Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan bakal bertambah 250 juta jiwa dengan 28,87 persen di antaranya adalah usia anak sekolah dan balita, ungkap Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal. Tingginya tingkat pertumbuhan anak-anak menandakan betapa masa depan Indonesia untuk bisa maju dan bersaing dengan negara lain berada di pundak mereka.
Sayangnya, masalah kesehatan pada anak-anak di negeri ini kurang mendapatkan perhatian khusus. Angka kematian akibat diare dan infeksi saluran pernapasan pada balita dan anak-anak usia dini sangatlah tinggi.
Sebagian besar penyebaran penyakit pada anak disebabkan oleh tangan yang kotor. Ironisnya justru penularan itu terjadi di tempat-tempat di mana mereka beraktivitas dan membangun harapan.
Beberapa contohnya adalah adalah di Sekolah Darurat TPST Bantar Gebang di Bekasi, Rusun Marunda, Lingkungan RW 013 dan 02 Gandaria Utara, Jakarta Selatan serta beberapa sekolah di daerah kecil di Indonesia.
Gunungan sampah di Bantar Gebang bertumpuk bersama senyuman ratusan anak penghuninya. Semangat mereka untuk membangun harapan yang lebih baik tak kalah dibanding anak-anak yang hidup berkecukupan. Semua itu dibangun dari pendidikan mental positif yang diajarkan di Sekolah Darurat Bantar Gebang. Sayangnya, banyak anak yang sering terjangkit diare dan infeksi saluran pernapasan karena kebiasaan yang tidak sehat. Jangankan cuci tangan menggunakan sabun, faslilitas mencuci tangan yang layak saja tidak ada. Padahal seperti ada ribuan lalat yang mengerubungi setiap kali mereka menyantap makanan. Hampir sama, kejadian serupa juga terlihat di Rusun Marunda, Jakarta Utara. Terlebih di rusun yang jauh dari jalan utama itu hanya memiliki satu posko kesehatan untuk memenuhi fasilitas kesehatan 2447 kepala keluarga atau sekitar 10.000 jiwa yang ada di dalamnya.
Lain cerita di lingkungan RW 011 dan 02 Gandaria Utara, Jakarta Selatan. Hampir di setiap titik konsentrasi warga memiliki wastafel. Sayang, keberadaan wastafel yang hanya terbuat dari ember dan keran air itu tidak berfungsi maksimal. Selain rusak karena tangan jahil anak-anak, wastafel yang tidak ditambah sabun itu juga tidak dimanfaatkan dengan baik oleh warganya. Padahal, kesehatan anak-anak jadi sorotan utama, lantaran mereka lebih rentan terkena penyakit jika lingkungannya kotor. Ironisnya, keberadaan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertepatan dengan Sekretariat RW yang juga merupakan lokasi di mana bank sampah berada. Anak-anak PAUD yang masih berusia 3-4 tahun itu makan dan bermain di tempat pembuangan sampah sekaligus tempat lalat hidup dan berkembang biak. Terlebih, wastafel seadanya dan tanpa sabun membuat kebersihan tangan mereka jauh dari higienis. Maksud hati ingin membantu anak-anak meraih harapan, tapi justru malah mendekatkan anak dengan sampah yang menjadi sumber penyakit.
Keadaan itu semakin miris dengan melihat sekolah-sekolah di Indonesia yang tidak memiliki fasilitas kebersihan cuci tangan yang memadai. Padahal, sekolah adalah sarana utama mereka untuk bisa meraih harapan masa depannya. Penyuluhan dan pemahaman tentang pentingnya kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum makan dan setelah beraktifitas sangat diperlukan mereka termasuk penyediaan fasilitas cuci tangan beserta sabunnya.
Lantas, apa masih bisa kita berharap anak-anak penerus bangsa ini dapat meraih harapannya jika mereka sakit? Dettol melalui gerakan Sentuhan Sehat Dettol berinisiatif untuk membangun tempat cuci tangan yang layak di tempat-tempat yang membutuhkan agar lebih banyak anak yang terlindungi.
Ayo jadi bagian dari inisiatif ini dengan memberikan dukungan Anda di www.sentuhansehatdettol.com. 1 klik Anda, membantu 1 anak yang membutuhkan untuk bisa hidup lebih sehat!