Sorry, we couldn't find any article matching ''
Bully 'Positif'?
*Gambar dari sini
Bukan sepenuhnya bully, sih, menurut saya. Tapi tetap saja kenyataannya berupa olok-olokan yang dilakukan sekelompok anak/orang kepada anak lain. Lalu di mana 'positif'nya? Well, terus terang saya sendiri ragu-ragu bilang positif, tapi dalam kasus yang saya lihat ini efeknya memang positif. Tergantung konteks apa yang di-bully-kan juga mungkin, ya?
Jadi, di kelas salah satu anak saya ada temannya yang sampai cukup besar (laki-laki, kelas 3-4 kalau nggak salah waktu itu), masih diurus semua keperluannya oleh Mbaknya. Termasuk ganti baju dan mandi, lho! Saat pertama anak saya cerita,"Mah, si X masih dimandiin, lho, sama Mbaknya", saya agak kaget. Karena melihat usianya, harusnya anak sebesar itu sudah bisa mengurus kebutuhan sehari-harinya sendiri. Setidaknya kalaupun ada Mbak/BS fungsinya tinggal mengawasi dan mengingatkan, yang menurut istilah Pak Toge 'ngebel'.
'Ngebel' saja harusnya nggak dilakukan, lho, supaya anak nggak tergantung sama bel. Kalau memang ada yang ketinggalan/lupa dikerjakan, ya, risiko yang harus dihadapi si anak. Masuk ke mata pelajaran 'menerima/menjalani risiko', nih. Kalau nggak berhadapan sama risiko, kan, anak nggak terpacu juga untuk lebih teliti dan waspada lain kali. Kelak saat makin besar juga belum tentu ada yang stand by 'ngebel' di setiap kesempatan, toh?
Nah, ini, kok, bahkan sampai mandi dan pakai baju juga sama si Mbak? Saya seram, lho, dengar ceritanya. Apalagi dengan maraknya child molesting beberapa waktu terakhir yang sudah nggak pandang bulu lagi pelakunya siapa, laki-perempuan, dan korbannya siapa, bayi-balita-anak-remaja. Hal seperti ini, kan, justru harusnya dihindari walau si Mbak mungkin sudah mengurus si anak dari masih kecil.
Waktu itu saya komentar,"Lho, kan, sudah besar. Kenapa nggak dilakukan sendiri? Nggak malu sama Mbaknya? Orangtuanya gimana?" *ujungnya orangtua terbawa juga, kan #lapkringet. Anak saya cuma jawab,"Tauk, tuh." Standar anak laki-laki. Saya juga cuma bisa kasih saran ke anak saya untuk mengingatkan si teman kalau sudah besar, sudah waktunya mandiri. Update cerita ini saya dapat berbulan-bulan kemudian, kata anak saya singkat,"Udah nggak, kok." Alhamdulillah, deh :D.
Belakangan saya baru tahu, ternyata nggak cuma anak saya yang cerita sama mamanya. Dan kebanyakan reaksi para mama juga seperti saya. Hasilnya, di-bully-lah si anak ini sama teman-temannya.
"Ihh...maluuu.. udah besar, kok, masih dimandiin!"
"Kok, kamu nggak mandi sendiri, sih. Malu tau sama Mbak!"
"Kamu, kan, udah sunat. Udah harus mandi sendiri!" dan semacamnya.
Rupanya karena di-bully teman-temannya, si anak ini jadi malu dan mogok dimandikan Mbaknya. Buntutnya di sekolah juga sudah nggak ditungguin si Mbak. Malah bagus, kan? Coba kalau teman-temannya cuek, diam saja, mungkin sampai sekarang masih dimandikan, tuh.
Bagaimana menurut Mommies, yang seperti ini termasuk bully nggak, ya? Tanpa kekerasan fisik dan verbal yang keterlaluan, sih, memang. Walau tetap sifatnya, ya, mengolok-olok. Atau...'bully positif'?
Share Article
COMMENTS