banner-detik
BREASTFEEDING

(Nggak) Beruntung Menyusui

author

Yulia Indriati19 Aug 2014

(Nggak) Beruntung Menyusui

 

IMG_7949

Suatu siang yang terik di perjalanan menuju kantor setelah mengantar jemput anak saya sekolah, saya telepon suami saya, kurang lebih seperti ini ocehan saya: “Duh aneh banget deh tadi ngobrol sama ibu-ibu di sekolah, masa aku dibilang beruntung banget bisa menyusui sambil kerja. Lah beruntung dari mana? Jelas-jelas aku usaha jungkir balik, usahain konsisten mompa, bangun malem kejar tayang ASIP. Itu kan usaha, bukan beruntung. Aku salah atau nggak sih ngerasa gini?”  -- Suami saya di ujung telepon dengerin aja (kayaknya ya, atau jangan-jangan dikempit aja handphone-nya daripada denger yang bawel :p) .

Ini kejadiannya sekitar 4 tahun lalu, pas anak saya yang pertama baru masuk taman bermain kecil di usia dua tahun, saya seorang ibu baru, sedang dalam proses menyapih. Lagi capek-capeknya kali ya, jadinya sensi dan crancky. Hahaha.

Tapi itu lah yang saya rasakan waktu itu, rasanya usaha dan lelahnya saya nggak sebanding banget kalau dibungkus dengan kata “beruntung”. Waktu itu, definisi saya tentang beruntung adalah semacam anugerah yang jatuh dari langit dan bisa didapatkan dengan cuma-cuma.

Tapi kemudian waktu berjalan, makin banyak ketemu orangtua lainnya, ibu-ibu dari pergaulan di sekolah anak, klien kerjaan yang kebetulan lagi menyusui juga, saudara sepupu yang baru melahirkan dan dari pertemanan lainnya. Dari kehidupan sosial ini saya belajar banyak tentang menjadi ortu untuk anak saya dan menjadi teman sesama ortu.

Melihat kondisi banyak ortu lain, saat itu lah saya merasa memang sudah sewajarnya saya merasa beruntung. Tidak bermaksud berbahagia di atas penderitaan orang lain, tapi memang banyak alasan untuk merasa beruntung. Apalagi beruntung itu kan soal merasa, jadi bisa sangat relatif, tergantung cara pandang masing-masing.

Ternyata, perihal menyusui saya memang salah satu yang beruntung. Apa pasalnya? Simak di halaman selanjutnya!

Slide2

OK balik lagi ke soal beruntung dan menyusui, ternyata nggak semua ibu mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, terutama di awal masa menyusui. Padahal di masa ini, dukungan adalah hal yang sangat krusial (dan mungkin nggak lebay kalau disebut sebagai satu-satunya hal yang membantu kesuksesan menyusui).

Ibu bekerja yang mengalami menyusui penuh tantangan itu, tidak sedikit yang ternyata persoalan adalah tentang dukungan >> tidak dapat dukungan dari dokter atau tenaga kesehatan untuk menyusui sehingga tidak mendapat informasi yang tepat, tidak dapat dukungan dari tempat bekerja karena minimnya fasilitas untuk memompa atau kebijakan yang membatasi, tidak dapat pengasuh/nannya yang mau belajar meminumkan ASIP ke bayi, tidak dapat dukungan dari suami atau orang terdekat lainnya misal ibu atau mertua.

Sejujurnya, saya memang tidak mengalami itu semua. Saya mendapat support penuh dari suami, pengasuh anak di rumah, dari kantor dan kebijakannya, teman-teman dan tentunya tidak lupa tukang mie ayam, bubur, ketoprak dan cemilan-cemilan lainnya yang selalu siap dituntaskan tanpa merasa bersalah karena alasan menyusui :p

Pelajaran buat saya adalah tentunya ada banyak alasan kenapa teman ngobrol saya “menuduh” saya beruntung. Dalam hal menyusui, daripada meruncingkan menyusui vs tidak menyusui, mari selalu beri dukungan bagi yang menyusuinya penuh tantangan. Dukungan bentuknya bisa banyak antara lain: tidak menanyakan hal-hal yang sensitif seperti misalnya“dapat berapa ml pas mompa?”, tidak membanggakan diri secara berlebihan kalau kita sudah berhasil, berikan empati yang cukup dan pelukan yang banyak. Sesama ibu-ibu mari saling dukung.

Oiya, adakah busui yang juga bekerja dan membutuhkan ide-ide asik seputar menyusui sambil bekerja, silakan simak “10 Hal Lancar Menyusui Sukses Bekerja” dari Nia Umar, penulis, yang juga Wakil Ketua AIMI. Semoga bisa membantu daaan happy breastfeeding, Mommies!

Yulia Indriati adalah content manager di 24hourparenting.com. 24hourparenting.com adalah adalah situs parenting yang memuat how-to-parenting, singkat dan to the point, juga membahas tentang menjadi orangtua, dan ide kegiatan ortu-anak. Dilengkapi visual yang semoga asik. Diasuh oleh psikolog dan orangtua.

PAGES:

Share Article

author

Yulia Indriati

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan