banner-detik
ETC

Etika Memberi dan Menerima Hadiah Ulang Tahun Anak

author

SepatuKaca19 May 2014

Etika Memberi dan Menerima Hadiah Ulang Tahun Anak

kidsgift*Gambar dari sini

Beberapa waktu lalu, anak kami yang bungsu berulang tahun. Salah satu teman memberikan hadiah berupa satu buah jaket. Hadiah tersebut ketika diberikan kepada anak saya masih terbungkus rapi dalam kertas kado dan kami baru membukanya ketika sampai di rumah.

Ketika dalam proses dibawa ke ruang mesin cuci, tiba-tiba salah satu Asisten Rumah Tangga kami di rumah datang kepada saya dan berujar:

“Bu, baju baru punya Adik di bagian tangan jaketnya ada yang robek dan bolong”

Mungkin ini adalah salah satu kejadian yang membuat saya bingung. Dan ini bukan yang pertama kali lho. Dahulu saya pernah menerima hadiah kelahiran anak, satu set jumper dengan hiasan muka kelinci namun ketika saya memeriksa baju tersebut, ternyata ada bagian yang robek cukup besar di belakang hiasan tersebut, yang memang tidak terlihat.

Tanpa berusaha berprasangka buruk berpikir bahwa ada unsur kesengajaan dari si teman, saya dan suami memikirkan apakah kami harus memberitahu bahwa hadiah yang diberikan rusak atau sama sekali tidak memberitahukan kepada beliau mengingat pastinya memang kerabat tersebut mempunyai niat baik membahagiakan anak kami?

Akhirnya saya menemukan jawaban setelah berkelana di dunia maya, dan ternyata memang terdapat beberapa etika dalam beberapa artikel terkait dengan giving and receiving gift, terutama yang terkait dengan acara ulang tahun anak-anak.

Saya rangkum beberapa kutipan kurang lebih seperti di bawah ini ya Mommies:

Jika diundang dalam pesta ulang tahun anak-anak, berapa harga hadiah yang sesuai untuk sebuah hadiah kepada anak?

Menurut Lizzie Post, salah satu keturunan Emily Post penulis Amerika Serikat terkenal buku tentang etiquette, tidak terdapat angka yang tepat, karena tujuan utamanya adalah memberikan sesuatu yang spesial dalam rangka merayakan hari spesial anak tersebut.

Lizzie Post menyarankan untuk disesuaikan dengan budget pemberi hadiah, tapi jika memungkinkan untuk menanyakan kepada orangtua anak tersebut hal-hal atau aktivitas yang disukai yang berulang tahun, sehingga apapun yang akan dihadiahkan akan disukai anak tersebut.

Apakah hadiah yang diterima dapat dibuka pada saat acara ulang tahun?

Menurut Lizzie Post, terdapat beberapa pros and cons terkait hal tersebut. Namun memang ada keuntungan untuk mengajarkan anak kita bagaimana etika membuka hadiah serta menerimanya, dan juga pasti pemberi hadiah akan senang melihat wajah bahagia sang anak ketika menerima hadiah tersebut.

Selanjutnya: Bagaimana kalau hadiah yang diterima harganya mahal? >>

gift*Gambar dari sini

Bagaimana kita merespons pemberian hadiah yang cukup mahal kepada anak kita?

Lizzie Post menyarankan untuk menerima hadiah yang mahal tersebut dan jangan pernah tercetus untuk mengembalikan hadiah tersebut kepada pemberi. Kemudian berikan penjelasan kepada anak bahwa dia telah menerima hadiah yang istimewa dan pastikan anak untuk berterima kasih secara langsung kepada pemberi. Ketika anak pemberi hadiah berulang tahun, jangan merasa terpaksa untuk melakukan hal yang sama tapi tetap berpatokan kepada budget yang kita miliki.

Apakah anak kita perlu ikut membantu memilihkan hadiah untuk ulang tahun temannya?

Anak kita mungkin akan lebih mengetahui apa yang akan disukai temannya, namun itu juga tergantung dari usia anak.

Bagaimana jika keadaan keuangan kita tidak memungkinkan untuk memberikan hadiah?

Lizzie Post menyarankan salah satunya untuk memberitahukan kepada orangtua tuan rumah bahwa saat ini keadaannya tidak memungkinkan untuk membeli hadiah dari toko. Namun saran Lizzie Post ini harus dikaitkan dengan budaya di Amerika Serikat lho Mommies.

Opsi lainnya yang ditawarkan Lizzie Post yang mungkin cocok dengan budaya di Indonesia adalah membuat hadiah tersebut, akan terasa lebih spesial kan jika kita dapat membuat hadiah sendiri.

Atau diskusikan keadaan tersebut dengan anak kita dan tidak menghadiri acara dimaksud.

Saya rasa saya akan lebih memilih opsi untuk membuatkan hadiah tersebut karena pastinya kehadiran anak-anak yang diundang lebih tunggu, ya tidak Mommies?

Apakah boleh kita membawa serta kakak atau adik anak kita ke acara ulang tahun teman sekelas anak kita?

Saya pribadi pernah berhadapan dengan situasi sebagai tuan rumah ulang tahun anak saya. Kebetulan saya mempersiapkan sejumlah goodies bag berupa handuk yang dibordir lebih dari jumlah tamu yang kami undang untuk antisipasi keadaan darurat. Ternyata di luar dugaan dan perhitungan beberapa membawa serta kakak dan adiknya ke acara, tentu dong karena saya tidak hafal apakah ini anak yang diundang atau kakak-adiknya, maka goodies bag saya berikan dan pada akhirnya terdapat dua anak yang tidak mendapatkan goodies bag. Tentunya sebagai tuan rumah saya merasa terjebak dalam situasi memalukan karena sempat kekurangan goodies bag.

Dengan pengalaman seperti itu, saya membatasi anak-anak saya untuk tidak datang ke acara yang dia tidak diundang. Sewaktu anak perempuan saya diundang teman sekelasnya di TK di restoran siap saji, kami mengantarkan ke tempat acara lalu menitipkan anak saya kepada tuan rumah dan saya beserta suami dan adiknya menunggu di sekitar lokasi tersebut atau di restoran yang sama tapi tidak terlalu jauh dari ruangan acara. Jika ternyata orangtua harus terlibat dalam acara tersebut, biasanya saya berbagi tugas dengan suami, siapa yang menemani Si Kakak dan Si Adik.

Ternyata Lizzie Post tidak menganjurkan untuk menanyakan kepada tuan rumah apakah kita bisa membawa serta saudara kandung anak karena kurang lebih mungkin akan merepotkan tuan rumah dan tuan rumah pun pasti sudah punya rencana acaranya sendiri. Lebih baik jika kita memberitahukan kepada tuan rumah bahwa kita hanya bisa mengantarkan si anak ke acara tanpa bisa menunggui si anak sepanjang acara karena ada anak yang lain yang harus dijaga di rumah. Tapi dengan pemberitahuan dini tersebut tidak menutup kemungkinan malah kita diminta untuk mengajak seluruh keluarga.

Jika anak-anak kita diundang pada acara yang sama, apakah kita membekali anak-anak kita dengan hadiah masing-masing?

Menurut Dr. Jen Canter sebagai ibu dari anak kembar, beliau biasa membelikan hadiah tambahan atau hadiah yang dihitung dengan budget untuk 2 undangan. Kita dapat memberikan hadiah-hadiah yang terpisah atau dengan perhitungan di atas karena kita telah menerima undangan untuk masing-masing anak.

Pengalaman saya pribadi, kedua anak saya pernah menerima undangan untuk masing-masing pada acara ulang tahun yang dibantu oleh Event Organizer (EO) dari penerimaan hadiah sampai pembagian kue. Hadiah yang kami berikan hanya satu namun akumulasi dari budget untuk dua hadiah. Yang terjadi ketika saat mengambil goodies bag serta foto di photobooth, kami hanya mendapatkan jatah satu anak. Meskipun saya tidak mengharapkan timbal balik dari hadiah yang kami berikan, namun cara EO yang menghitung dari jumlah kado yang masuk tidak terlalu berkenan di hati saya sebagai undangan karena kami telah meluangkan waktu kami untuk hadir lho.

Jika anak kita tidak dapat menghadiri undangan ulang tahun, apakah kita masih berkewajiban untuk mengirimkan hadiah?

Pada etika undangan pernikahan di Amerika Serikat, diwajibkan untuk tetap mengirimkan hadiah pernikahan meskipun kita tidak dapat memenuhi undangan tersebut. Namun berbeda dengan undangan pernikahan, menurut Lizzie Post kita tidak diwajibkan untuk mengirimkan hadiah untuk acara ulang tahun yang tidak dapat kita hadiri. Namun kita dapat tetap memberikannya atas dasar kebijakan masing-masing.

Selanjutnya: Boleh nggak, memberikan hadiah yang pernah kita terima ke orang lain? >>

gift-clubs-kids*Gambar dari sini

Apakah kita boleh menghadiahkan kepada orang hadiah yang pernah kita terima sebelumnya dari orang lain?

Menurut situs Emily Post, hal tersebut tidak disarankan untuk dilakukan. Meskipun hal tersebut terlihat lebih praktis daripada menyimpan barang yang tidak akan digunakan, namun disarankan jika harus dilakukan tidak terlalu sering  dengan syarat sebagai berikut:

  • You're certain that the gift is something the recipient would really like to receive.
  • The gift is brand new (no cast-offs allowed) and comes with its original box and instructions.
  • The gift isn't one that the original giver took great care to select or make.
  • Yang harus dipastikan bahwa kita tidak melukai perasaan pemberi hadiah maupun yang mendapatkan hadiah tersebut. Jangan sampai apabila ternyata pemberi hadiah dan yang diberi hadiah ternyata saling mengenal sehingga suatu saat mereka menyadari bahwa hadia tersebut saling terkait?

    Apakah kita dapat menukar hadiah yang diberikan jika ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan kita, atau tidak sesuai dengan ukuran kita bahkan jika kita mendapatkan hadiah yang ternyata sudah rusak?

    Jodi Newbern, pengarang buku "Regifting Revival: A Guide to Reusing Gifts Graciously", menyarankan kecuali memang pemberi hadiah tidak berkeberatan jika kita menukar hadiah tersebut, maka mengembalikan atau menukar hadiah bukanlah suatu pilihan.

    Peggy Post, sebagai keturunan Emily Post juga, sebaliknya mengatakan bahwa tidak menjadi masalah jika hadiah harus dikembalikan, kecuali hadiah tersebut bersifat personal.

    Sherri Athay, pengarang "Present Perfect: Unforgettable Gifts for Every Occasion", menyarankan apabila terdapat alasan yang tepat untuk mengembalikan hadiah (ukuran yang salah, terdapat bagian yang hilang atau rusak), maka kita dapat memberitahukan masalah tersebut kepada pemberi hadiah  dan menunggu apakah yang bersangkutan akan menawarkan untuk melakukan penukaran atau menggantikan hadiah dimaksud.

    Namun, jika terdapat potensi bahwa pemberitahuan tersebut akan melukai perasaan pemberi hadiah, jangan lakukan hal tersebut.

    Di lain pihak, jika kita tidak memberitahukan misalnya kerusakan pada hadiah, terdapat risiko pemberi akan mengulangi masalah yang sama, misalnya ternyata yang bersangkutan salah mengukur ukuran badan kita, atau memang pemberi tidak sadar bahwa toko yang menjual barang yang rusak tersebut memang melakukan kecurangan.

    Kebetulan saya belum menemukan etika memberikan hadiah dan menerima hadiah dari sisi budaya Indonesia namun mommies dapat menyesuaikan dengan budaya masing-masing daerah atau rumah mommies ya.

    Dalam situs Emily Post disebutkan

    When giving and receiving gifts, it is most important to remember that the spirit of the gift is more important than the gift itself. That is not to say that any old thing will do as long as you give it with a smile, simply that the feeling behind will be received as much if not more than the thing itself. There is an etiquette involved in choosing, presenting, and respectfully acknowledging gifts.

    Yang utama adalah jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih dan mendorong anak kita untuk mengucapkan terima kasih kepada pemberi hadiah bisa langsung pada saat acara maupun secara personal melalui telpon atau thank-you-note.

    By the way, bagaimana akhir cerita hadiah Si Adik? Ya akhirnya saya mencari cara untuk menambal sobekan di jaket tersebut, saya belum cukup berani mengingat saya mengetahui kepribadian pemberi hadiah.

    Bagaimana Mommies? Mungkin ada masukan?

    *Dari berbagai sumber termasuk situs ini dan ini

    PAGES:

    Share Article

    author

    SepatuKaca

    still trying to be the best mommy and a devoted wife who enjoy seeing the world trough her 18-200mm lens


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan