Saat tiba-tiba anak terserang diare, yang pertama terpikir pasti,"Habis makan apa, ya, kira-kira?". Biang keladi penyakit pencernaan memang biasanya salah makan (food poisoning) dan kuman penyakit. Karena itu ibu-ibu pasti streng kalau anaknya main yang kotor-kotor karena takut kotoran termakan karena tangan yang tidak bersih. Lalu mulailah gerakan semua harus bersih, kalau perlu semua disteril dan diberi anti bakteri biar semua bakteri mati sebelum masuk mulut anak.
Betulkah semua harus bersih sesteril-sterilnya?
Ternyata, nih, terlalu bersih menjadikan kita nyaris sama sekali tidak terpapar kuman. Memang betul nggak mungkin menghilangkan kuman 100%, tapi makin sedikit terpapar kuman berarti tubuh kita tidak punya lawan tanding untuk berlatih melawan. Kebayang nggak, sih, kita hidup hari ke hari tanpa masalah? Nggak ada kesulitan yang perlu dipikirkan, walau mungkin apa yang pertama kita pikirkan salah.
Nggak ada yang memaksa kita untuk mencari solusi tertentu, walau mungkin solusi kita salah.
Nggak ada yang memicu kita untuk B-E-L-A-J-A-R, mulai dari yang kecil.
Akibatnya, saat tertimpa musibah yang lebih besar, mental langsung down.
Sama dengan penyakit. Tanpa memberi kesempatan tubuh untuk belajar mengenali mana kuman baik dan mana kuman jahat, saat terkena kuman yang jahat dan kuat yang ada langsung sakit. Kebanyakan anak-anak yang sehari-hari alat makan dan minumnya disteril sampai besar, makannya juga terlalu teliti dijaga, akan lebih rentan sakit. Justru lebih sering diare.
Cairan dan sabun anti bakteri bekerja mirip dengan antibiotik. Mematikan kuman yang baik juga. Nah, malah kekurangan tentara, dong, kita? Sudah nggak pernah latihan, kekurangan tentara pula. Lengkaplah syarat untuk penyakit bergantian datang.
gambar dari sini
Beberapa teman saya yang punya pengalaman 'sedikit-sedikit steril' juga mendapati anaknya lebih jarang sakit (terutama pencernaan) ketika berhenti sterilisasi dan melakukan sanitasi sewajarnya.
Saat saya sedang menulis ini, saluran televisi National Geographic Wild sedang menayangkan episode World Weirdest Creepy Cures. Salah satu bagiannya tentang jenis cacing yang dulunya sering ditemukan dalam usus manusia ternyata berperan penting dalam membantu kekebalan tubuh. Pembasmian cacing ini di masa pengobatan maju menyebabkan manusia rentan menderita penyakit usus akut yang bisa berakibat usus berlubang dan harus dipotong. Jenis cacing lain malah justru kerjanya membantu melonggarkan saluran sinus. Terapi 'pemberian' cacing ini telah membantu meringankan banyak orang dari gejala alergi dan sinusitis.
Lalu saya langsung teringat mudahnya mengatakan,"Anakmu kurus pasti cacingan, deh" dan jargon bahwa obat cacing harus diminum setiap enam bulan. Bila ini terus terjadi, cepat atau lambat kita akan menemukan pasien penyakit usus akut dan sinusitis berat seperti di Amerika Serikat sekarang ini.
Jadi apa yang harus dilakukan? Membiarkan anak makan sembarangan? Main sembarangan? Cacingan sampai kurus?
Tentu saja tidak. Kan, kata kuncinya 'jangan berlebihan' :).
Biasakan anak dan anggota keluarga mencuci tangan, tapi tidak perlu sabun anti bakteri. Sabun mandi atau sabun cuci tangan biasa pun cukup. Menjaga kebersihan itu penting, tapi tidak perlu idealis dan singkirkan paranoid.
Cairan anti bakteri tetap bisa dipakai, tapi hanya pada kondisi tertentu, bukan untuk sehari-hari. Lagipula penggunaan setiap hari malah membuat kumannya kebal.
Obat cacing silakan diminum bila ada indikasi cacingan yang mengganggu, menghambat perkembangan, atau menyebabkan jatuh sakit. Tidak untuk dikonsumsi rutin juga, ya.
Dan terakhir, banyak belajar tentang penyakit yang umum pada anak-anak untuk tahu apa yang harus dilakukan; kapan perlu obat, kapan ke dokter, dan tanda-tanda kegawatdaruratan.