Siapa di sini yang punya anak laki-laki dan nggak punya bayangan sama sekali mengenai sunat? *angkat tangan*. Dulu saya berpikir, “Ah, masih lamalah. Buat apa dipikir dari sekarang?” Eng ing eng ... ternyata sunat itu bisa terjadi lebih cepat dari yang kita bayangkan (biasanya, kan, pada saat usia anak minimal 6 tahun) karena alasan medis. Dari bayi, saya sudah dapat peringatan dari dokter anak langganan kami, Igo ada kecenderungan fimosis, jadi harus kasih perhatian ekstra dalam membersihkan penisnya. Jadi tiap kali Igo mandi, saya selalu menarik kulit ujung penis Igo ke belakang agar kepala penis bisa terbuka untuk kemudian membersihkan lubang dari smegma (kotoran hasil sekresi). Waktu usianya masih 1-2 tahun, sih, mudah, ya. Begitu usia di atas itu, Igo mulai bisa protes ... dia bilang geli dan ngilu. Tapi tetap kami lakukan sambil menjelaskan kenapa hal itu harus dikerjakan. Dokter anak juga kasih tahu kalau begitu usia 4 tahun, kondisi Igo harus dicek lebih lanjut, apakah masih memiliki kecenderungan fimosis atau tidak. Tapi ... kami lalai melakukan pemeriksaan tersebut.
Sebenarnya apa, sih, fimosis itu?
Fimosis adalah penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga kepala penis tidak bisa terbuka sepenuhnya. Dalam kasus Igo, lubang kulupnya sempit jadi agak sulit untuk menariknya ke belakang untuk “mengeluarkan” kepala penis. September lalu, Igo mengeluh kalau penisnya nggak nyaman. Tapi dia masih bisa duduk biasa, saya lihat penisnya nggak bengkak, buang air kecilnya juga normal. Dua hari kemudian Igo mengeluh lagi, kali ini dia bilang penisnya sakit tapi buang air kecilnya normal, penis agak bengkak. Akhirnya saya bawa ke dokter anak dan begitu tahu penis Igo bengkak, langsunglah dirujuk ke dokter bedah umum. Sebenarnya dokter bedah umum memberikan dua opsi ke kami; sunat atau membersihkan kulup dengan tindakan medis. Tapi kami lantas memutuskan untuk langsung sunat dengan pertimbangan: usia Igo sudah cukup besar (4.5 tahun) dan kalau pun sekarang kulup dibersihkan, ada kemungkinan bengkak akan berulang, kan? Siapa yang bisa jamin 100 persen di rumah pembersihan bisa dilakukan maksimal?
Akhirnya hari itu Igo disunat (tradisional) dengan bius total (pertimbangannya takut berontak saat tindakan dilakukan). Masuk ruang operasi pukul 14.30 dan tindakan selesai pukul 15.15. Nggak rawat inap juga karena termasuk operasi kecil. Hanya diminta datang lagi untuk periksa 3 hari setelahnya. Igo sendiri jagoan banget ... dari waktu penisnya bengkak, saya dan suami sudah bilang hal terpahitnya yaitu sunat. Dia banyak tanya ke suami (ya, mosok ke saya yang nggak punya pengalaman? Haha): prosedurnya seperti apa, rasanya gimana, sakit atau nggak, dll. Kami nggak menutup-nutupi, semua dijawab apa adanya. Waktu mau masuk ruang operasi, ia sempat mogok karena takut. Wajarlah, ya, masuk ke ruangan asing untuk satu tindakan yang dia belum pernah tahu.
Masa penyembuhan berlangsung semingguanlah. Walaupun bisa pakai celana sunat (gambar di bawah) tapi di rumah kami biarkan Igo berjalan-jalan dengan celana yang sudah digunting bagian penisnya, haha. Bukan apa-apa, luka seperti itu (tidak diperban) sebaiknya tidak ditutup untuk mempercepat penyembuhan. Perawatan lukanya pun biasa saja. Setelah buang air kecil, basuh dengan air bersih. Selesai mandi, dipakaikan salep. Aktivitas sehari-hari juga biasa saja, paling Igo kami beritahu untuk tidak terlalu aktif dulu karena takut jahitannya lepas. Sekolah? Tentu saja izin seminggu, sampai Igo bisa pakai celana dalam biasa.
Ini, nih, yang namanya celana sunat :p
Saran saya untuk Mommies yang putranya divonis fimosis adalah ... kalau usia di bawah setahun, boleh cari second opinion dulu, lebih baik langsung sunat atau ada cara lain untuk menanganinya. Tapi kalau usia anak sudah di atas 2 tahun, rasanya, sih, lebih baik sunat saja. Toh kalau memang sudah ada rencana sunat di kemudian hari, bedanya hanya memajukan waktunya saja, kan? Nggak perlu khawatir soal masa penyembuhan, agak repot dan butuh tega, sih, tapi Mommies pasti bisa melaluinya, kok. Untuk anak yang usianya sudah bisa berkomunikasi dua arah, ajak diskusi soal sunat, libatkan ayahnya dalam perbincangan ini. Pastikan anak siap sebelum tindakan diambil.
Ada yang punya pengalaman lain soal fimosis atau sirkumsisi? Share, yuk.