“Selamat datang di malam-malam kurang tidur, ya..”
Kalimat itu biasanya saya ucapkan untuk teman-teman yang baru saja punya bayi. Menakut-nakuti? Tidak juga. Supaya waspada, maksudnya. Haha.
Selain baby blues, ASI nggak keluar, kurang tidur adalah salah satu hal yang kerap dikeluhkan oleh para orangtua baru. Ya, newborn memang biasanya memiliki pola tidur yang berbeda dengan orang dewas. Mereka tidur 2-4 jam nonstop sepanjang hari, siang dan malam. Wajar sekali kalau seorang ibu baru merasa kekurangan jam tidur. Secara biasanya kita tidur 8 jam nonstop, kan?
Ada beberapa kiat yang bisa dijadikan patokan mengenai tidur anak, antara lain:
Di usia 3-4 bulan, kita biasanya baru mulai bisa memprediksi pola tidur anak. Berapa kali sehari ia tidur, jadwalnya setiap jam berapa saja, dan lain sebagainya.
Nah, di usia inilah, Mommies bisa mulai membaca tanda-tanda yang dikeluarkan oleh si bayi. Misalnya, ada anak yang jadi rewel kalau ngantuk, menggaruk-garuk matanya, dan lain sebagainya.
Hapalkan jadwal tidurnya dan konsisten. Jika bayi terbiasa tidur jam 10 pagi setelah ia mandi dan menyusu, maka tidurkanlah. Di malam hari, kalau ia terbiasa tidur setelah maghrib, bawaia ke kamar. Saat bepergian, biasanya jadwal ini akan sedikit ‘kacau’. Santai saja, Mommies, kalau ibunya santai, anak juga nggak rewel, kok. Percayalah.
Jangan tidurkan anak kalau ia sudah terlalu lelah. Maksudnya, jika biasanya ia tidur jam 10, maka persiapkan ia tidur 10-15 menit sebelumnya.
Ada yang anaknya ‘kagetan’ kalau tidur? Dulu anak saya begitu pas usia 2-3 bulan. Kemudian ada yang menyarankan untuk menidurkannya di posisi telungkup. Saya lakukan hal itu, dan ajaib, Langit tidurnya lebih lelap. Tapi catatan nih kalau mau menidurkan anak dalam posisi telungkup, pastikan kita atau ada orang dewasa yang mengawasi. Pastikan juga di dekat wajah bayi tidak ada bantal, selimut, boneka atau benda lainnya yang mungkin bisa menghambat pernapasan bayi. Makanya, saya menidurkan Langit di posisi telungkup hanya di siang hari.
Kalau saya dulu membedakan suasana tidur siang dan malam. Jadi kalau siang, ia tidur bisa di ruang keluarga, di kamar Mama saya, atau di depan TV (pake kelambu yang kaya tiding saji, tuh). Nah, kalau malam sudah pasti di dalam kamar dalam kondisi yang sudah ganti baju, lampu kamar mati dan hanya menyalakan lampu tidur. Dengan membedakan suasana ini, berharapnya bayi belajar perbedaan siang dan malam. Di saya, metode ini ampuh sehingga saya nggak pernah ngerasain begadang saat punya bayi.
Saat bayi terbangun di malam hari, entah ingin menyusu atau ganti popok sekali pakai, saya terbiasa untuk tidak mengajaknya bercanda atau bermain. Hal ini supaya si bayi tau bahwa memang belum saatnya bangun dan bermain. Sampai saat ini Langit berusia 5,5 tahun, ia jarang sekali kebangun malam dan susah tidur lagi, palingan begitu hanya kalau lagi sakit saja.
Humm.. apalagi, ya? Yang terpenting diingat adalah, peran pasangan sangat penting di masa-masa ini (dan masa selanjutnya, ofkors!). Jadi, bicarakan bagaimana pengaturan waktu istirahat dengan pasangan. Ada salah satu saudara saya yang suaminya siap sedia bangun tengah malam untuk memberikan ASIP dengan sendok supaya si istri bisa istirahat.
Tentu kondisi ini nggak bisa disamakan pada setiap pasangan, ya. Setiap pasangan pasti punya peraturan masing-masing, kan :)
COMMENTS