“Ih, anak laki-laki kok mainnya boneka?”
“Anak laki-laki harus kenal sama tokoh superhero dong!”
Ada Mommies yang khawatir ketika anak laki-lakinya lebih suka main masak-masakan ketimbang berantem-beranteman? Stereotip yang hadir di masyarakat kerap bikin orangtua bingung, ya. Anak perempuan harus main boneka dan laki-laki mobil-mobilan. Apa harus selalu begitu?
Simak penuturan Mbak Irma Gustiana, psiolog keluarga yang juga dosen di STIE Trisakti dan pengasuh Rubrik Psikologi Tabloid Wanita Indonesia tentang hal ini yuk!
*Gambar dari sini
Bermain, main dan permainan adalah hal yang memang sangat penting bagi perkembangan anak, apalagi memang di usia golden age. Jangan sampai kecolongan,istilahnya. Golden moment ini harus betul-betul dimanfaatkan karena berdasarkan penelitian di usia 4 tahunlah penyerapan informasi paling banyak, yaitu sekitar 80%. Karena memang masanya bermain, artinya kesempatan bermain harus diberikan seluas-luasnya, bermain kan sarana belajar yang paling mudah diterima anak.
Ada beragam macam bentuk permainan, misalnya:
Stimulus yang diberikan untuk anak lelaki dan perempuan sebenarnya tidak terlalu berbeda, hanya saja anak lelaki secara natural memang lebih banyak menyukai kegiatan motorik kasar sedangkan anak perempuan lebih senang bermain pura-pura seperti masak-masakan, atau salon salonan. Untuk masak-masakan sendiri juga tidak ada masalah dikenalkan dengan anak lelaki, karena nantinya hal itu adalah keterampilan hidup yang harus juga dikuasai. Dengan belajar masak-masakan ada banyak hal yang bisa dipelajari misalnya klasifikasi buah, sayuran, mengenal warna, bentuk, motorik halusnya juga terlatih karena anak banyak menggerakan jari jemarinya lalu juga mengasah kreativitasnya.
Apa yang dipersepsikan masyarakat bahwa anak lelaki harus dikenalkan dengan tokoh superhero, tidak salah juga namun juga tidak sepenuhnya benar. Anggapan itu hanya berlaku di masyarakat umum karena dengan mengenalkan anak tokoh superhero, diharapkan anak lelaki lebih "macho" atau lebih keren. Padahal untuk membuat anak tampil maskulin banyak hal yang bisa dilakukan terutamanya adalah memperbanyak kegiatan olahraga atau aktivitas di luar rumah.
Kalau ingin mengenalkan tokoh superhero juga tidak masalah, namun memang harus berhati-hati dengan muatan ceritanya dan tentu saja pendampingan itu sangat penting. Karena anak senang meniru, jika terlalu banyak melihat adegan agresif ya sudah bisa diperkirakan ia pun akan meniru secara spontan. Ingat kasus bocah usia 5 tahun yang melompat dari apartemen lantai 19 karena tidak diizinkan nonton Spiderman? :(
Yang paling aman adalah ketika anak memang sudah cukup matang di mana ia mengerti mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yaitu di atas usia 6 tahun. Saat itu ia sudah bisa untuk diajak berdiskusi.
Gimana Mommies? Nggak usah khawatir berlebihan, justru kita jadikan aneka permainan tersebut sebagai sarana belajar anak, kan. Kalau kita lihat sekarang, siapa yang nggak kenal Chef Juna? :)