banner-detik
PARENTING & KIDS

Anak Sekolah, Orangtua Juga Beradaptasi

author

adiesty11 Sep 2013

Anak Sekolah, Orangtua Juga Beradaptasi

Bisa dibilang tanggal 15 Juli 2013 yang lalu jadi salah satu momen bersejarah buat saya dan Bumi. Kenapa? Soalnya pada tanggal tersebut Bumi mulai masuk sekolah. Kelompok bermain Adhyaksa XXI. Horreee.....!

Yup, setelah menimbang-nimbang untuk menyekolahkan Bumi sejak usianya 2 tahun, saya dan suami pun akhirnya sepakat memasukan sekolah anak kami di tahun pelajaran 2013. Itupun karena setelah beberapa kali ditanya dan ngobrol perihal  mau atau nggak masuk sekolah, Bumi akhirnya bilang “Ibu.... Bumi mau sekolah” Jadilah sejak Juli lalu Bumi punya ritual baru setiap Selasa, Kamis dan Jumat. Sekolah.

Beruntung sekali, karena bekerja di Mommies Daily yang sangat paham kebutuhan ibu-ibu, saya pun jadi punya kesempatan untuk mengantar Bumi sekolah di hari pertamanya. Alhamdulillah, ternyata waktu itu Bumi nggak terlalu banyak waktu untuk beradaptasi di lingkungan barunya. Meskipun di awal-awal memang sempat terjadi sedikit drama, karena dia nggak mau masuk kelas dan hanya memilih untuk main di taman sekolah :D

Yang pasti, setelah Bumi masuk sekolah seperti sekarang ini, yang harus dihadapkan dengan kondisi baru ternyata nggak cuma dia saja. Kalau Bumi harus mulai belajar beradaptasi dengan lingkungannya, baik itu dengan guru ataupun teman-temannya barunya di kelas, saya pun sebagai orangtuanya ternyata juga butuh penyesuaian. Tapi, tentu dengan cara dan kasus yang beda, ya.

Mungkin lebih tepatnya, penyesuaian yang harus dihadapi, saya jadi harus lebih pintar mengatur waktu. Contohnya, kalau dulu saya sering toleransi membiarkan Bumi tidur jam 10 malam dengan pembenaran supaya bisa banyak waktu untuk main dengan saya, sekarang sudah nggak bisa seperti itu lagi. Pernah, suatu kali Bumi tidur cukup larut, ujung-ujungnya bangun kesiangan dan pergi ke sekolah tanpa sarapan!

*Aktivitas pertamanya Bumi di sekolah, buat kereta api :)

Terlebih ketika saya harus menerima kenyataan setelah lebaran kemarin si mbak yang mengasuh Bumi nggak balik lagi karena menikah. Duh, rasanya repotnya jadi makin numpuk. Kalau nggak pintar membagi waktu, semuanya mungkin bisa buyar berantakan. Demi merealisasikan kehidupan yang lebih teratur saya pun akhirnya mempunyai cara tersendiri supaya kegiatan saya, Bumi bahkan suami bisa lebih terkoordinir dengan tepat. Mudah-mudahan, apa yang saya lakukan ini bisa membantu Mommies yang lain juga, ya.

To Do List

Saya ini tipe orang yang spontan dalam melakukan hal apapun. Tapi dengan kondisi seperti ini akhirnya membuat saya belajar untuk lebih pintar mengordinasikan segala sesuatunya. Sekarang hampir setiap malam saya membuat daftar apa saja yang harus saya lakukan besok pagi. Dengan bantuan daftar kecil kegiatan yang sudah saya buat, seenggaknya saya jadi tahu step apa saja yang harus saya lakukan. Alhamdulillah, dengan list seperti ini kalau bangun tidur saya sudah nggak bingung lagi dengan prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dulu.

Fokus!

Membuat list seperti di atas memang rasanya sangat mudah. Kenyataannya, yang sulit itu saat harus mengaplikasikannya. Namanya juga hidup, yah, jadi pasti nggak jauh-jauh dari godaan dan cobaan. Apalagi kalau pagi-pagi setelah Bumi bangun tidur, drama pagi hari rasanya susah banget buat dihindari. Supaya rencana yang saya buat nggak buyar berantakan, saya pun harus fokus dan commit dengan jadwal yang sudah saya buat. Bahkan, saya pun harus punya patokan sendiri dengan rentang waktu dengan kegiatan yang harus saya kerjakan. Harapannya tentu supaya semua bisa lebih terorganisir dengan baik. Oh, ya, untuk urusan yang satu ini ada salah satu teman yang menyarankan saya untuk memasang timer. Kalau dipikir-pikir, memang perlu juga, sih, ya. Supaya set waktunya lebih tepat :D

Daftar Menu

Meskipun saya masih tinggal satu atap dengan orangtua sendiri, bukan berarti bisa leyeh-leyeh dan menerima makanan yang dibuat mama begitu saja. Selain karena memang suami nggak bisa makan dengan menu yang aneh-aneh, ya, sebagai ibu dan istri rasanya memang selayaknya sudah bisa mengatur menu makan sendiri, kali, ya. Soal masak, saya sendiri masih jaaaauuuuh dari kata jago. Bisa dibilang beda 90 derajatlah sama mama saya :D Untungnya suami yang lebih doyan dengan sayur-sayuran bening dan tempe goreng akhirnya jauh memudahkan hidup saya. Meksipun begitu nggak mungkin, dong, ya, setiap hari suami saya cuma makan sayur bayam saja. Makanya, saya pun akhirnya membuat daftar menu apa saja yang akan saya masak. Baik untuk suami ataupun untuk Bumi.

Dukungan suami dan keluarga terdekat

Punya suami yang jadwal kerjanya shift pagi dan malam ternyata membawa banyak keuntungan juga. Salah satunya, saya jadi bisa mengatur waktu dan meminta bantuan suami untuk mengantar, menjemput bahkan mengajak Bumi main dan belajar. Jadi, sementara belum ada mbak yang bisa menjaga Bumi dan mama saya sedang ada kegiatan di luar rumah, suami jadi punya tugas yang lebih  untuk menjemput dan menemani Bumi.

Kurangi jadwal playdate

Bisa dibilang saya paling doyan kumpul-kumpul. Jadi, sudah nggak aneh lagi ketika ada teman yang ngajak untuk playdate setelah pulang kantor, lantas saya iyakan. Tapi berhubung sekarang kondisinya nggak memungkinkan, urusan yang satu inipun harus saya kurangi. Biasanya, sih, kalau memang memungkinkan saya akan mengajak teman-teman untuk mengatur kembali jadwal playdate di akhir pekan. Dengan begitu, anak-anak kan juga jadi bisa ikutan.

Nah, kalau Mommies yang anaknya baru mulai sekolah yang lain bagaimana? Ada nggak kiat lain soal manajemen waktu?  Jangan sungkan untuk share, ya, Mom :)

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan