Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mengajari Anak Investasi
*Gambar dari sini
Sebagai orangtua zaman sekarang, sepertinya kita sudah akrab sekali dengan yang namanya investasi, ya. Saya pribadi, baru melek bahwa yang namanya investasi itu amat beragam, baru setelah jadi orangtua. Padahal, kalau saja saya tau sejak dulu, mungkin investasi saya sudah ada di mana-mana *ciyeh, lebay*, haha!
Nah, setelah menyadari hal ini, saya mikir sepertinya bagus banget kalau anak-anak kita ajari berinvestasi sejak dini. Caranya, bagaimana, ini yang belum saya tau. Karena itu, simak pemaparan dari Ibu Rian Eriana Kaslan EVP, Head of Product, Service and Marketing PTBC di bawah ini ya!
Q. Pada umur berapa anak sebaiknya mulai diajari berinvestasi?
A. Sebelum mengajarkan investasi, anak dapat diajari mengenal uang , belajar menabung, dan membuat perencanaan, di mana investasi merupakan bagian dari perencanaan keuangan tersebut.
Usia 5 tahun atau saat mereka mengenal membaca menulis anak sudah bisa diajak berdiskusi tentang uang. Berikan kepada fasilitas untuk menabung seperti celengan, kemudian ajarkan pada mereka mencatat pengeluaran juga pemasukannya serta pelatihan bagaimana membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Sembari itu kenalkan pula kepada anak tujuan-tujuan finansial lainnya seperti beramal serta berinvestasi. Ajak si kecil menyisihkan sebagian pendapatannya dan ajak mereka beramal memakai uang jajannya sendiri. Hal ini akan menumbuhkan sifat ingin berbagi di kemudian hari.
Untuk investasi, buat si kecil mengerti dulu tentang arti investasi dengan cara yang mudah yaitu menyimpan uang dalam instrumen tertentu untuk mendapatkan keuntungan.
Cara yang bisa dipakai misalnya tawarkan kepada anak jika dia menyimpan uangnya terus menerus dalam celengan maka kita akan menggandakannya.
Contoh: hari pertama kita memberinya 100 rupiah jika tidak dibelanjakan maka pada hari kedua akan kita gandakan menjadi 200 rupiah begitu seterusnya hingga hari ke tigapuluh kita memberinya 3000 rupiah.
Di akhir bulan saat tabungan dibuka maka si kecil akan mendapatkan uang senilai Rp. 46,500 untuk membeli tujuan finansialnya seperti mainan Hot Wheel.
Bandingkan jika si kecil di hari pertama telah membuka celengannya dan memakai uang untuk jajan kue maka dia akan lebih lama mendapatkan Hot Wheel. Inilah dasar pertama si kecil belajar mengenai compounding interest (bunga berbunga). Buatlah permainan investasi sederhana ini lebih menyenangkan dengan mengajak kakak atau adik.
Q. Jenis investasi apa yang tepat untuk mereka?
A. Saat anak beranjak memasuki usia remaja mereka akan lebih matang dalam memandang keuangan. Kita bisa mengajaknya mengenali aneka instrumen investasi serta risikonya.
Bawa anak ke bank kemudian mintalah Customer Service menerangkan tentang deposito serta cara penghitungan bunga deposito.
Kenalkan juga dengan saham sejak dini meski bukan cara trading-nya tapi konsep dasar. Memiliki saham artinya si kecil menjadi pemilik kecil dari sebuah perusahaan, dan jika perusahaan itu untung maka mereka juga akan ikut menikmati keuntungan.
Contohnya di negara maju kita bisa membeli saham Disney dan mendapatkan sertifikat kepemilikannya dengan bentuk bergambar karakter Disney. Bagi anak akan lebih mudah melihat bentuk nyatanya dibandingkan hanya berupa cerita.
Beberapa bank memiliki pelatihan investasi yang dikemas dengan fun sebagai bagian dari CSR-nya dan gratis. Coba libatkan anak ke pelatihan tersebut sehingga anak memiliki lebih banyak info. Atau agar sesuai dengan usianya yang remaja rekomendasikan mereka untuk follow social media institusi-institusi keuangan yang kerap memberi pelajaran finansial.
Apakah semua anak bisa diajak untuk berinvestasi? Bagaimana memotivasi mereka supaya mau investasi, ya? Simak penjelasannya di halaman berikut!
*Gambar dari sini
Q. Bagaimana memotivasi anak untuk mau berinvestasi?
A. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan pertama. Investasi merupakan bagian dari perencanaan keuangan jika anak tidak memiliki tujuan atau goal maka investasi tidak akan bermakna.
Motivasi tentu saja datang ketika pemilihan goal yang telah kita tanamkan sejak kecil. Lakukan perencanaan bersama-sama dalam contoh yang nyata. Mulailah dari yang sederhana, misalnya ketika anak ingin punya sepeda baru tahun depan. Hitunglah bersama-sama berapa jumlah yang harus dia tabung mulai dari sekarang. Mereka akan belajar disiplin dan semakin bersemangat ketika tahun depan sepeda tersebut berhasil didapatkan dari hasil usahanya.
Q. Anak tidak punya penghasilan selain dari uang saku, darimana mereka mendapat dana untuk investasi?
A. Selain dari uang saku kita bisa mengajari anak bekerja, yang tentu saja disesuaikan dengan umurnya. Bekerja dan menghasilkan uang meskipun sedikit merupakan pelajaran kehidupan yang harus dialami si kecil sebelum terjun ke realita.
Anak SD bisa kita beri uang tambahan jika dia membantu kita melakukan pekerjaan tambahan. Misalnya si kecil seharusnya hanya membersihkan tempat tidurnya namun ia juga membersihkan tempat tidur kita, berilah reward dengan tambahan uang saku.
Namun jika si kecil membersihkan tempat tidurnya sendiri yang memang kewajibannya kita tidak perlu memberinya tambahan uang.
Bagi anak remaja, berilah tugas yang lebih kompleks seperti membantu belanja grosir bulanan atau jika sudah punya SIM, ia bisa membantu mengantar jemput kita di kantor.
Jumlah uang yang disarankan jangan lebih besar dari uang saku yang didapatnya untuk memberi pengertian bahwa yang dilakukannya bukanlah pekerjaan utama. Selain itu berilah reward pada pekerjaan tambahan bukan pada tugas utamanya.
Jangan lupa, sama seperti kita kala bekerja ada saatnya mendapatkan bonus ketika menunjukan performa yang baik. Begitu pula dengan anak-anak jika mereka berprestasi dalam akumulatif setahun, maka boleh ditambahkan bonus uang saku. Terapkan pula kenaikan uang saku tiap tahun berdasarkan hal tersebut.
Uang-uang tersebut dapat diolahnya sebagai modal investasi dan menabung untuk mencapai tujuan finansialnya. Jangan lupakan uang hasil angpau Lebaran, Natal ataupun Sincia.
Sebagai orangtua, tetap harus memonitor aliran dana si kecil dihabiskan untuk keperluan apa dan didapat dari siapa. Dalam upaya mencari tahu cobalah bersikap sebagai teman sehingga anak tidak segan dalam mengungkapkan keinginannya.
Jangan dimarahi ketika ia menghabiskan uangnya untuk tujuan finansial yang menurut kita tidak masuk akal, biarkan saja karena uang tersebut merupakan hasil kerja kerasnya menabung atau berinvestasi.
---
Setelah membaca pemaparan di atas, saya yakin Mommies mendapat banyak ide-ide seru untuk diterapkan di rumah, ya. Kebetulan anak saya mau masuk SD tahun ini, jadi sepertinya sudah bisa nih, diajari berinvestasi juga. Ada yang mau atau sudah mencoba mengajari anak berinvestasi?
PAGES:
Share Article
COMMENTS