banner-detik
FINANCIAL WELLNESS

Menyisihkan Uang Buat: BELANJA! :)

author

Baby_ZK11 Dec 2013

Menyisihkan Uang Buat: BELANJA! :)

Ibu-ibu yang ga suka shopping coba ngacung! Loh kok ga ada yang ngacung? Shopping memang hobby dan me time kebanyakan wanita ya. Wanita mana yang gak suka shopping? Apalagi sekarang semakin mudah saja kita melakukan aktivitas belanja karena beberapa offline store kini merambah customer dengan online store-nya. Belanja pun jadi bisa dilakukan di mana saja, kapan saja. Di kamar mandi, di dalam mobil, bangun tidur, mau tidur, sambil lari pagi, begitu mudahnya kita menghabiskan uang kita dalam sekejab. Kalau saya, ditambah lagi dengan “racun” teman-teman sesama Ibu-Ibu di Whats App group, misal salah satu dari kami pergi berlibur, lalu salah satu nitip sandal atau make up, pasti latah ikutan titip juga.

Belum termasuk info bazaar atau sale di social media dan iklan-iklan produk. Bayangkan saja para pengiklan ini menghabiskan puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk biaya promosi hanya untuk meyakinkan kita bahwa produknya layak untuk dibeli. Yang pada akhirnya banyak wanita yang terjebak menjadi emotional spender. Emotional spending bisa diartikan kita mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sebenernya tidak terlalu kita butuhkan, atau bahkan sebenarnya tidak terlalu kita inginkan. Selama memang pengeluaran kita masih seimbang dengan pemasukan, hal ini masih dianggap wajar. Tetapi kalau sampai besar pasak daripada tiang, lalu kemudian utang kartu kredit menumpuk, itu namanya bencana. Untuk itu pengaturan anggaran rumah tangga sangat penting untuk keseimbangan antara keinginan dan kebutuhan.

Bagi saya dan suami, bersenang-senang itu wajib dalam financial planning keluarga. Tentu saja setelah prioritas disusun, dan kami harus disiplin mematuhi prioritas tersebut. Kalo memang beberapa pos dana penting seperti dana rumah tangga, dana KPR, dana pendidikan, dana pensiun, dana darurat sudah dipenuhi baru kita susun dana untuk bersenang-senang seperti dana shopping.

*gambar dari sini

Setiap bulan saya membuat dana shopping sendiri untuk membeli barang-barang yang saya inginkan, seperti tas, baju, CD musisi favorit atau kosmetik misalnya, itu jelas wants bukan needs, karena sebenarnya kan saya sudah memiliki barang-barang tersebut. Tapi dalam pembelaan saya, barang tersebut bisa jadi needs karena wants (sambil tersenyum penuh arti).

Jumlah dana shopping disisihkan jika ada sisa setelah semua pos dana penting terpenuhi. Umumnya kita menghabiskan sekitar 20% dari income untuk kebutuhan shopping. Namun untuk beberapa barang tersier yang mungkin harganya cukup mahal, saya kumpulkan dana dari luar gaji saya dan suami. Misal dari bonus tahunan, sisa hasil usaha koperasi kantor, uang dinas keluar kota, hasil keuntungan jualan, ataupun pemasukan lain di luar income utama kami.

Hal ini sangat berhasil untuk membuat pengeluaran kami tetap terkontrol, karena tau persis seberapa kemampuan kami. Dan rasanya punya kelegaan tersendiri karena berhasil menjalankan rencana. Seiring waktu, dana shopping ini secara tidak langsung akan membentuk shopping habbit kita. Dan Me time berbelanja pun bisa dilakukan dengan puas tanpa merasa bersalah. Sebagai Ibu, Istri dan direktur keuangan dalam keluarga, tentu saja kita harus bisa menjadi smart spender. Saya sendiri belum tertarik untuk membeli barang secara cicilan. Menurut saya pribadi cicilan hanya berguna untuk sesuatu yang bersifat investasi. Tas branded termasuk investasi bukan ya? (lagi-lagi sambil tersenyum penuh arti).

Share Article

author

Baby_ZK

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan