banner-detik
SELF

Motherhood Monday : Belajar Jadi Pengusaha dengan Ligwina Hananto

author

adiesty19 May 2014

Motherhood Monday : Belajar Jadi Pengusaha dengan Ligwina Hananto

ligwina

Siapa di antara Mommies yang punya cita-cita jadi pengusaha? Punya usaha sendiri yang bisa menghasilkan pundi-pundi uang? Dan harapan yang nggak kalah penting tentunya supaya jam kerja bisa jauh lebih fleksibel sehingga punya banyak waktu untuk suami dan anak-anak di rumah. Benar nggak?

Ngomongin masalah jadi pengusaha, saya jadi ingat salah satu kalimat teman dekat semasa kuliah yang selalu bilang kalau saat lulus dia nggak akan mau bekerja dengan orang lain. Waktu itu dia mengatakan, "Kalau mau sukses dan kaya itu, ya, nggak mungkin bisa tercapai kalau kita bekerja. Kalau cuma jadi karyawan, sampai lebaran monyet juga kondisinya akan begitu-gitu aja. Nggak bakal berubah".

Waktu itu saya sih nggak bisa kasih banyak respon, kecuali bilang "Amin". Berdoa supaya cita-cita teman saya ini bisa terwujud. Apa yang ia katakan memang nggak salah karena menurut pandangan saya, jadi pengusaha itu merupakan impian semua orang. Banyak yang menganggap profesi pengusaha identik dengan kemapanan hidup. Kalau sudah jadi pengusaha yang terbayang di pikiran adalah hidup yang nyaman dan aman. Tapi apa iya selalu begitu?

Setelah sempat bikin usaha kecil-kecilan membangun Bumiku Batiku yang memproduksi fashion item seperti tas dan sepatu, ternyata saya membuktikan sendiri kalau jadi pengusaha itu nggak gampang! Sama seperti saat membangun ikatan rumah tangga, punya usaha juga butuh komitmen yang tinggi. Jadi, menurut saya, sih, faktor keberhasilan untuk membuka usaha itu nggak urusan modal, thok.

Pertanyaannya, lalu apa saja dong yang bisa kita persiapkan?

Nah, biar nggak salah langkah saya pun sempat ngobrol dengan Mbak Ligwina Poerwo Hananto. Seperti yang kita ketahui, perempuan yang akrab disapa dengan Mbak Wina ini memang sudah bisa dikatakan sukses membangun usahanya lewat Quantum Magna Financial.

Setelah resmi jadi istrinya Doni Hananto dan memutuskan ingin memiliki momongan, Mbak Wina memang memutuskan untuk berhenti bekerja. Di tengah-tengah kesibukannya menjalani peran sebagai istri sekaligus ibu dari Muhammad Azra Ishak Hananto, Nadira Aisha Hananto dan Medina Asri, perempuan kelahiran Bandung ini pun memberanikan diri membuka usaha sendiri. Walaupun jadi perencana keuangan bukanlah cita-cita awalnya, tapi toh apa hasil yang ia dapatkan terbilang sukses.

Supaya bisa sukses jadi pengusaha, banyak hal yang bisa pelajari dari Mbak Wina, lho. Nggak percaya? Simak obrolan saya dengannya, yuk.

Hal apa sih yang perlu dipersiapkan seorang perempuan saat ingin berhenti bekerja dan memutuskan untuk membuka usaha sendiri supaya tidak 'terjun payung tanpa parasut'?

Satu hal yang perlu dihadapi adalah : nggak gajian lagi!!! Nah lho, udah siap belum? Kebiasaan selama ini sebagai ‘orang gajian’ tentu sangat berbeda. Jangan sampai kita terus saja melaksanakan kebiasaan keuangan dan belanja saat masih gajian, begitu sudah pindah haluan memulai bisnis.

