banner-detik
OTHERS

Tatap Sekelilingmu, Jangan Hanya Layar Gadget-mu!

author

ketupatkartini22 May 2014

Tatap Sekelilingmu, Jangan Hanya Layar Gadget-mu!

I watched this viral video, and this is our concern for so long, after all this time, packed into 4minutes long video.

Beberapa waktu lalu ada sebuah foto yang populer, mungkin kita semua sempat melihatnya, potret sebuah konser, 10 tahun lalu, dan saat ini. Sungguh teknologi mobile telah mengubah segalanya.

foto dari sini

Lalu yang setiap hari saya saksikan. Di gerbong kereta commuter line, atau di gerbong bis kota, di halte, ruang tunggu dokter, antrean, cafe, restoran, ada sebuah pemandangan yang seragam. Orang-orang yang menunduk, look down, menatap layar masing-masing.

Saya bahkan sempat bergurau kepada diri sendiri, sekitar 5-6 tahun lalu, if I were single, jika dalam gerbong kereta ini ada seorang pemuda yang tidak terpaku pada layarnya sendiri, maka dia lah yang akan saya pilih sebagai pacar. Or in other words, saya akan memilih seseorang yang nyaman berada di kerumunan, atau di manapun, tanpa memegang dan sibuk dengan handphonenya.

Kemudian saya ingat lagi, masa-masa ketika saya masih di sekolah menengah, saat mobile phone adalah sebuah teknologi yang sangat tidak terjangkau, saat belum ada terminologi hape dalam kamus kami. Saat aktivitas menunggu biasanya hanya diisi dengan bengong, atau ngobrol. Lingkungan, bahkan orangtua sering merujuk pada budaya Jepang, -yang orang-orangnya selalu tampak occupied saat menunggu, atau berada di antrean, dengan membaca buku- sebagai sesuatu yang positif dan patut ditiru.

They also look down! And being occupied feels more secure, tampak 'sibuk' dengan sesuatu memang terasa lebih nyaman dan aman daripada bengong, atau melihat dan mengamati sekitar.

Then the mobile technology becoming our closest friend. Everyone wants to feel occupied, coz it feels more secure than doing nothing.

Selanjutnya: Kita pun lebih sering melihat nama atau status teman dibanding wajah mereka >>

Video ini pun menyentil gaya hidup kita ini. Saat kita lebih banyak melihat 'nama' teman-teman daripada menatap mata mereka. Yang kita anggap media sosial, padahal sebenarnya bukan. Saat kita lebih banyak menutup pintu, dan membuka gadget untuk masuk ke dunia ilusi, menjadi budak pada teknologi yang kita kuasai.

Rasanya hampir semua lirik di video itu ingin saya kutip. "A world of self image, self interest, self promotion. Where we all share our best bits, but leave out the emotion. When we 'almost happy' with experience we share, but is it the same, if no one is there?"

Seperti scene di kereta tadi, kita menjadi unsocial, kita tidak lagi 'puas' untuk ngobrol dan berinteraksi dengan orang lain, untuk menatap mata orang lain.

lookup5foto dari sini dan sini

Selanjutnya: Menatap gadget atas nama multitasking >>

babyhandphone_mommiesdaily

Saya seperti berkaca pada diri sendiri, saat menatap layar mobile terasa lebih 'secure', daripada menanggapi permintaan si kecil untuk menggambarkan sesuatu di papan tulis. Saat menyusui dan meninabobokkan si bayi terasa lebih produktif dan berasa multitasking bila dilakukan sambil memegang dan melihat ke layar hape.

Lalu kutipan ini membuat saya ngeri, dan rasanya gelisah semalaman, "We're surrounded by children, who since they were born, have watch us living like that, and think its the norm". Anak saya yang besar, 10 tahun, tidak pernah rasanya bisa menikmati diamnya. Saat di perjalanan, di lingkungan luar, tidak lagi (bisa) mengamati lingkungannya, apalagi mengajak bicara orang lain. He's addicted to be occupied, either by gadget, or books, or plays or people.

Ohh...

So, despite of those abundance benefits from computers, video ini mengajak untuk LOOK UP from your phone, shut down display. "Take in surroundings, make the most of today. Just one real connection, is all it can take to show you the difference that being there can make."

Di mana suatu saat nanti, kita bisa merasa kaya dengan semua yang telah kita lakukan, dan bersyukur bahwa waktu tersebut tidak terbuang untuk look down ke layar hape.

Walaupun video ini banyak dianggap sebuah ironi, karena keberadaannya merupakan sebuah konten digital, yang menjadi viral, artinya lebih banyak orang yang look down, menatap layar gadgetnya untuk menonton video ini. Gary Turk sebagai pembuatnya pun menyampaikan, "Im guilty too of being part of this machine, this digital world, we are heard but not seen". Tetapi sungguh sebuah kampanye yang bermutu, yang dapat menyentuh hati jutaan pemirsanya, untuk paling tidak mengerem kecanduan kita semua untuk melihat layar.

Digital detox sudah kita terapkan, aturan 'no gadget during family time' sudah pula kita jalani. Still, video ini sungguh menggugah, betapa zaman telah mengubah kita, mengubah gaya hidup kita.

PAGES:

Share Article

author

ketupatkartini

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan