banner-detik
PARENTING & KIDS

Hole in My Heart

author

kirana2113 Nov 2013

Hole in My Heart

Devan (4 tahun, TK A) pulang sekolah mengabarkan kalau Bama, teman sekolahnya, akan pindah rumah sambil menunjukkan sebungkus donat kecil dengan kertas nomor telepon Bama di atasnya. Seketika itu saya merasa ada lubang di hati dan mulai mewek. Aneh, ya? Padahal saya nggak kenal sama si Ibu, nggak kenal juga dengan Bama-nya. Hanya sebatas senyum dan anggukan sopan setiap berpapasan di gerbang sekolah saat mengantar anak. Bama juga sepertinya nggak dekat banget sampai BFF gitu sama Devan.

Tanpa saya sadari, ternyata saya terkesan dengan ritual Bama dan Ibunya setiap berangkat ke sekolah. Turun dari motor Ibunya akan mengantar Bama masuk. Sebagaimana anak TK A lain yang baru sekolah, Bama kadang mulai merajuk saat Ibunya hendak berangkat bekerja. Tapi tidak seperti saya yang saat mengantar cuma salim terus pasang muka lempeng dan senyum ala 'sekolah doang ini' saat anak ogah sekolah, Ibu Bama punya kalimat yang berbeda-beda tiap hari.

"Dadah, Pak Komandan, Ibu kerja dulu, ya!" *sambil menghormat*.

Lalu kadang Bama akan mulai mewek,"Buu tungguu, belum saliimm!" dan si Ibu akan kembali untuk salim (padahal tadi sudah) dan bonus satu pelukan lagi sebelum Bama balik masuk kelas.

Lain kali,

"Sekolah yang pinter, ya, Bos! Ibu berangkat dulu."

"Dadah, Ibuu!"

Kali yang lain lagi, setelah semua ritual yang lengkap dan berulang-ulang tapi Bama masih rewel nggak mau sekolah, saya dengar,"..lhoo Ibunya harus berangkat kerja. Nanti Pak Bos di kantor marah kalau Ibu telat."

There's a warm shiver in my heart watching them. Jarang sekali saya melihat yang seperti itu. Kebanyakan anak-anak berangkat ke sekolah dengan si mbak yang sepanjang jalan sibuk menelepon entah siapa. Beberapa anak lain diantar oleh entah-siapa-sepertinya-saudaranya naik motor, turun begitu saja di gerbang dan berlalu. Yang diantar orangtua sebelum kerja juga kebanyakan sama lempengnya dengan saya,"Jangan nakal, ya." (padahal anaknya nggak nakal dan belum tentu nakal!).

Mungkin itu yang bikin saya merasa there's suddenly an empty hollow in my heart. Saya nggak akan lagi melihat mereka, dan ritual hangat itu. Ritual yang mengingatkan saya untuk lebih hangat sama anak-anak, terutama di depan umum (susahnyaaa untuk saya karena saya nggak bisa terlalu ekspresif).

Ibu Bama, terima kasih sudah mengingatkan dan mengajari saya walau kita belum pernah punya kesempatan berbincang. Saya sebenarnya ingin ngobrol dengan Ibu Bama, ingin diajari bagaimana caranya seperti itu. Sayang belum kesampaian.

Selamat pindah rumah, ya, Bama. Semoga banyak teman baru.

*thumbnail dari sini

Share Article

author

kirana21

FD/MD resident


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan