Sorry, we couldn't find any article matching ''
Remember When You Had a Dream?
Beberapa waktu lalu, saya menemukan infographic di Pinterest and it directly catches my eyes.
Ah, mimpi...
Saya sendiri adalah such a big dreamer. Banyak sekali keinginan saya. Saking banyaknya, sampe bidangnya random banget:D
Bisa dilihat di atas, daftar keinginan yang random ini selalu dapat halangan yang nggak kalah randomnya. Dari komentar dan pendapat orang, sampe ketidakpercayaan diri untuk meraih keinginan.
*gambar dari sini
Beberapa tahun yang lalu saya pernah baca artikel di Kompas tentang seorang penulis yang hobi traveling di Timur Tengah (sayang banget saya lupa namanya). Waktu kecil, ia ditanya oleh guru sekolahnya:
Guru: Anak-anak.. ayo cita-citamu apa?
Murid-murid: Dokter, Insinyur, Pegawai Negeri dan lain lain profesi lazim lainnya
Si penulis ini bilang: “Saya pengen jalan-jalan Bu Guru.."
Ibu Guru: “Jalan-jalan itu hobi, bukan cita-cita. Mana ada profesi jalan-jalan. Gak masuk akal”
Hebatnya, si anak ini tidak patah semangat, dan tidak semerta-merta mengganti cita-citanya seperti anak-anak “normal” lainnya.
Minggu berganti bulan berganti tahun berganti dekade..
Si anak pun berhasil memenuhi cita-citanya.. jalan-jalan, and getting paid for it. Berjalan-jalan keliling dunia, menulis tentangnya, dan mendapat bayaran darinya. Kalau saya jadi dia, saya pasti nyari guru itu dan bilang: Eat that, you negative thinking teacher!!!! :D
Kadang komentar-komentar negatif dari orang–orang di sekitar kita, baik itu orangtua, saudara, atau teman, membuat kita mundur. Bikin kita gak pede, and think that we are not good enough to have a dream. Apalagi kalau mimpi atau cita-cita kita nggak lazim, nggak sama seperti orang lain.
Saya pernah banget ngalamin ini, merasa nggak dapat dukungan dari orang sekitar, akhirnya nyerah sebelum berjuang. Nggak berani, nggak pede meraih mimpi. Mematikan mimpi-mimpi dan akhirnya sempat jadi orang labil yang nggak tau harus apa, nggak punya passion.
Makanya waktu jadi orangtua, dan Si Sulung bilang “Mah, aku pengen jadi pembalap”, saya langsung berkata “Wah, hebat!! Harus makan yang banyak ya, biar kuat balapan” . Hehehe...nasehat yang agak nggak nyambung , karena sebenernya refleks pengen bilang "Ngapain sih, jadi pembalap itu kan bahaya, risikonya tingi, nanti kalau tabrakan gimana? Lagian kalo pembalap di Indonesia dapet duitnya kan dikit, pengeluarannya banyak”, dan keparnoan-keparnoan saya yang lain.
Tapi saya tahan, karena nggak pengen mematikan salah satu hal penting: punya mimpi dan semangat untuk mencapainya.
Saya nggak mau jadi orangtua yang meremehkan anaknya, mengecilkan dan menganggap tidak penting keinginan-keinginan anak.
Ingat nggak sih, dulu waktu kecil, hidup ini penuh dengan hal-hal menyenangkan? Kita bersemangat tentang segala macam hal, tertarik dengan segala yang terjadi di sekitar kita. Tapi beranjak dewasa semua ketertarikan itu pelan-pelan hilang diganti ketidakyakinan, kekhawatiran, dan ketakutan. Akhirnya kita jadi orang yang selalu mengikuti arus, menjalani hidup tanpa gairah.
Yuk, dukung mereka, bersemangatlah menanggapi apapun cita-cita mereka. Because you’ll never know.
Mungkin mereka nanti yang akan membuat pintu kemana saja-nya Doraemon nyata..
Mungkin nanti merekalah yang akan jadi presiden yang memimpin Indonesia menjadi negara yang makmur dan damai bebas korupsi..
Mungkin mereka nanti akan jadi seniman dan scientist kelas dunia mengalahkan Davinci..
Mungkin merekalah yang nantinya menemukan peradaban Atlantis..
Mungkin nanti mereka nanti akan jadi penyanyi pertama yang bisa konser di bulan..
Kita tidak akan pernah tau akan seperti apa anak-anak kita nanti. Tapi jika kita ingin anak-anak kita menjadi orang yang “besar”, please allow them to have big dreams. You’ll just never know..
Share Article
COMMENTS