Sorry, we couldn't find any article matching ''
Busui Pertama yang Memerah ASI di Kantor
Saya termasuk orang yang agak perfeksionis. Inginnya semua hal saya persiapkan dan berjalan dengan sempurna, termasuk saat menjalani kehamilan setahun yang lalu. Sejak positif hamil, saya semakin rajin belajar tentang dunia kehamilan dan menyusui. Sebenarnya, bahkan sebelum hamil pun saya sudah mulai baca-baca beberapa artikel seputar itu. Makanya, ketika hamil dan harus mengalami morning sickness, mood swing, dkk, saya sudah paham kenapa semua hal tersebut dialami oleh bumil dan sudah sangat siap menghadapinya.
Ketika usia kehamilan sudah semakin tua, saya sudah mempersiapkan diri untuk menjadi busui. Komitmen saya untuk memberikan ASI kepada Gendra yang waktu itu masih di dalam perut sudah bulat, benar-benar bulat. Saya juga sudah siap untuk menjadi pegawai perempuan pertama di kantor yang memerah ASI di sela-sela waktu bekerja. Untuk itu, beberapa hari sebelum mulai cuti bersalin, saya menghadap bos. Saya utarakan niat saya untuk menyusui selama 2 tahun, dan karenanya saya minta ijin untuk memerah ASI di sela-sela jam kerja (2 sesi/hari, @30-45 menit/sesi) dan pulang ke rumah untuk menyusui saat jam istirahat. Selain itu, saya juga memberanikan diri minta dispensasi untuk tidak ditugaskan ke luar kota minimal selama 6 bulan sejak saya melahirkan dengan alasan masih dalam masa menyusui eksklusif (bahkan sampai sekarang Gendra 9,5 bln, saya masih menolak ditugaskan ke luar kota, apalagi harus menginap). Niat banget! Iya, saya memang niat banget! Bahkan, saking niatnya, saya juga minta ijin untuk memasang tirai di mushola kantor sehingga saya bisa perah di sana (kantor saya belum punya fasilitas ruang laktasi).
Ketika cuti melahirkan habis dan harus kembali bekerja, tantangan menjadi busui pertama yang harus memerah di sela-sela jam kerja pun menghadang. Mungkin, karena sayalah yang pertama memerah ASI di kantor, awalnya, beberapa rekan kerja pria sempat “mengganggu” ketika saya sedang memerah. Mereka terkadang, dengan niat bercanda, menyingkap gorden mushola ketika saya sedang memerah di sana. Namun, lambat laun aktivitas memerah yang saya lakukan menjadi hal biasa bagi semua penghuni kantor. Mereka yang tadinya “mengganggu” bahkan beberapa kali membebaskan saya untuk memerah di ruangannya yang sedang kosong. Saya, yang awalnya sempat kurang rileks saat harus memerah di kantor, menjadi sangaaaaatt rileks dan santai. Rasanya seperti memerah di rumah saja.
Sekarang, Gendra sudah 9,5 bulan dan alhamdulillah masih ASI. Aktivitas perah saya di kantor pun sudah tidak sepadat dulu. Saya sangat bersyukur bahwa jalan saya untuk memenuhi hak Gendra untuk mendapat ASI dilapangkan. When there is a will, there is a way. Intinya adalah niat. Gak sekedar niat, tapi harus NIAT BANGET. Harus berani fight, walaupun jadi yang pertama, walaupun awalnya tidak ada yang mendukung. Karena kalau sudah NIAT BANGET, sebesar apapun tantangannya pasti akan diterjang.
So, semangat pumping, moms! JANGAN MENYERAH!
*thumbnail dari sini
Share Article
COMMENTS