Sorry, we couldn't find any article matching ''
Nawla's First Book!
Nawla has published her own first book! Yeay!
Here it is...!
Untuk cover versi PDFnya bisa dilihat di sini : http://www.scribd.com/doc/165773078/Cover-Nawla-s-Book
Ide tentang bikin buku ini sebenernya sudah lama, sejak melihat Nawla suka sekali gambar dan nulis. Di usianya yang ke-3 Nawla sudah bisa nulis kata "IBU". Itu tulisan pertamanya :') Sejak sekolah dan belajar baca tulis di TK-nya (yoi, TK-nya ngajarin baca tulis siiih.. *kurang sreg*) dan Alhamdulillah Nawla ternyata suka baca dan nulis, maka tiada hari tanpa nulis, baca dan gambar. Di rumah, saya gak ngajarin Nawa baca sama sekali, juga nulis. Tapi setiap hari dia pasti buka buku dan mencoba baca tulisan-tulisan di sana, kalo gak ngerti, tanya ibunya (bisa tiap semenit sekali nanya! Benar kata orang-orang, makin anak gede, makin rempong, bo!). Termasuk soal nulis, gayanya dia nulis begini: "Bu, tulis 'Pergi ke sekolah', gimana?" sambil masak atau sambil nulis (juga) ibunya dengan penuh kesabaran mengejakan satu per satu hurufnya. Begitulah seterusnya, sampai Nawla sedikit sedikit bisa nulis kata-katanya sendiri. Bahkan diapun sudah mulai BBM dan Whatsapp-an!
Sampai pada suatu hari, dia menggambar dan menulis sebuah kalimat di atas gambar itu. Ketika saya perhatikan, ternyata dia membuat sebuah cerita. Bisa dilihat di sini. Cerita ini adalah lanjutan dari Buku SPLAT THE CAT yang lagi dia suka banget waktu itu. Begitu katanya. Dan gambar cerita pertama itu dia buat ketika menjelang 4,5 tahun. Saat itulah saya terpikir untuk membantu Nawla bikin buku yang lebih serius (obsesif banget emang emaknya, haha..!). Tapi projek ambisius itu sempat terlupakan, sampai suatu ketika ketika saya berencana untuk mencetak novel saya yang pertama pada hari ultah saya, saya mikir, kenapa gak nyetak buku Nawla juga ya? sekalian, ultahnya cuma beda sehari dengan saya. Maka seminggu sebelum ultah kami, saya dan Nawla ngebut bikin buku. Saya sih tinggal edit dikit novel yang emang udah sejak Februari rampung. Tapi bukunya Nawla bener-bener belum dimulai. Inilah dialog meeting project pertama dengan Nawla pada waktu itu :
Ibu : Naw, gimana kalo Nawla bikin buku dan nanti kita bagikan pas ulang tahun Nawla?
Nawla : Mauuuuuuuuu!!! *jingkrak-jingkrak*
Ibu : Oke, kita bikin ceritanya dulu. Nawla mau nulis cerita apa?
Nawla : *mikir* Putri Nauli!
Nah, tentang karakter Putri Nauli ini adalah originally buatan Nawla yang tercipta sejak lama, mungkin sejak Nawla kecil. Nauli adalah panggilan saya pada Nawla kalo lagi males nyebut huruf "A", Nawla jadi Nauli. Yaah.. gitulah, agak asal emang emaknya. Kebetulan artinya bagus, "cantik" kalo kata orang Medan (Alhamdulillah, Amiin!). Saya sering mendongengi Nawla sebelum tidur kalo pas lagi males buka buku dia selalu minta didongengi tentang Nauli, pake embel-embel Putri. Maka terciptalah karakter Putri Nauli dengan latar cerita beraneka macam, tergantung mood emak dan permintaan anaknya. Ok, lanjut dialognya!
Ibu : Hmm.. Putri Nauli ya? Ceritanya putri Naulinya kenapa nih?
Nawla : Putri Nauli punya mainan, tapi bosen mainnya..
Ibu : Kenapa bosen?
Nawla : hmm.. gak ada temennya.
Ibu : kenapa gak ada temannya?
Nawla : hmmm... karena temannya jahat.
Ibu (kaget!) : Loh, kok jahat? (Sejak sekolah, kosakatanya makin banyak, begitulah anak-anak, beware Buibu!)
Nawla : Mereka gak mau temenin Nauli main.
Ibu : Kenapa?
Nawla : Hmm.. mereka mau main, tapi ambil mainannya rebutan. Naulinya gak mau rebutan mainan!
Ibu : *hmmm.. ini sih curhat nampaknya..* Oke, oke.. coba kita gambar dulu seperti apa Nauli dan mainannya yah.
Dan seterusnya... Intinya, saya coba gali dulu ide itu dari kepala Nawla. Memang sih, jadinya cerita yang amburadul banget, mainannya dibuang lah, terus temennya bawa skuter dan Nauli ikut main lah, terus tiba-tiba settingnya pindah ke sekolah, di sekolah main ayunan dan kejedot lah, etc, etc.. Yaaah, anak-anak imajinasinya emang luar biasa. Semua pasti base on pengalaman Nawla sehari-hari. Menyadari bahwa dia sudah mulai mampu mengadaptasi kenyataan yang dia alami ke dalam sebuah cerita dengan karakter yang bukan dia, menurut saya itu luar biasa. Itu adalah kemampuan dasar dari seorang pencerita, yang sebenarnya dimiliki oleh setiap orang dan pasti dimiliki oleh setiap anak-anak. Itulah yang kemudian makin mendorong saya untuk membantu Nawla membuat cerita yang lebih terstruktur. Dengan struktur yang paling sederhana. Saya gali idenya, saya coba sisipkan ide saya, ada yang dia tolak, ada yang dia terima dan dia kembangkan, begitu seterusnya, sampai jadi sebuah cerita yang utuh. Ini baru ceritanya yah, belum redaksional tata bahasanya.Untuk yang satu itu, saya emang turun tangan banget, hehe.
Mudahkah semua ini? Hoho.. tentu tidak! Seharian penuh saya dan Nawla ngegarap cerita ini, tentunya diwarnai oleh ngambek, rewel, gak terima, karena beda pendapat. Dia keukeuh dengan ke-amburadulannya dan ibunya perfeksionis gila (maka terjadilah perang dunia). Tapi akhirnya jadi juga. Mungkin juga karena Nawla terbiasa dengan dongeng Putri Nauli yang saya bikin spontan tiap mau tidur, jadi ketika diujung perdebatan, saya ambil senjata pamungkas, yaitu sebuah cerita utuh yang lengkap, Nawla mendengarkannya dengan seksama. Dan di dalam cerita itu, banyak idenya juga yang saya pakai, maka ia pun setuju.
Dialog mejelang akhir meeting project (demi menghindari konflik lanjutan) :
Ibu : Oke, jadi gini aja ceritanya : Nauli merasa bosan dengan mainannya, lalu dia beli permen, ternyata gak enak, lalu dia beli cokelat, ternyata gak enak juga, lalu ibu bilang, coba Nauli makan buah, buah ceri ya? Wah, banyak buah cerinya, lalu Nauli bagi ke temannya. temannya senang, Nauli juga senang. Lalu Nauli juga bagi mainannya, temannya tambah senang, Nauli juga. Jadi gak bosen lagi dengan mainannya! Gimana?
Nawla : *angguk-angguk* tapi.. permen ama cokelatnya dibagi juga.. (permen dan cokelat ini ide dia, mutlak, kudu ada! berhubung di kehidupan nyata ini adalah benda langka, hahaha!)
Setelah cerita jadi, maka mulailah dibuatkan ilustrasi. Soal gambar ini, sepenuhnya saya serahkan pada Nawla, paling saya cuma mengarahkan dikit aja, misal: "Gambarin pohon ceri yang buahnya banyak, Naw!" atau "Ekspresinya yang sedih dong.." etc.. Soal warna, bentuk karakternya, termasuk gambar mainannya (dia pilih kelereng karena gampang gambarnya, katanya, hehe!), cokelat, permen, temannya Nauli, itu semua Nawla yang ciptakan. Gambarnya masih sederhana, dan belum konsisten (warna rambut Nauli ganti-ganti, kulitnya juga), tapi saya berusaha untuk gak banyak mencampuri, menurut saya penting sekali untuk mendorong originalitas karyanya. Toh, nanti kalo udah jadi, dia mungkin bisa mengoreksinya sendiri. Yang paling penting adalah, tumbuh keberanian untuk berkarya.
Untuk teknis menggambar, tadinya kita pakai cara biasa, Nawla dan krayonnya. Tapi mikir waktu yang mepet dan keribetan yang sungguh lama kalo gambar itu harus di-scan lalu diedit di Photoshop, lalu masuk Corel, lalu masuk In-design, halaah ribet! Ibunya cuma modal Netbook doang. Maka akhirnya kami putuskan untuk meminta bantuan DoodleBuddy! Yap, meski banyak yang kontra perihal anak balita pegang iPad, tapi untuk yang satu ini saya berani membela, it is okay if they (kids) do something creative with that (iPad, tablet, etc). Enaknya DoodleBuddy ini karena gambar bisa langsung jadi file JPEG. Jadi bisa langsung saya susun di Ms.Word bareng tulisannya, kasih background dan convert ke PDF, kasih ke percetakan, tinggal masukin ke In-Design deh. Beres! Untuk bikin gambar, gak sampai sehari jadi tuh Nawla. Soal DoodleBuddy emang pakarnya doi. Besoknya udah bisa kita bawa ke percetakan. Lalu, jadilah bukunya! Delapan halaman full color dengan kertas Art Paper berukuran A5 (setengahnya A4). Dengan layout yang simpel banget (karya ibunya yang gak ada pengalaman sedikitpun nge-lay out buku), akhirnya jadilah sebuah buku cerita pertama Nawla. In order to her 5th Birthday, dedicated to everyone she loved, begitu kata-kata di samping foto Nawla di cover belakang.
Lalu ketika saya posting covernya pertama kali ke twitter. Banyak juga yang respon. Jadi kepikir untuk jualan buku ini, dan Nawla juga setuju! Memang doyan main jual-jualan juga dia.. Tapi saya pengen ini gak sekedar dijual, keuntungan hasil penjualan harus jadi manfaat yang lebih besar untuk Nawla, Lalu saya usul untuk disumbangkan, dia setuju. Akhinya kita putuskan untuk buka preorder buku ini. Lumayan juga yang pesan. Sebelumya kita cuma nyetak 10 eksemplar untuk dibagikan ke keluarga sebagai ucapan terim kasih Nawla di hari ultahnya (kebiasaan yang saya tanamkan ke Nawla bahwa hari ulang tahun adalah hari untuk kita berterima kasih pada banyak orang yang berperan dalam kelahiran kita). Berhubung cetaknya dikit-dikit, jadi mahal banget. Tapi ya sudahlah, demi kemajuan anak.
Nah, untuk cetakan yang ke dua kita bikin lebih banyak karena yang pre-order lumayan banyak (walo belom sampe ratusan sih, makanya harga cetaknya masih mahal juga! Hiks!). Untuk penyaluran hasil penjualan buku, kita kerja sama dengan Happy Play. Apa itu? Bisa dilihat di sini : www.happyplay.org
So... how is it so far? Yang pasti cetakan ke dua sudah full booked. Kita sudah buka pre-order selanjutnya. Insya Allah cetakan ketiga nanti sudah bilingual! Sambil terus promo untuk pre order selanjutnya, Nawla malah lagi merancang buku ke-2 tentang perjalanan pertamanya ke Bali beberapa hari yang lalu. She looks happy about making a books, Alhamdulillah. Meski saya, mungkin juga Nawla, belum tahu seperti apa ke depannya, apakah dia akan jadi penulis beneran atao tidak, its okay. Belajar menulis atau belajar bercerita itu penting menurut saya. Ini bukan tentang bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan baik, tapi juga tentang bagaimana kita bisa berbagi inspirasi dengan orang lain. Dan kekuatan dari sebuah inspirasi? It can change the world!
Mari menulis! :)
Share Article
COMMENTS