Ketika anak saya masih dalam tahap menyusui, saya cukup sering ditugaskan kantor untuk berpergian ke luar negeri. Berbeda dengan penerbangan domestik, ada batasan dalam membawa cairan ke dalam kabin, karena itu ada beberapa kiat berdasarkan pengalaman pribadi saya.
Jika terbiasa memompa ASI menggunakan breastpump, cobalah belajar menggunakan tangan. Ini sangat berguna mengurangi kerepotan mensteril pompa dan mengurangi beban bawaan. Tidak sulit kok memompa dengan tangan. Memang awalnya agak pegal tetapi ini juga berguna ketika pompa kita rusak atau ketinggalan. Baca artikel teknik marmet, deh.
Biasanya saya memerah ASI dulu sebelum berangkat ke airport. Gunanya supaya payudara tidak penuh sehingga masih ada waktu untuk memerah berikutnya.
Membawa plastik ASI lebih praktis daripada botol. Karena hemat tempat. Tetapi jangan lupa coolbox yang kita bawa harus cukup aman untuk menampung plastik yang lebih fragile daripada botol.
Saya tetap membawa botol kosong bermulut lebar, karena untuk memerah lebih mudah menggunakan botol ini daripada plastik. Nantinya bisa dipindahkan ke plastik jika jumlah botol yang dibawa tidak mencukupi.
Botol-botol kosong ini saya tempatkan di dalam coolbox lalu saya masukkan ke handbag yang saya bawa ke kabin. Ketika melewati detektor, botol-botol ini akan terdeteksi (kadang juga tidak kalau di Bandara Soetta). Saya akan bilang bahwa ini botol-botol untuk ASI. Kadang petugas langsung menyuruh saya lewat tetapi sering juga mereka minta saya untuk membukanya. Saya lebih suka membuka coolbox saya sendiri dan menunjukkan kepada mereka. Kita kan tidak tahu kebersihan tangan petugas seperti apa jika mereka memegang botol-botol yang sudah steril ini.
*gambar dari sini
Sering juga ada pertanyaan lanjutan, “Where’s the baby?” Ketika saya jawab “at home” biasanya sih tidak ada interogasi lebih lanjut. Mungkin karena kampanye ASI di Indonesia cukup sukses biasanya petugas di sini sudah biasa. Tetapi di luar negeri sering mereka menunjukan muka bingung. Tapi saya selalu bisa lewat tanpa pertanyaan lebih lanjut.
Setelah mendarat, saya akan memompa lagi. Di beberapa airport sudah ada, sih, ruang nursery khusus tapi kadang karena buru-buru (karena harus langsung meeting) saya sering malas mencari dan lebih gampang menggunakan toilet yang lebih gampang ditemukan. Jangan ditiru ya! :D
Jika berpergian kurang dari seminggu, saya lebih suka tidak membekukan ASI. Minibar di hotel kan rata-rata jarang yang ada freezer-nya. Jadi yang saya titipkan ke pihak hotel supaya tetap beku hanya ice gel saja, sedangkan ASI tetap saya simpan dalam minibar dalam kamar saya.
Saya biasanya membawa 2 coolbox. Satu disimpan dalam koper yang masuk ke bagasi, satu lagi untuk di handbag saya yang saya bawa ke mana-mana sehingga saya siap kapan pun memompa.
Saya mulai ditugaskan melakukan perjalanan dinas sejak anak saya berumur 7 bulan hingga 1.5 tahun. Jadi, ya, cukup sering saya berpergian. Awalnya sebulan sekali lalu menjadi seminggu sekali. Untungnya tidak pernah dalam jangka waktu yang lama.
Selama ini ASI yang saya simpan tidak pernah rusak. Tetapi memang saya tidak bisa mendapatkan hasil perah sebanyak jika di rumah. Mungkin karena ketika travel jadwalnya lebih kacau dan saya dalam keadaan yang lebih lelah.
Ada lagi di sini ibu menyusui yang sering ditugaskan traveling oleh kantor? Share dong, mungkin ada kiat lainnya, pasti berguna!
COMMENTS