banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Mengenalkan Konsep Kematian Pada Si Kecil

author

adiesty18 Aug 2014

Mengenalkan Konsep Kematian Pada Si Kecil

Bulan puasa kemarin, keluarga besar saya baru saja kehilangan salah satu anggota keluarga. Setelah beberapa tahun berjuang melawan penyakit kanker, Om saya ini harus berpulang menghadap-Nya. Ketika mendengar kabar duka cita ini, saya pun lantas meberitahukan ke Bumi kalau Eyang Nug (panggilan Bumi ke Om saya) meninggal dunia. Kebetulan, Bumi memang termasuk dekat dengan Om saya ini. Waktu itu pun akhirnya Bumi mengikuti proses pemakaman dari awal. Dan seingat saya, ini adalah pengalaman pertamanya. Jadi, sudah bisa dipastikan, ya, kalau sepanjang proses pemakaman anak lanang saya ini terus melontarkan berbagai pertanyaan.

bumidansiputih

Meninggal itu apa, sih, Bu? Kenapa kalau orang meninggal harus dikubur? Kalau meninggal, nanti Eyang Nug bangun lagi nggak? Dan, yang bikin saya tersenyum Bumi sempat tanya, nanti kalau sudah dikubur Om Nug akan jadi akar, ya? Rupanya, waktu itu Bumi sempat menguburkan ikannya di halaman rumah. Dan beberapa minggu kemudian, dia iseng membukanya lagi. Menurutnya, sih, ikan tersebut berubah jadi akar :D Pun ketika salah satu hamsternya mati.

Mendengar ceritanya, saya pun mencoba meluruskan dan bilang kalau sebenarnya binatang peliharaannya  yang mati dan sudah dikubur akan jadi tanah. Sedangkan, akar yang dia lihat memang akar pohon yang tumbuh di sekitar tempat Bumi menguburkan. Untungnya, penjelasan saya waktu itu nggak ‘memancingnya’ dengan pertanyaan lain. Ternyata, untuk menjelaskan kematian pada anak memang lebih terasa mudah kalau diawali dengan pengalaman binatang peliharaan yang mati, ya. Paling nggak ini berlaku untuk saya :D

Selain itu, apa saja yang perlu diperhatikan saat menjelaskan konsep kematian pada anak balita? Langsung klik halaman berikut, ya.

bumidanputih

Waktu ngobrol dengan Mbak Nina Teguh, psikolog anak juga bilang kalau untuk menjelaskan konsep meninggal pada anak memang paling mudah dimulai lewat binatang peliharaan lebih dulu. Katanya, ketika binatang peliharaannya mati, anak bisa mengetahui prosesi upacara penguburan. Dan di sanalah waktu yang tepat untuk memberikan penjelasan mengenai kematian. Selain itu dalam menjelaskan konsep meninggal kita harus jujur. Informasi yang disampaikan harus disesuaikan dengan usia anak sehingga dapat dipahami oleh mereka.

Mungkin, untuk anak balita seusia Bumi, mereka akan cenderung berpikir bahwa kematian seperti tidur panjang, ya? Tapi yang pasti, seperti yang dibilang Mbak Nina bilang, saat menjelaskan konsep kematian prinsipnya harus  jujur. Jika tidak, anak bisa memperoleh konsep yang salah dalam jangka waktu yang lama. Makanya,  orangtua harus berhati-hati menggunakan kata-kata seperti "tidur", atau "pergi". Menggunakan istilah-istilah demikian tanpa penjelasan justru bisa membingungkan.

“Ketika ada orangtua yang menjelaskan konsep meninggal dengan kata-kata tidur, sebenarnya ini akan tergantung pemahaman anaknya sendiri. Kalau tidur itu kan pastinya akan bangun lagi. Sedangkan kalau meninggal itu kan artinya tidak bisa bangun lagi. jadi realistis saja lah,” saran Mbak Nina.

Lagipula ketika kita menjelaskan kalau kalau meninggal itu sama dengan tidur, bukan tidak mungkin, justru akan membuat mereka takut untuk tidur karena mereka takut tidak akan terbangun lagi. Memberikan jawaban untuk mengelak seperti ini justru bisa memancing masalah baru. karena mereka takut tidak akan terbangun lagi. Biar bagaimana pun, menjelaskan apapun pada anak-anak memang harus jujur ya!

 

 

 

 

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan