Bangun Tidurku, Bangun Tidurmu

Behavior & Development

W_Putri・23 Apr 2014

detail-thumb

Nara, kini 2 tahun, tidak pernah bisa bangun pagi. Tidur malam dan tidur siangnya pun misterius.

Dia tidur ketika dia mengantuk. Yes, betul. Memang seharusnya begitu. Tapi kapan dia mengantuk itu lebih misterius daripada penampakan UFO. Bisa nanti jam 10 pagi, jam 1 siang, jam 8 bahkan bisa jam 10 malam. Sesukanya aja.

Jadwal tidurnya yang liar ini bikin ibu saya, yang tinggal serumah dengan saya, sering protes. “Anak kecil itu harusnya bangunnya pagi.” “Jam segini kok belum tidur?” “Ini bobonya kok baru sebentar?”

Saya juga sebenernya pengen protes sih sama Nara, soalnya jam tidurnya yang ajaib itu membuat pekerjaan ‘ngantor’ di rumah dan domestik saya ikut berantakan. Di tengah saya lagi kerja, dia tiba-tiba bangun. Lain waktu, saya sudah menyiapkan waktu untuk main dengannya, dia minta tidur. Tapi gimana caranya coba protes sama anak umur 2 tahun? Selain sia-sia, nggak masuk akal juga, kan?

Menurut 24hourparenting.com, pola tidur yang baik akan memengaruhi kesehatan fisik dan emosi anak. Ini jelas betul, sih. Kita aja kalau kurang tidur pasti merasa lesu atau cranky. Apalagi anak-anak yang belum menguasai betul kontrol emosi dan mengenal tanda-tanda dari tubuhnya.

Slide2(5)

Nara emang nggak mengalami fase ngamuk karena ngantuk. Dia lumayan bisa mengenali kalo dirinya ngantuk dan mengabarkannya ke orang dewasa. Yang cranky adalah saya karena nggak bisa mengatur jadwal saya karena harus mengikuti jadwal tidur suka-sukanya Nara.

Honestly, nggak sepanjang hidupnya sih pola tidur Nara ini liar. Dia pernah punya pola tidur yang cukup tertib pas hingga dia berumur 1 tahun. Kenapa saya bisa tahu pola tidurnya tertib? Soalnya saya bisa nonton serial Bones di TV kabel setiap hari sementara dia tidur. Di jam yang sama. Setiap hari.

Lalu, seperti segala awal persoalan dalam membesarkan anak, tiba-tiba semua berubah. Jam tidur Nara berantakan dan saya nggak lagi sempat nonton Bones. Acara mau tidur jadi perang terbuka antara ‘tinggal di kamar’ dan ‘pengen keluar main’. Kenapa? Ya karena dia belum ngantuk. Kapan ngantuknya? Tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Saya tahu sih kalau sebenarnya nggak ada yang ‘tiba-tiba’ dalam ketiba-tibaan pola tidur anak. Pasti ada yang memicu perubahannya. Cuma kita aja yang nggak nyadar apa sebabnya.

Saya akhirnya membuat daftar perubahan yang terjadi dalam hidup Nara yang kira-kira terjadi bersamaan dengan tranformasi pola tidurnya. Ada tiga hal yang menonjol. Pertama, sejak dia berumur setahun, dia mulai makan table food alias makanan orang dewasa. Saya nggak lagi harus bangun lebih pagi untuk khusus membuat MPASI-nya. Pasrah aja sama apa yang dimasak ibu saya pagi itu. Jadi setelah makan disuapi eyangnya, anak saya mati gaya. Kenapa? Ya karena temen mainnya (baca: saya) masih molor di kasur. Adanya dia nyusul saya ngasur. Bangun ikut siang, tidur jadi larut malam.

Yang kedua, di pertengahan kekacauan ini, tidur siang Nara yang 2 kali sehari berubah secara alami jadi 1 hari sekali. Udah jam tidurnya berantakan, nggak jelas pula tidur siangnya sekali atau dua kali dalam sehari. Yang ketiga, Nara ternyata jenis anak yang sering ‘kelebihan’ energi. Mungkin ini wajar ya buat anak seusianya. Kalau kegiatan seharinya kurang menguras baterai, dia akan lebih sulit mengantuk.

Dari ketiga poin tadi, dua poin terakhir bisalah saya akali sendiri. Soal perubahan frekuensi tidur siang, seiring waktu, Nara akhirnya menemukan sendiri ritmenya (tidur siang 4 jam setelah bangun pagi). Perihal baterai tahan lamanya, karena dia belum sekolah, ya tinggal saya aja yang musti pintar cari aktivitas main yang membuatnya cukup lelah.

Justru poin pertama yang sampai sekarang masih kusut. Persoalannya klasik banget, saya sulit bangun pagi. Saya menyambi bekerja di rumah yang sebagian besarnya baru bisa dikerjakan ketika Nara sudah tidur. Otomatis jam tidur saya agak nungging. Saya kebetulan bukan tipe yang bisa begadang, tidur sebentar, minum kopi, lalu langsung start lagi. Mesin saya butuh tidurnya yang cukup. Itu, dan saya pada dasarnya dari dulu bukan morning person. Okelah, yang terakhir itu bisa diatasi dengan niat.

Padahal salah satu poin penting dalam slide “Menumbuhkan Pola Tidur yang Baik” adalah bahwa pola tidur dan aktivitas kita akan memengaruhi anak. Pastikan kita menjadi contoh yang baik.

Yeay me as an example. Akibatnya ya, sampai sekarang, meskipun dia sudah mulai jelas tidur jam berapa dan berapa lama, jam tidurnya sama nunggingnya dengan saya.

Kalau anak lain mungkin sudah lari-larian di lapangan jam 7 pagi, anak saya baru enak-enaknya mimpi kejar-kejaran sama ayam. Meleknya tentu hampir bersamaan dengan emaknya yang baru bangun sekitar jam 9 pagi. Ini nggak jadi masalah selama kuota tidurnya cukup. Dan tentu saja selama dia nggak sekolah.

Kami berencana akan mulai mengenalkan sekolah pada Nara tahun depan. Jadi saya punya waktu kurang dari lebih 6 bulan untuk membuat Nara terbiasa bangun pagi, atau lebih tepatnya, membiasakan saya bangun pagi. Sampai saya (dengan penuh niat) bisa jadi morning person, saya harus berdamai dengan kenyataan bahwa Nara, akan selalu bangun jauh setelah ayam berkokok pulang ke kandangnya.

Wicahyaning Putri adalah editor di 24hourparenting.com. 24hourparenting.com adalah adalah situs parenting yang memuat how-to-parenting, singkat dan to the point, juga membahas tentang menjadi orangtua, dan ide kegiatan ortu-anak. Dilengkapi visual yang semoga asik. Diasuh oleh psikolog dan orangtua.