Beberapa hari belakangan ini, nama Aurel Hermansyah, putri dari pasangan selebriti Anang Hermansyah dan Kris Dayanti jadi buah bibir pembicaraan di dunia maya. Apa pasalnya? Simak foto berikut ini:
Makin mirip sama KD nggak, sih? (gambar dari sini)
Perubahan penampilan Aurel di foto tersebut memang bisa dibilang mengejutkan. Wajahnya yang dulu bulat menggemaskan, khas ABG, sekarang berubah jadi tirus lengkap dengan make up bak perempuan dewasa. Tudingan demi tudingan pun muncul, salah satunya operasi plastik!
Salah satu cibiran sudah tentu ditujukan pada sang bunda, Kris Dayanti, yang memang sudah mengakui bahwa ia melakukan aneka rangkaian perawatan kecantikan tersebut. Talking about mini me?
Saya nggak berhak men-judge apapun yang dilakukan oleh KD ataupun Aurel, pastinya. Di sini saya mau bahas masalah kita, sebagai orangtua yang kerap menyebut anak dengan sebutan mini me. Apakah ini salah?
Wah, tentu tidak!
Tapi dari kasus Aurel, terlepas dari Aurel melakukan operasi plastik seperti yang dilakukan oleh Mimi-nya, saya belajar bahwa anak akan mencontoh kita. Orangtua merupakan ‘sekolah’ pertama bagi semua anak di dunia ini. Faktor genetik yang mendominasi turunnya kesamaan kita ke anak, ditambah dengan kebiasaan sehari-hari yang mereka lihat dari kita, orang terdekatnya, memang semakin menjelaskan posisi anak sebagai mini me.
Lalu apa?
Di artikel ini, Ira menceritakan pengalamannya bagaimana Nadira diejek jelek oleh seorang anak, dan ketika ia bertemu dengan orangtua si anak, rupanya setali tiga uang.
Sebagai orangtua, kita pasti ingin anak menjadi anak yang baik, pintar, rajin belajar, cerdas, sopan, dan hal baik lainnya. Tapi pertanyaan pentingnya: sudahkah kita mencontohkan hal positif pada anak?
Mungkin kita sabar, berbicara positif, dan super lemah lembut saat bicara ke anak. Tapi bagaimana sikap kita ke orang lain? Ke asisten rumah tangga, ke teman, ke pelayan restoran, dan seterusnya? Apakah sama lemah lembut, sopan dan santun juga? Ingat, anak lebih banyak meniru ketimbang mendengar, lho. Bahkan sebuah studi mengatakan bahwa saat anak belajar bicara, ia meniru gerak bibir kita, bukan mendengar saat sebuah kata diucapkan.
Saya jadi ingat pelajaran yang saya ambil dari Kirana di artikel ini, “Jangan pernah telpon customer service kalau di depan anak”, LOL.
Pesan moralnya apa?
Anak meniru. Titik. Nggak peduli bagaimana gaya bicara atau kasih sayang yang kita tuangkan padanya, tapi kalau di luar sana kita sikap kita ‘berbeda’, maka itu bisa jadi ditirunya. So, kalau misalnya lihat anak keras kepala, nggak bisa dibilangin, bully temannya, penakut, dan seterusnya, yuk sama-sama ambil kaca. Mungkin ada sikap tersebut yang ada dalam diri kita ke orang lain.
Hubungannya dengan kasus Aurel?
Saya sudah menelusuri *bahasa sopannya stalking, haha* foto-foto Aurel di akun sosial medianya, dan saya berkesimpulan, ini sepertinya kecanggihan make up, angle foto dan faktor turunnya berat badan, deh. Pada dasarnya paras Aurel kan memang manis. Seiring usianya bertambah dan melihat Mimi serta Bunda barunya yang juga jago dandan, pasti ia juga ingin seperti mereka, dong. Apalagi, kalau menurut saya, sosok ibu adalah sosok perempuan cantik pertama yang anak kenal. So, meng-copy gaya ibu bagi anak perempuan itu hal yang lumrah. Lagipula, kita sama-sama akui sajalah, dulu waktu ABG pasti sering coba-coba pakai make up punya mama, kan? Atau mari kita akui sama-sama, pasti dulu pernah punya 'masa kegelapan' alias lagi jelek banget baik dandanan atau selera berpakaian. Ya nggak sih?
Cuma bedanya, orangtua kita bukan KD dan Anang, jadi nggak ada yang bahas deh perubahan penampilan ini :D
Btw, ada yang mau berkomentar mengenai hal ini? Silakaaan :)