Sama seperti malam-malam sebelumnya, kalau Bumi sudah tidur, tontonan televisi nggak ada yang menarik, ditambah suami belum pulang, saya sering menghabiskan malam dengan berbincang dengan teman-teman lewat chatting online. Kalau nggak BBM, ya, WhatsApp. Tapi tentunya dengan mereka yang saya tahu jam tidurnya serupa dengan saya, menjelang dini hari baru merem :D
Malam itu, tanpa sengaja saya membaca update status seorang teman yang khawatir kalau cairan ketubannya berkurang. Setelah ngobrol, dia bilang kalau di usia kehamilan minggu ke 28, dokter menyatakan air ketubannya berkurang. Akibatnya, posisi sang masih sungsang karena sulit untuk memutar kembali kepalanya ke jalan lahir.
“Nggak tahu, nih, kenapa bisa begini. Sekarang, sih, semua upaya udah gue lakuin, kalau sholat, sujud gue lebih lama, intinya kalau ada kesempatan untuk nungging, ya, gue nungging, deh. Bahkan, biasanya gue males banget ngepel karena memang sudah ART, sekarang tugas itu gue ambil alih. Waktu kontrol, dokter, sih, menyarankan supaya gue banyak minum air putih dan bedrest dan minum vitamin,” kisahnya saat itu.
Lebih lanjut, ia pun mengaku kalau selama hamil memang jarang sekali minum air putih. Umh, pantas saja, sih, pikir saya saat itu. Soalnya, teman baik saya sejak zaman SMA ini dari dulu memang paling males minum air putih. Tiap hari kalau jajan ke kantin, pilihan minumnya nggak lain cuma teh kemasan dingin atau es kelapa muda. Istilahnya, melihatnya minum air putih kemasan jadi pemandangan yang langka.
Amat disayangkan, saat hamil kebiasaanya nggak juga berubah. Padahal, dia sadar, lho, kalau air ketuban merupakan cairan yang paling penting untuk bayi yang sedang dikandung. Nggak cuma berfungsi sebagai pelindung janin dari benturan, air ketuban juga berfungsi untuk memudahkan janin bergerak dalam rahim yang nantinya akan membantu pembentukan tulang. “Nyesel, sih, gue kenapa sampai hamil masih juga jarang minum air putih,” tulisnya waktu itu.
Ngomongin air ketuban, cairan ini memang banyak sekali manfaatnya. Mulai dari menjaga suhu di rahim tetap stabil, sehingga di mana pun kita berada, si bayi bisa tetap merasakan kehangatan dan nyaman. Belum lagi manfaat penting air ketuban yang lain, untuk merangsang jaringan paru-paru janin untuk berkembang.
Jadi kebayang, ya, kalau jumlah air ketuban kurang pasti akan berakibat fatal karena akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Jika sebelumnya bayi akan merasa aman dengan adanya cairan ketuban, kurangnya air ketuban ini bisa membuat bayi seakan tumbuh dalam ruang yang begitu sempit. Sulit bergerak ke sana ke sini. Bahkan, efek yang lebih buruk lagi bayi bisa sama mengalami cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan.
Beruntung waktu hamil dulu, mama saya adalah orang yang paling cerewet dan nggak pernah capek ingetin saya untuk selalu banyak minum air putih. Bahkan katanya, “Kalau setelah buang air kecil juga langsung minum, ya, soalnya cairan kamu kan sudah berkurang tuh,” imbuhnya.
Ditambah lagi, sebagai new mom, saya sering banget cari-cari informasi yang berkaitan dengan masa kehamilan. Salah satunya saya paling rajin mengiikuti thread forum female daily (insert link forum yang bahas soal berkurangnya air ketuban).
Karena nggak mau terjadi hal yang baruk terhadap kehamilan saya, salah satu langkah yang paling mudah dan murah saya lakukan adalah dengan menambah jumlah air minum yang saya asup setiap. Menurut Buku Konsensus Nasional Kecukupan Air yang sudah saya baca, ibu hamil dan menyusui di Indonesia memang wajib menambahkan 300 ml menjadi 2,3 liter sehari.
Saya pernah membaca dalam sebuah artikel, biasanya, volume air ketuban akan terus bertambah dan mencapai puncaknya pada minggu ke 34 kehamilan. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, jumlah cairan ini terus meningkat. Normalnya, pada usia kehamilan 10 – 20 minggu, jumlah air ketuban sekitar 50 – 250 ml. Biasanya, saat kehamilan sudah memasuki minggu 30 – 40, jumlahnya mencapai 500 – 1500 ml.
Sedangkan kalau air ketuban kurang dari normal, kurang dari 500 cc istilah medisnya disebut dengan oligohidroamnion. Selain itu, dalam buku Air Bagi Kesehatan tertulis kalau sebenarnya oligohidroamnion merupakan salah satu bentuk hipovelemia ringan akut.
Padahal, kalau dipikir-pikir untuk menghidari supaya oligohidroamnion nggak sampai terjadi caranya cukup mudah. Minum air putih yang dengan jumlah yang cukup. Cukup untuk ibu dan janin yang ada dalam kandungan. Selain itu, jangan lupa juga memperhatikan kualitas dari air minum tersebut. Toh, kata dokter kandungan saya kalau kita banyak minum nggak usah khawatir akan terjadinya kelebihan air ketuban atau polihidroamion.
Supaya nggak menyesal di kemudian hari, buat para ibu hamil, yuk, jangan ragu untuk minum air putih dalam jumlah yang dibutuhkan.