banner-detik
BEHAVIOR & DEVELOPMENT

Be There, Be Focus, Be Happy & Be Clear in Mind

author

adiesty15 Jan 2014

Be There, Be Focus, Be Happy & Be Clear in Mind

"We may not able to prepare the future for or children, but we can at least prepare our children for the future" Franklin D Roosevelt

Setuju dong, ya, dengan quote di atas? Sebagai orangtua, kita memang nggak pernah tau masa depan anak kita akan seperti apa. Apakah nantinya jadi pengusaha, politikus, presiden atau bahkan jadi pengangguran yang maunya malas-malasan di rumah? Duh, untuk pilihan yang terakhir, sih, naudzubillahmindzalik, deh. *amiin berjamaah*. Tapi paling nggak, salah satu peran besar orangtua seperti kita ini adalah menyiapkan anak-anak untuk tumbuh berkembang secara optimal.

Beberapa waktu lalu saya sempat mengikuti salah satu parenthood seminar Jakarta Kids Festival di Kota Kasablanka. Seminar yang mengangkat tema 'Membesarkan Anak Tangguh, Sehat dan Bahagia' ini menggandeng Ratih Ibrahim sebagai pembicara. Wuih, setelah sempat ngobrol-ngobrol dan "mencuri" ilmu dari Mbak Ratih, saya akhirnya dikasih kesempatan lagi bertemu ibu dua orang anak ini.

Seperti yang saya duga sebelumnya, seminar ini sangat seru. Jauh dari kesan yang membosankan. Selain memang temanya menarik, Mbak Ratih  selaku pembicara juga sangat lugas dan blak-blakan dalam menyampaikan materinya. Waktu itu Mbak Ratih membuka seminar ini dengan mengajukan pertanyaan pada seluruh peserta. "Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata tangguh? Dan siapa saja yang berharap kelak anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang tangguh, sehat dan bahagia?".

Jawabannya, pasti sudah ketebak, ya. Jawaban seluruh peserta seragam, punya impian kalau anaknya bisa tumbuh jadi anak tangguh, sehat dan bahagia. Yang jadi persoalan, bagaimana caranya? Mengajarkan anak memiliki karakter yang tangguh dan nggak mudah menyerah sehingga mampu melihat kegagalan sebagai sebuah tantangan. Berhasil atau tidaknya anak tumbuh menjadi sosok yang tangguh, sehat dan bahagia, kuncinya memang ada di kita, orangtua. Ketika mendapati anak kita gagal atau hidupnya berantakan, sebagai orangtua, pasti kita jadi orang pertama  yang merasa sangat sedih. Bahkan, bukan nggak mungkin jika akhirnya timbul perasaan gagal menjadi orangtua. Ibaratnya, sekaya atau sebanyak apapun harta yang dimiliki jadi nggak berarti kalau gagal mendidik anak.

"Yang pasti, ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Be there, be focus, be happy, dan juga be clear in mind".

Jangan lupa, untuk mengajarkan 4 hal di bawah ini

  • Mengenali diri dengan baik, berani untuk berbeda dan unik.
  • Memiliki motivasi dan tujuan yang  jelas.
  • Memiliki fungsi intelektual yang baik.
  • Berwawasan luas, peka pada kebutuhan lingkungan dan mampu merespon dengan tepat sesuai dengan tuntutan yang ada.
  • Impact the world.
  •  

    Ia pun melanjutkan, supaya anak kita nantinya bisa jadi tumbuh jadi  SDM yang resource full, berarti anak kita harus kompeten dan bisa berkembang sesuai umurnya. "Misalnya, anak satu tahun itu seharusnya sudah bisa belajar jalan, dan ngomong. Kalau sudah sampai tiga tahun belum bisa, ya, kita sebagai orangtua cari tahu kenapa.  Jangan terus-terusan menipu diri dan bilang, 'ah nggak apa-apa kok. Nanti lama-lama juga bisa ngomong dan jalan," ungkapnya.

    Selain itu, kunci membuat anak tumbuh jadi sosok yang tangguh, anak juga harus punya kecerdasan emosional harus baik. "Kalau balita tantrum, ya, nggak apa-apa. Semua tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Anak tantrum itu kan cara mereka mengekspresikan apa yang mereka rasa. Kalau kita yang sudah tua ini, tantrum karena suami nggak mau beliin tas Hermes, itu baru aneh," candanya lagi. Jangan lupa untuk selalu bangun komunikasi yang efektif. Di mana kita harus mampu menyampaikan pesan dengan jelas, singkat, padat dan sistematis. Kalau istilahnya Ibu Elly Risman, otak anak balita belum bersambungan, jadi memang belum mampu menangkap kalimat yang terlalu panjang.

    Perhatikan intonasi suara ekspresi wajah dan bahasa tubuh serta wajib hati-hati saat memberi komentar. Jangan sampai kalimat yang kita gunakan bersifat bullying yang justru hanya membuat anak merasa down. Misalnya komentar negatif  “Duh, kok begini aja nggak bisa, sih? Kan sudah ibu kasih tau berulang-ulang."Walaupun apa yang dilakukan anak masih jauh dari ekspektasi, apa yang dilakukan anak juga harus dihargai. Jangankan anak-anak, ya, kita saja yang dewasa selalu berharap orang lain bisa menghagai usaha apapun yang sudah kita lakukan. Jadi nggak aneh rasanya kalau setiap anak juga mau mendapat reaksi positif dari orang-orang sekelilingnya. Terlebih kita, sebagai orangtuanya.

    Umh, tugas orangtua memang banyak.  Dan rasanya nggak akan berhenti sampai nafas terakhir. Tapi, saya sangat setuju dan yakin dengan apa yang  Mbak Ratih bilang,  kalau kita bisa menjalankan 4B (be there, be focus, be happy & be clear in mind), anak-anak kita bisa tumbuh menjadi anak yang tangguh, sehat dan tentunya bahagia. Bagaimana menurut Mommies?

    Share Article

    author

    adiesty

    Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan