Anak Kecanduan Games?

Behavior & Development

Dedeobi・02 Oct 2013

detail-thumb

Ketika liburan kuliah, saya menyempatkan diri untuk berlibur di kampung halaman ayah saya di Mojokerto, Jawa Timur. Singkat cerita, ada salah seorang saudara saya yang memiliki masalah dengan anaknya yang sangat kecanduan sekali bermain game. Setiap hari sepulang sekolah yang dicari langsung kalo nggak laptop, komputer, PS, atau smartphone milik orangtuanya untuk bermain game.

Sampai-sampai si anak rela menabung dari uang jajannya yang seharusnya diperuntukkan untuk makan di sekolah dan transportasi itu diirit-irit untuk beli kaset game PS atau PC komputer yang terbaru setiap minggunya. Si anak masih SMP kelas 3, memang anak tersebut dari sisi nilai akademis tidak memiliki masalah karena nilainya bagus semua. Tetapi di lain hal ia jadi kurang bersosialisasi dengan lingkungannya, dan cenderung menjadi acuh dengan kondisi di sekitarnya. Sang ibu hingga berkata kepada saya “Seandainya rumah tetangganya kebakaran pasti dia tetep main game, udah kalo main game sampe lupa waktu, lupa ada orang disekitarnya, lupa belajar juga terkadang.”

Sumber: learninghousejaipur.wordpress.comSumber: learninghousejaipur.wordpress.com

Oleh karena itu, saudara saya meminta bantuan kepada saya untuk menghipnoterapi sang anak agar terlepas dari kecanduan bermain game. Ketika saya coba untuk menggali informasi yang ada di dalam pikiran sang anak, saya menemukan bahwa sang anak menginginkan untuk mengikuti suatu program pertukaran pelajar ke luar negeri dari sekolahnya. Ide tersebut pernah sang anak utarakan kepada kedua orangtuanya tetapi orangtuanya tidak mengizinkan karena biaya untuk pertukaran pelajar tersebut mahal bagi mereka.

Tidak sampai di sana, saya menggali informasi yang ada di pikiran bawah sadarnya, saya mendapatkan hal yang lain alasan yang lebih mendasar dan kuat kenapa sang anak terus bermain game, ternyata bukan karena sang anak menginginkan untuk mengikuti program pertukaran pelajar tadi, tetapi sang anak hanya menginginkan untuk pergi jalan-jalan berlibur bersama keluarganya. Kadang orangtua memiliki target suatu pencapaian nilai tertentu ketika sang anak sedang ujian, dan target tersebut bertujuan agar menjaga prestasi sang anak di sekolahnya. Namun, sebagian orangtua lupa memberikan suatu hadiah atas apa yang sudah anak tadi lakukan jika memang apa yang ditargetkan sudah tercapai. Nah inilah yang menjadi ‘penyakit’ di pikiran bawah sadar sang anak, akhirnya sang anak melampiaskan emosinya dengan bermain game untuk mencari kesenangan.

Sehingga saya memberikan solusi kepada orangtua si anak yang sudah mengetahui akar dari permasalahan kenapa sang anak kecanduan sekali bermain game, agar mengajak sang anak untuk jalan-jalan atau berlibur minggu ini atau secepatnya. Sehingga sang anak merasa usahanya untuk belajar dan mendapatkan nilai yang sesuai target diapresiasi oleh orangtuanya.

Dua minggu setelah proses hipnoterapi yang saya lakukan, kini si anak sudah bisa membatasi dirinya sendiri kapan waktu untuk bermain game, kapan waktu untuk belajar, kapan waktu untuk ibadah, dll. Progres ini agar bertahan lama butuh dukungan dari orangtua, keluarga, teman, masyarakat, lingkungan sekitar, bahkan media massa yang memiliki pengaruh terhadap proses pembentukkan pola berpikir sang anak.

*Penulis adalah owner dari situs www.thegold.asia