Sorry, we couldn't find any article matching ''
SPD, Sahabat Lama Saat Kehamilan
Salah satu pikiran saya ketika tahu kalau positif hamil (anak kedua) adalah “Kira-kira kondisinya akan sama seperti hamil pertama nggak, ya?” Apakah saya akan hamil “kebo” lagi? Bagaimana dengan mood swing yang parah itu, akankah saya alami kembali? Setelah masuk trimester tiga saya menyimpulkan bahwa kesamaan dari kedua kehamilan yang saya jalani antara lain; mood swing kembali menghantui trimester pertama (kali ini lebih parah karena saya mual sepanjang hari), tidak mengalami masalah dengan makan dan juga sembelit, serta yang terakhir ... saya kembali menyambut kedatangan kawan lama yaitu SPD. Apa? Makhluk apakah SPD itu? Yuk, saya kenalkan.
Jadi, waktu kehamilan pertama menginjak 4 bulan saya perhatikan area pangkal paha dekat *maaf* selangkangan sering terasa nyeri apalagi setelah jalan jauh atau naik-turun tangga. Ketika waktu konsultasi bulanan tiba, saya pun bertanya ke dokter kandungan soal kondisi tersebut, normal atau nggak, sih. Ternyata walau nggak mutlak dialami tiap ibu hamil, Symphisis Pubic Dysfunction atau SPD wajar sekali terjadi pada ibu hamil (selama nggak berlebihan, ya).
Symphisis Pubic Dysfunction atau SPD adalah kondisi di mana ligamen yang biasanya menjaga tulang pelvis tetap lurus menjadi terlalu rileks dan regang. Ini yang menyebabkan sendi pelvis, alias symphisis pubic tidak stabil dan menimbulkan rasa ngilu. Sebenarnya, semakin dekat due date, ligamen akan rileks dan mudah regang untuk memudahkan proses melahirkan. Hal ini disebabkan oleh hormon relaksin. Nah, kadang relaksin terlalu giat bekerja sehingga menyebabkan ligamen di sekitar tulang pelvis terlalu rileks serta regang sebelum waktunya. Ini yang terjadi pada saya.
Memang, sih, rileksnya ligamen nggak akan membuat pinggang copot (amit-amit) tapi cukup bikin ketar-ketir karena seringkali menghambat beberapa aktivitas normal seperti berdiri, berjalan, bahkan mengubah posisi tidur. Pada kehamilan pertama, saya hanya merasa ngilu kalau berjalan cepat, berjalan dengan jarak tempuh cukup jauh, dan naik-turun tangga. Kalau untuk kehamilan kedua ini ... eng ing eng, hampir semua aktivitas membuat saya ngilu. Sepertinya, sih, hanya duduk manis yang tidak bikin ngilu. Kalau lagi dalam kondisi superlelah, untuk jalan biasa saya harus setengah menyeret kaki. Belakangan, sih, saya paksakan untuk betul-betul melangkah walau konsekuensinya adalah mimik muka nggak bisa diatur karena menahan nyeri, haha.
Selain di area pangkal paha, saya juga merasakan ngilu perut bawah tengah dan kanan. Dobel, deh, pokoknya. Atas-bawah ngilu. Hyuk. Ganti posisi tidur di malam hari rasanya tersiksa banget, semua terasa nyeri. Dokter bilang kondisinya wajar karena otot perut sudah pernah mengalami regang saat kehamilan sebelumnya, ditambah lagi berat calon adiknya Igo ini memang ekstra ketimbang kakaknya dulu di usia kehamilan yang sama. Dokter sarankan untuk pakai maternity support belt supaya ada sokongan tambahan buat perut.
Saat saya menulis ini, saya sudah seminggu memakai maternity support belt dan menurut saya, produk tersebut cukup membantu mengurangi nyeri baik di bagian perut bawah maupun di selangkangan. Bisa jadi karena keakraban beban perut dan gravitasi berkurang, ya, haha. Dan karena perut nggak terlalu turun maka beban di selangkangan pun berkurang. Nyeri di malam hari juga nggak seganas sebelumnya. Review soal produk ini akan saya tulis terpisah, ya. Saya juga lebih berhati-hati saat beraktivitas, pakai celana misalnya, yang biasanya gagah melakukannya sambil berdiri seperti biasa, sekarang saya lakukan sambil duduk. Sebisa mungkin saya menghindari angkat beban cukup berat. Ya, sebenarnya itu hal-hal yang memang dianjurkan untuk ibu hamil “normal”, kan? Tapi kadang kita suka lupa kalau lagi hamil ada batasan-batasan yang memang sebaiknya diperhatikan. Saya berusaha tetap beraktivitas seperti biasa, termasuk bekerja saat hamil. Menurut pengalaman, SPD menghilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Mudah-mudahan kondisi yang sekarang juga sama, deh.
Adakah Mommies di sini yang mengalami hal yang sama dengan saya? Apa yang dilakukan untuk mengurangi nyeri, pakai maternity support belt juga atau ada treatment lain? Share, yuk, di ruang komen di bawah ini!
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS