Pernah gak sih, Mommies ngerasain perasaan "aneh" ketika menyusui atau pumping?
Perasaan sendu yang entahlah seketika campur aduk dari mual, perut bergejolak seperti gugup, sampai perasaan bersalah yang Mommies sendiri pun tidak tahu kenapa. Aneh memang, tapi itu semua sering kali saya rasakan sejak awal menyusui, hampir setengah tahun yang lalu, sampai saat ini. Awalnya saya cuma tiba-tiba 'ngeh kenapa setiap menyusui kok suka tiba-tiba mual (mirip mual saat nervous) dan gelisah.
Saya sempat mengeluh pada suami yang ditanggapi bingung juga olehnya dan tidak terjawab. Belakangan, saya sadar kalau perasaan "aneh" itu tidak cuma muncul saat menyusui saja, tetapi juga kadang saat pumping di kantor. Akhirnya, karena benar-benar penasaran dengan si perasaan "aneh" ini, saya memutuskan untuk melakukan riset sendiri dengan bantuan Google. Setelah sempat gonta-ganti keyword, akhirnya Google membawa saya pada istilah yang baru saja saya ketahui, yaitu D-MER.
Apa itu D-MER?
D-MER atau Dysphoric Milk Ejection Reflex adalah keadaan di mana perasaan-perasaan negatif (gugup, gelisah, bersalah, rindu, marah, dll) muncul sebelum proses letdown ASI. Biasanya akan hilang dengan sendirinya beberapa saat setelah letdown pertama selesai atau berlangsung selama menyusui. Ini sangat tepat menggambarkan apa yang saya rasakan selama proses awal menyusui.
Dysphoric sendiri merupakan bentuk kata sifat dari dysphoria yang merupakan lawan kata dari euphoria. Tidak semua ibu menyusui merasakan atau paling tidak 'ngeh dengan sensasi dysphoria ini. Namun, bagi yang merasakan dan bertanya-tanya, jangan khawatir, karena ternyata, D-MER bukanlah kondisi yang menyangkut faktor psikologis, melainkan faktor fisiologis. Seperti yang tertulis juga di website D-MER.org, D-MER bukanlah bentuk lain dari suatu depresi dan merupakan hal berbeda dengan PPD (Post Partum Depression). Untuk dipahami juga, D-MER bukan sesuatu yang dapat dikontrol oleh Mommies, bukan juga sesuatu yang cuma ada di kepala yang bisa dihalau.
Selanjutnya: Apa penyebab D-MER? >>
D-MER ternyata merupakan output dari proses letdown itu tadi. Dan, ternyata hormon lah yang bertanggung jawab atas perasaan dysphoria ini. Saat sebelum letdown terjadi, hormon dopamine yang merupakan hormon kebahagiaan mendadak turun jumlahnya.
Mengapa? Karena hormon dopamine bisa dikatakan sebagai "pintu" untuk jalan keluar hormon prolaktin yang merupakan hormon yang bekerja dalam proses produksi ASI. Supaya hormon prolaktin ini dapat keluar/dilepas, "pintu" tadi tentu harus dibuka dong? Maka dari itu, hormon dopamine secara drastis turun jumlahnya untuk memberi jalan kepada hormon prolaktin untuk melakukan fungsinya. Ketika proses letdown berhasil dan hormon prolaktin sudah bekerja, hormon dopamine kembali meningkat jumlahnya seperti semula, dan rasa "aneh" itu biasanya akan menghilang dengan sendirinya.
Namun, ada beberapa kasus di mana dysphoria ini berlangsung pada setiap letdown--tidak hanya pada letdown pertama. Hal tersebut bergantung pada intensitas D-MER yang Mommies alami. Intensitasnya pun hanya berpatok pada apa yang Mommies rasakan. Sekarang bisa kan dimengerti mengapa sebagian Mommies jadi lebih moody sejak menyusui. Let’s put the blame on them the hormones! :D
Kapan dan berapa lama D-MER dirasakan?
D-MER sendiri ternyata belum tentu akan dirasakan sama pada setiap proses menyusui masing-masing anak atau dengan kata lain tidak dapat diprediksi. Karena ternyata Alia Macrina yang merupakan konselor laktasi dan pengusung dari D-MER.org ini baru mengalami D-MER saat menyusui anak ketiganya.
Untuk durasi, D-MER biasanya dialami ibu menyusui hanya pada bulan-bulan pertama masa menyusui dan akan hilang dengan sendirinya setelah tiga bulan. Sedang pada kasus lainnya D-MER juga bisa berlangsung lebih dari tiga bulan atau bahkan selama masih menyusui sampai menyapih. Kalau saya pribadi, sejauh ini sudah lima bulan dan masih merasakannya.
Sensasi dysphoria yang saya rasakan mungkin terbilang cukup ringan. Karena menurut sumber yang saya temukan, beberapa kasus lain menyebutkan beberapa ibu menyusui dengan D-MER sampai memikirkan hal-hal buruk seperti hasrat ingin menyakiti diri sendiri atau bayinya atau bahkan sampai merasa ingin bunuh diri. Nah, kalau sudah separah ini, Mommies WAJIB segera mengkonsultasikannya kepada pakarnya. Karena ternyata D-MER dapat juga diperburuk oleh kondisi di mana seseorang sedang mengalami PPD atau anxiety disorder.
Selanjutnya: Adakah cara meminimalisir D-MER? >>
Sejauh ini, salah satu treatment termudah untuk meminimalisir dysphoria ini adalah dengan mengonsumsi asupan yang dapat meningkatkan dopamine, seperti makanan-makanan yang terbuat dari coklat (coklat merupakan salah satu makanan yang dapat meningkatkan kadar dopamine, makanya dapat memunculkan perasaan bahagia saat mengkonsumsinya).Asyik, kan?
Pada beberapa kasus yang cukup berat, beberapa ibu menyusui memutuskan untuk berhenti menyusui karena dirasa prosesnya membuat tidak nyaman dan berisiko mengganggu kesehatan mental. Nah, diharapkan dengan adanya informasi mengenai D-MER ini, Mommies jadi mengetahui kalau ini bukanlah faktor psikologis dan Mommies tidak sedang mengalami gangguan mental, sehingga berhenti menyusui mungkin bukanlah jalan satu-satunya, terutama jika belum siap dan masih ingin menyusui.
Well, itu sedikit informasi yang saya bagi mengenai D-MER. Semuanya saya simpulkan berdasarkan pemahaman saya setelah membaca newsletter Breastfeeding Today dan website Alia Macrina langsung, D-MER.org. Semoga bermanfaat dan menjadi jawaban untuk mommies yang merasakan hal yang sama.
Happy breastfeeding process equals happy mom and baby! ;)
*Salah satu efek D-MER adalah mual dan rasa haus yang sangat, namun jika mual dan rasa haus tidak disertai dengan perasaan-perasaan “aneh” yang saya deskripsikan, bisa jadi berbeda kasus/bukan D-MER.