Waktu mengandung Bumi, bisa dibilang saya terlalu fokus dengan segala hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang janin. Hingga setiap ke toko buku, buku yang saya beli lebih sering yang berkaitan soal yang satu ini. Saya justru lupa membekali diri dengan ilmu yang berkaitan dengan menyusui. Mungkin karena saya terlalu menggampangkan. Yang ada di otak saya waktu itu, proses menyusui merupakan hal yang sangat alamiah bagi seorang ibu. Jadi, setiap perempuan yang baru melahirkan pasti bisa langsung menyusui.
Kenyataannya, menyusui nggak semudah yang saya pikirkan. Sepulangnya dari Rumah Sakit, saya mendapati kenyataan kalau ASI ternyata nggak keluar. Seretnya minta ampun. Bumi uring-uringan sepanjang hari karena kehausan. Seperti yang sudah saya tulis di artikel ini, akhirnya sempat membuat saya nyaris nyerah dan mengantungkan asupan Bumi pada susu formula.
Sempat down? Pastilah! Apalagi ada saja yang komentar aneh-aneh dan menyudutkan saya. Termasuk komentar teman yang bilang kalau saya akan susah menyusui karena puting saya yang kecil. Duh, kalau ingat-ingat lagi, sedihnya minta ampun. Bukannnya di-support supaya ASI-nya lancar, eh, malah dapat komentar menjatuhkan seperti itu. Untungnya saya selalu ingat dengan pesan mama yang selalu bilang, kalau semua perempuan pada dasarnya pasti bisa menyusui. Semua tergantung dari niat, mau atau nggak dia memberikan hak bayi sepenuhnya. Pesan mama inilah yang akhirnya selalu menguatkan saya. Tentunya ditambah lagi dengan dukungan suami, keluarga dan teman-teman dekat lainnya.
Berkat dukungan mereka lah akhirnya saya semangat menyusui kembali lahir. Demi produksi ASI lancar, rasanya hampir semua saran saya tampung dan coba. Termasuk mengonsumsi daun bangun-bangun. Setelah mencari berbagai referensi, saya pun mendapatkan informasi kalau daun bangun-bangun ampuh mendongkrak kualitas ASI.
*foto dari sini
Jadilah waktu itu saya mulai repot mencari tahu di mana bisa mendapatkan daun tersebut. Lewat Google, akhirnya saya jadi tahu kalau di Jakarta, daun bangun bangun masih sering dijual di Pasar Pagi Senen. Beruntung sekali, saat saya menceritakan soal keampuhan daun bangun-bangun ini ke suami dan mama tercinta, mereka langsung inisitif untuk membelinya.
Aaah.... dukungan orang-orang terdekat memang teramat sangat membantu demi menyukseskan program pemberian ASI. Dan hal ini benar-benar saya rasakan sendiri. Mungkin, kalau suami, orangtua, serta teman-teman terdekat nggak kasih dukungan, saya nggak akan bisa memberikan ASI ke Bumi hingga usianya dua tahun lebih.
Oh, ya, balik lagi ke masalah daun bangun-bangun, waktu pertama kali nyicipin jujur saja kalau rasanya jauh dari kata nikmat, hahaha. Mungkin hal ini juga berpengaruh dari pengolahan yang salah, ya. Akhirnya mama saya masak gulai ikan yang dicampur dengan daun bangun-bangun ini, rasanya jadi lebih enak. Pantas saja kalau di daerah asalnya, Sumatera Utara, daun bangun-bangun ini jadi salah satu sayuran favorit mereka. Terutama buat ibu-ibu yang sedang menyusui. Kata teman saya yang orang Batak, di rumahnya memang sering masak sayur daun bangun-bangun yang diolah dengan ayam dalam bentuk sop atau gulai yang dimasak secara tradisional dengan santan.
Saya juga sempat membaca salah satu penelitian yang saya temukan dari hasil browsing. Penelitian tersebut menyebutkan kalau daun bangun-bangun terbukti lebih banyak memberikan manfaat bagi ibu menyusui ketimbang moloco ataupun lancar ASI. Di mana kelompok subjek penelitian yang diberikan daun bangun-bangun pada akhirnya memiliki tingkat volume ASI yang jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok ibu-ibu lain yang tidak mengonsumsi.
Daun bangun bangun ternyata juga nggak cuma membantu memperlancar ASI saja, lho. Soalnya tanaman yang banyak ditemukan di India ini juga dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti demam malaria, hepatopati, batu ginjal dan kandung kemih, cekukan, bronkitis, cacingan, kolik dan kejang. batuk, bahkan hingga penyakit asma kronik. Mungkin hal ini dikarenakan daun bangun-bangun mengandung berbagai jenis flavonoid, seperti quercetin, apigenin, luteolin, salvigenin, genkwanin.
Waktu zamannya ASI seret, selain mengkonsumsi daun bangun bangun, saya juga hampir setiap hari tidak pernah melewakan yang namanya makan sayur. Mulai dari sayur katuk, bayam, kangkung, sawi, sup kacang merah, dan segala rupa sayur lainnya. Termasuk sayur asem dengan irisan pepaya muda! Konon, pepaya muda juga bisa membantu produksi ASI makin banyak dan kental.
Nah, kalau Mommies sendiri bagaimana? Mungkin punya makanan lain yang membantu produksi ASI jadi meningkat? Boleh, dong, share di sini. Siapa tahu, bisa membantu Mommies lainnya :)