4 Penyebab Seorang Ayah Alami Baby Blues

Dad's Corner

adiesty・17 Jul 2014

detail-thumb

baby with dad

Seperti yang sudah saya tulis di artikel ini, ternyata kondisi baby blues nggak cuma bisa dirasakan para new mom saja, ya.  Kalau belum siap, seorang ayah juga bisa mengalami sindrom yang sama. Beruntung sekali, empat tahun yang lalu setelah melahirkan Bumi, saya ataupun suami sama sekali nggak ngalamin perasaan yang tidak mengenakan tersebut.

Walaupun begitu, belum ada jaminan juga, sih, kalau nanti ketika saya punya anak lagi, kondisi baby blues nggak akan kami alami. Mendengar cerita dari teman-teman, kondisi hamil ataupun membesarkan anak ke dua itu akan menyisakan sejarah tersendiri. Beruntung, beberapa waktu itu saya sudah cukup banyak ngobrol dengan Mbak Putri Langka, pengajar serta Pembantu Dekan II Fakultas Psikologi Universitas Pancasila mengenai masalah baby blues ini.

Paling nggak, saya jadi punya bekal untuk menghindari beberapa pemicu yang menyebabkan baby blues, terutama untuk pihak ayah. Berikut saya share beberapa hal yang bisa menyebabkan kenapa baby blues bisa dialami oleh pasangan kita.

1. Rasa “Cemburu”

Mau tidak mau kehadiran anak akan banyak menyedot perhatian istri. Hal ini tentu bisa membuat rasa perhatian dan kasih sayang istri terhadap suami terbagi menjadi dua antara suami dan anak. Dalam hal ini Putri Langka menyarankan akan para orangtua baru untuk tidak mengabaikan pentingnya komunikasi. Lewat komunikasi yang baik, kedua belah pasangan bisa membuat kesepakatan bersama untuk membagi tugas dan tetap memiliki waktu unuk bersama

“Kadang, banyak orangtua baru yang lupa kalau kebutuhan seperti ini tetap harus ada. Meskipun sudah mempunyai anak, kebutuhan suami sebagai pasangan tetap harus dipenuhi dengan begitu suami pun tidak merasa diabaikan. Tapi, untuk para ayah, sebenarnya rasa cemburu terhadap anak bisa dikatakan tidak wajar, untuk itulah perasaan ini harus ditekan,” urai Putri.

2. Tidak Siap Mental

Tak heran jika pernikahan dini tidak disarankan. Alasannya, silakan lihat di halaman berikutnya, ya!

working-dad

Hal ini berpengaruh pada kesiapan mental dari pasangan itu sendiri. Menjadi orangtua, khususnya ayah tentu memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat besar. Kondisi perubahan yang harus dihadapi ketika baru memiliki anak, tentu harus diimbangi dengan kesiapan mental. Belum lagi jika memang sang ayah belum siap dengan perannya membantu sang istri merawat bayi. Mulai dari menggendong, menggantikan popok, atau bangun malam hari lantaran bayi terus menerus. Kenyataannya, banyak suami yang menyerah karena merasa tak mampu melakukannya. Hal ini tentu bisa membuat ayah merasa depresi.

“Jika ayah tidak bisa beradaptasi dengan kesibukan baru dan tidak berkomunikasi dengan baik dengan istrinya bisa saja ia menghindari dengan pulang kantor malam hari. Harapannya tentu saat pulang ia sudah bisa menemukan kondisi yang lebih tenang”.

3. Tidak Siap Materi

Kesiapan materi ternyata memegang peran penting dalam timbulnya kondisi baby blues syndrome pada ayah. Seorang ayah yang tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya memberikan nafkah untuk keluarga akan merasakan depresi. Hal ini bisa dipicu ketikan sang ayah tidak siap dengan biaya perawatan bayi dan pasca melahirkan

Terlebih jika pada kondisi tertentu, di mana ternyata istri harus menjalani operasi caesar, atau kondisi bayi lahir prematur serta adanya kelainan sehingga membutuhkan perawatan khusus dengan biaya tinggi. Ketidaksiapan dengan pengeluaran yang tidak terduga seperti ini mampu menyebabkan ayah mengalami baby blues.

4. Masalah Keluarga

Sejatinya, kehadiran bayi mampu menambah kebahagiaan dalam keluarga. Namun pada kondisi tertentu kehadiran anak bisa dianggap sebagai beban. Hal ini biasanya berlaku pada kondisi pernikahan kurang harmonis. Bisa akibat pernikahan pernikahan yang tidak direstui, seringnya terjadi pertengkaran, atau bahkan adanya perselingkuhan. Dengan kehadiran bayi tentu mampu, menyebabkan ayah juga bisa mengalami baby blues akibat stres.

Setelah mengetahui penyebabnya, semoga Mommies dan suami bisa menghindarinya, ya!