Kebanyakan bisnis kecil dimulai dengan kenyataan pahit, bisnisnya masih terlalu kecil sehingga belum bisa memberikan gaji tetap, bahkan belum bisa memberikan bagi hasil.

Lalu solusi keuangannya seperti apa? Mari siapkan DANA DARURAT! Kita perlu secara jelas menyadari bahwa hidup kita berubah dan untuk kita pun siap. Dana Darurat ini adalah uang kas yang serba likuid dan dapat kita pergunakan untuk beberapa bulan ke depan. Idealnya sebuah keluarga dengan 1 anak membutuhkan 9 x biaya hidup, sedangkan untuk 2 anak membutuhkan 12 x biaya hidup. Terlalu ribet? Jangan kuatir. Siapkan saja 1 – 3 x biaya hidup dulu. Paling tidak kalau kita tidak gajian, bisa makan dalam masa transisi 3 bulan ya?

 

Ada nggak, sih, investasi yang tepat untuk mengumpulkan dana sebagai modal awal usaha?

Tidak pernah ada ‘investasi yang tepat’, semua investasi mengandung risiko. Maka yang terpenting adalah menyadari dulu risiko apa yang perlu diambil saat mengumpulkan modal usaha.

Prinsip mengatur risiko ada dua, yaitu mengatur jangka waktu dan mengatur alokasi penempatan. Untuk jangka waktu pendek di bawah 3 tahun, saya cenderung menyarankan masuk produk dengan risiko sangat rendah. Tidak apa-apa menabung biasa dalam Tabungan dan Deposito asal tidur nyenyak! Tetapi jika memang menyadari bahwa menabung saja tidak akan mencapai tujuan, kita juga bisa menggunakan produk lain dengan risiko lebih tinggi seperti Reksadana. Tentu saja pelajari dulu cara kerja dan risikonya.

Jika sudah mengerti cara kerja produk dan siap masuk produk dengan risiko lebih tinggi, , perhatikan juga alokasi penempatan produk. Saya sering bertemu kasus di mana perencana keuangan sudah menjelaskan produk investasi dengan risiko tinggi, alokasi diperhitungkan masuk hanya 10% dari dana yang ada. Lalu klien memutuskan masuk dengan 50% alokasi dana yang ada. Otomatis risiko yang harus dihadapi menjadi sangat berbeda!

Selanjutnya: Peluang bisnis perempuan, nggak semata yang berbau feminin! >>

day-2_women-wired-weekend20120305 (2)

Untuk kondisi saat ini, menurut Mbak Wina jenis peluang usaha apa yang paling tepat? Khususnya untuk para perempuan?

Tidak adil jika kita melimitasi perempuan pada peluang usaha yang ‘feminin’ saja kan? Saya pernah bertemu perempuan yang mengurus bisnis transportasi – bu boss yang berambut panjang dan harus mengatur para supir bis. Saya juga pernah bertemu perempuan yang berbisnis power plant! Bukan urusan uang 1-2Milyar lho! We’re talking big bucks!

Maka saya menolak menyebutkan peluang usaha yang cocok untuk perempuan. Ini terlalu melimitasi kemampuan kita! Coba perhatikan saja diri sendiri. Apa minat terbesar kita? Apa hal-hal yang membuat kita bangun di pagi hari dan ingin terus membahasnya, mengerjakannya, menjelaskannya pada orang lain seolah tidak ada lelah?

Itu tadi dari faktor internal diri seorang perempuan. Kita juga bisa melihat dari faktor eksternal. Misalnya melihat peluang negeri kita yang memang 50% dari populasinya sangat muda berusia di bawah 50 tahun! Ada 30 tahun ke depan untuk menyediakan sandang pangan papan untuk penduduk negeri yang sangat besar ini  Sudah lihat peluang apa?

Banyak perempuan pekerja yang ragu ketika ingin memulai membuka usaha. Apa sih, yang bikin orang ragu untuk usaha? Kendala apa saya yang perlu disiasati?

Saya percaya tidak semua orang sanggup menjadi pengusaha. Ini bukan soal siapa yang paling hebat. Tapi ini juga soal siapa yang sanggup berhadapan dengan berbagai tantangan menjadi pengusaha. Selama orang itu ragu, ya selama itu pula dia tidak akan melangkah. Tapi toh... semua usaha butuh karyawan! Jadi, dinikmati saja niat untuk menjadi karyawan kalau memang itu yang diinginkan.

Saya juga tidak tahan pada cara orang memandang pengusaha seperti dewa. Jadi... maunya apa? Dicoba dulu gimana? Kalau pun tidak cocok jadi pengusaha, kembali menjadi karyawan kan bukan sesuatu yang buruk.

Selain passion yang tinggi dalam suatu bidang, hal apa saja yang perlu dipertimbangkan untuk membangun bisnis?

Menurut saya urusan mental akan jadi kendala nomor satu! Tanggung jawab menjadi pengusaha sangat besar! Karena itu perlu menyiapkan diri agar bisa bersiap berhadapan dengan semua gelombang yang akan terjadi saat menjalankan usaha. Mulai dari urusan keuangan yang serba pelik, bicara dengan rekan bisnis, mengurusin penjualan dan pemasaran, urusan produksi, hingga sumber daya manusia.

Minta kiatnya, dong, Mbak, bagaimana cara mengelola keuangan hasil bisnis? Sering kali usaha tidak berjalan mulus lantaran lantaran cara mengelola keuangan yang tidak baik.

Aturan nomor1 saat mengurus keuangan bisnis : pisahkan keuangan bisnis dari keuangan pribadi. Ini penting sekali!

O, ya, satu lagi Mbak. Jika ada Mommies yang ingin membuka usaha bersama suaminya, hal apa yang harus diperhatikan sedari awal? Apakah kendala dan strategi yang perlu disiapkan sama halnya dengan usaha yang ingin dirintis sendiri?

Mmmm... agak repot ya  :) Ada kok pasangan yang hebat dan bisa berbisnis bersama.

Tapi saya termasuk yang tidak bisa mencampuradukkan urusan rumah tangga dengan urusan bisnis. Saya istri yang manja sekali. Sementara saat menjalankan bisnis saya perempuan sangat mandiri. Jadi dua karakter yang berbeda ini akan bertabrakan jika harus ada dalam 1 wadah :)

Maka... sebetulnya saya bukan orang yang tepat memberikan saran jika Mommies ingin berbisnis dengan pasangan. Karena saya pasti berantem hebat dengan suami kalau ada dalam 1 bisnis, hahahaha...

Tetapi belajar dari teman-teman yang bisa berbisnis dengan pasangannya, tips ini bisa membantu. Tinggalkan jubah masing-masing di tempatnya. Saat sedang di kantor, pastikan berbagi tugas sesuai jabatan masing-masing. Tinggalkan jubah kerja itu di kantor, sampai di rumah harus memainkan peran yang berbeda. Begitu juga sebaliknya. Jangan bawa jubah suami atau istri ke kantor karena akan menjadi tidak profesional :)

Selamat mencoba Mommies! Jangan lupa ya... kalau tidak pernah mencoba, maka Mommies tidak akan pernah tahu rasanya menjalankan sebuah bisnis. Even if you fail, you have experience failure and it’s okay. And when you try again, and you’re successful, your failure story will still be the most interesting story.

------

Wah, saya sih setuju 100% dengan apa yang di bilang Mbak Wina di atas. Terutama dengan pesannya di akhir pembicaraan. Dalam menjalani kehidupan ini,kita memang nggak boleh mengenal rasa takut. Termasuk ketika ingin mewujudkan mimpi-mimpi kita. Seperti yang ditulis Paulo Coelhoe dalam bukunya The Alchemist, “There is only one thing that make a dream impossible to achiece: the fear of failure”.

 

 

 

 

PAGES:

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan