Sorry, we couldn't find any article matching ''
Berat Badan Bukanlah Segalanya
*Gambar dari sini
Ketika saya berhasil memangkas banyak berat badan, saya terpikir untuk melakukan kontrol makanan lebih ketat lagi. Tujuannya, saya ingin berada di posisi 50 kilogram. Agak-agak nggak masuk akal sih ya. Dengan tinggi badan 165 cm, berat badan 51,5 kilogram saja sudah membuat saya kerempeng. Dan wajah tirus itu benar-benar terpampang jelas. Masalahnya, ketika pipi saya tirus, kantung mata saya ikut terlihat jelas. Cantik? Entahlah. Tapi saya sering tidak mengenali wajah saya lagi (meski saya bangga karena tulang pipi saya terlihat nyata). Nasib berpipi chubby dan berwajah bulat sejak kecil membuat saya bangga dengan keberadaan tulang pipi tersebut.
Namun nada protes keluar dari mulut suami. Dia bilang saya terlalu keras pada diri saya. Toh, BMI (body mass index) saya berada di kisaran normal. Lebih tepatnya mendekati batas bawah. Harusnya saya tidak lagi memikirkan berat badan melainkan memikirkan kesehatan jangka panjang.
Saya merenung, kata-kata suami memang benar. Sejak saat itu, saya mulai lebih memerhatikan bahan makanan yang saya konsumsi. Olahraga pun saya jadwal sedemikian rupa agar massa otot terbentuk dengan baik. Yang paling paling penting, saya tidak melupakan aspek massa tulang di tubuh ini. Ya, saya nggak mau tulang ini jadi keropos hanya karena saya mati-matian mengejar berat badan 50 kilogram. Karena metode diet yang salah bisa menyebabkan tulang keropos lho!
Saya tidak lagi menjalankan metode rawfood secara penuh. Saya mengatur pola makan; kapan saya melakukan rawfood, kapan waktunya makan protein hewani dan kapan saya boleh makan bebas alias cheating day. Namun saya tetap berada di jalur food combining karena bagi saya pribadi, food combining mampu mengatur porsi, menu dan jadwal makan saya dengan baik. Sebagai informasi tambahan, sudah dua tahun saya melakukan metode makan ala food combining dan cocok.
Selanjutnya: Berat badan bukan lagi jadi tujuan utama>>
*Gambar dari sini
Hasilnya berat badan saya bertambah menjadi 55 kilogram. Namun, perut bawah saya memperlihat hasil yang nyata, garis-garis di bagian perut bawah mulai terlihat. Paha yang sebelumnya masih bergelambir, mulai kencang dan terlihat jelas garis lekukan otot di situ. Bagian pinggul lebih hebat lagi karena saya berhasil membuat bentuknya menjadi bulat, penuh dan kencang. Kalau sudah begini, saya lupa dengan tujuan berat badan harus mencapai 50 kilogram, hahaha!
Dari pengalaman ini, saya setuju jika berat badan bukanlah menjadi patokan utama bagi mereka yang sudah berada di kisaran BMI normal. Normalnya angka BMI kita ada di kisaran 18,5 – 24,9. Jika angka BMI kita berada di kisaran normal, silakan melihat kadar body fat dalam tubuh kita. Singkatnya, dengan mengetahui nilai body fat di dalam tubuh, kita jadi tahu berapa persentase lemak di dalam tubuh. Untuk lebih jelasnya, bisa melihat bagaimana cara perhitungan dan sedikit penjelasan mengenai bodyfat, gabung di forum FitnFab yang ini yuk!
Sekarang, saya tidak lagi memikirkan angka di timbangan. Justru saya makin terpacu untuk meningkatkan level olahraga yang biasa saya jalani. Misalnya, dalam seminggu saya bisa berlari sebanyak tiga kali dengan jarak lebih dari lima kilometer. Atau saya lebih melatih diri agar bisa melakukan headstand tanpa bersandar pada dinding. Dan, saya ingin bisa menyelesaikan satu video Zumba yang berdurasi lebih dari 60 menit. Semua itu memang belum saya lakukan tapi saya tetap berlatih agar bisa mencapainya.
Singkatnya, bagi yang mengalami kelebihan berat badan dengan BMI di atas 24,9, maka disarankan untuk menurunkan berat badan menjadi ideal. Bagi yang sudah berada di level BMI normal, lebih disarankan untuk melihat persentase body fat tubuh. Tujuannya bukan untuk kurus, melainkan untuk tubuh yang sehat. Karena tubuh yang sehat mejadikan diri kita semakin kuat.
Exercise to be fit, not to be skinny. Eat to nourish your body. You are worth more than you realize.. - anonym
PAGES:
Share Article
COMMENTS