Keberhasilan saya menyusui Langit selama 2 tahun, membuat saya ingin selalu menyampaikan tentang ASI seluas-luasnya. Kepada siapa saja. Bak konselor laktasi, saya promosikan ASI melalui blog, social media, atau bahkan ketika ngobrol ringan sama teman.
Profesi saya menjadi konselor ASI jadi-jadian ini, tentunya bermula saat saya berhasil menyusui Langit. Kalau melongok blog lama saya di multiply (tapi sekarang tentu sudah nggak bisa, ya, secara sudah ditutup), saya merasa seperti ibu-ibu paling kompetitif di seluruh dunia. Saya judgemental banget. Pokoknya ASI!
‘Pasien’ pertama saya adalah sahabat kuliah.. Sahabat saya ini tau saya menyusui, dan dia pun ingin menyusui. Setelah melahirkan, ia dilanda permasalahan klasik. ASI-nya belum keluar, tinggal dengan mertua plus tenaga medis di rumah bersalin yang ngasih susu formula ke bayinya. O, satu lagi, sahabat saya ini juga bermasalah dengan puting.
Setiap malam saya BBM-an dengannya. Karena anaknya telanjur minum susu formula, dan ia mengalami kesulitan latch on, maka saya sarankan ia untuk tetap memompa ASI-nya supaya masih ada ‘pancingan’. Selama 2 minggu, si bayi masih campur minum susu formula dan ASI yang diperah serta minum langsung sedikiiit.. Hingga suatu hari sahabat saya bbm mengatakan bahwa anaknya sudah bebas dari susu formula dan ASI full. Yeay! Saya bangga banget.
Oh, hal ini terjadi padahal saat itu saya baru hampir 3 bulan menyusui. Sok tau banget, ya?
Pasien saya berikutnya adalah kakak saya. Selain memberinya informasi dan dukungan mengenai ASI, saya juga jadi ibu susu bagi anaknya. Lalu istri dari sahabat saya, sepupu, teman di belahan dunia lain, bahkan yang hanya kenal di dunia maya pun turut jadi ‘pasien’.
Ya, bisa dibilang saya sangat senang bisa membantu mereka. Rasanya ada kepuasan tersendiri saat ‘pasien’ ini lapor bahwa bayinya sudah jago menyusui. Pernah suatu kali sahabat saya yang lain cerita bahwa ia sepertinya akan menyerah pada susu formula. Pekerjaannya yang long hours di sebuah stasiun televisi, membuatnya sulit mengatur waktu memompa ASI. Padahal sang suami sudah jadi ‘kurir’ ASI perahannya setiap hari. Mengingat kondisinya jauh berbeda dengan kondisi saya waktu menyusui dulu, saya hanya bisa bilang, “Terserah elo, setidaknya elo udah berusaha, kan”.
Setelah itu ia nggak memberikan kabar, sampai akhirnya ia kasih kabar bahwa anaknya lulus ASI eksklusif. Wow! Caranya bagaimana? Ternyata ia ngambil cuti selang seling setiap hari. Saya sangat terharu dan bahagia mendengarnya, walaupun curhat si sahabat ini diakhiri dengan “Sekarang gue nggak punya cuti lagi, deh buat liburan..” Hahaha!
Saya dan 2 sahabat yang jadi 'pasien' saya:D
Di lain hari, ada seorang sahabat laki-laki yang BBM menanyakan “LDR itu apa? Kenapa harus ASI? Keuntungan apa? ASI Eksklusif itu apa?” daaaan banyak lagi! Sahabat saya ini istrinya baru hamil dan berarti ia benar-benar masih ‘buta’ masalah ASI. Alhasil seharian saya BBM-an dengannya dengan topik bahasan ASI. Nggak hanya satu sahabat laki-laki yang sibuk bertanya tentang ASI pada saya, lho! Kalau teman lain yang tipenya “ASI urusan ibu”, ia ngasih kontak saya ke istrinya lalu si istri yang langsung menghubungi saya. Nah, tipe yang ini, berdasarkan pengalaman, biasanya tingkat keberhasilannya rendah. Catatan buat para suami, nih. Kalau Anda berperan aktif, sangat membantu tingkat keberhasilan menyusui lho!
Ada juga teman yang setelah istrinya melahirkan nelpon untuk bertanya kenapa ASI istrinya belum keluar, lalu ternyata bayinya di’vonis’ hipoglikemi. Nah, kalau urusan teknis seperti ini, saya akan langsung memberikan nomor telpon konselor laktasi. Karena saya merasa nggak kompeten membicarakan hal tersebut. Biar bagaimanapun, saya bukan ahli ASI, saya hanya ibu yang punya akses lebih ke bidang ASI, kesehatan dan dunia anak. Dan pengetahuan ini lah yang ingin saya sebarkan ke semua Ibu yang saya kenal (atau yang mau kenalan sama saya? Hehe). Saya hanya bisa memberikan support dan hal-hal umum atau pertanyaan 'bodoh' tentang ASI yang hanya bisa ditanyakan ke sesama ibu :)
Bosan nggak sih menjelaskan tentang ASI? Alhamdulillah, sampai saat ini, belum. Malahan, mama dan papa saya sudah tau, kalau ada keponakannya atau kerabat yang hamil, langsung dikasih kontak saya, “Kamu tanya-tanya tentang ASI ke Mbak Ita, deh. Udah deh, ASI paling bagus!”, demikian kata mereka seolah jadi public relation-nya saya. Sempat terpikir untuk mengambil kelas menjadi konselor, tapi mungkin suatu saat nanti :)
Gimana dengan Mommies? Ada yang punya pasien juga seperti saya?