang dibutuhkan per model gelang. Saya juga simulasikan contoh penjualan dengan harga modal dan dengan keuntungan dan apa efeknya masing-masing. Misalnya dengan mengambil untung, dalam beberapa batch penjualan nilai keuntungan jadi setara satu pak karet yang bisa jadi stok.
Masalah muncul saat mulai berjualan. Karena anak-anak saya nggak biasa jajan di warung dan bawa uang sendiri, hasilnya adalah anak yang gagap menghitung uang. Jadi, ya, Mommies, sebetulnya jajan itu ada nilai positifnya juga hahaha...
Karena saya sadar anak saya gagap uang, maka saya tekankan poin pertama:
Bisa, sih, Dellynn mematuhi poin ini. Selama pembelinya nggak gabruk sekalian banyak :D. Begitu beberapa orang bertransaksi sekaligus, berantakan jadinya. Ada yang kembaliannya kurang, ada yang harganya 10rb cuma terbayar lima ribu, dll. Jadi, poin kedua:
Besoknya mulai ada pesanan. Sudah bagus,
Tapi semua juga tahu bahwa kenyataan tidak seindah harapan *tsah. Ada pesanan yang besoknya belum terbeli karena si pemesan lupa bawa uang. Ada juga pesanan yang akhirnya dibeli teman yang lain (bukan yang pesan), jadi yang pesan minta dibuatkan lagi gantinya. Plus setelah lapak jalan 2-3 hari, mulai siwer sudah berapa pendapatannya.
Karena mulai perlu restok beberapa warna yang mulai menipis juga, mulai perlu:
Dari coret-coretan catatan order, disederhanakan jadi berapa item terjual dalam sehari. Bila ada pengeluaran untuk restok juga ditulis. Kedua kolom pemasukan dan pengeluaran ini harus seimbang. Saat uang di tangan tidak sama dengan jumlah barang terjual, saya suruh Dellynn mengingat-ingat ke mana uangnya. Satu saat ketahuan bahwa sebagian uang jualan terpakai Dellynn beli buku tulis karena ketinggalan dan jajan di bazaar :D.
Kalau tidak sama pemasukan-pengeluaran dengan alasan apapun (ada yang kelupaan juga uangnya kemana hahaha..), maka saya suruh Dellynn:
Ini saya maksudkan untuk membuat dia merasa rugi dan lain kali lebih teliti. Tapi, kok, kayaknya nggak ngaruh, ya *keluh*. Nggak ada rasa keberatan, gitu, keluar uang dari kocek sendiri *tepokjidat.
Yah, setidaknya langkah-langkahnya sudah ada, lah, walau pelaksanaannya masih amburadul :D. Memang akhirnya kuncinya di:
Adakah Mommies yang sudah mengajari berdagang dan memperkenalkan pencatatan pemasukan-pengeluaran pada anaknya? Di usia berapa? Boleh, lho, di-sharing tips-triknya. Jadi satu artikel juga boleh di submit ke Mommiesdaily. Ditunggu, ya!