Sorry, we couldn't find any article matching ''
My Kid, My Rule!
Tanggal 08.08 kemarin Clayton genap berusia 1 tahun, which also means I and dear hubby have successfully managed to be Parents for one whole year. Sebelumnya gak kebayang gimana rasanya jadi orangtua, we are a first time parents afterall. Waktu hamil saya sempat cari buku-buku parenting, tapi baru buka Amazon dan lihat review bukunya saya sudah bingung duluan karena banyak banget conflicting theories and practices yang akhirnya malah membuat saya merasa inadequate to be a mother. In the end, saya nyerah dan memutuskan untuk mengikuti maternal instinct saja and it have well so far.
Until……. At Clay’s birthday party I found myself to do a lot of explaining (more like defending myself) to tante-tante, om-om, oma dan opa termasuk teman-teman dan orangtua lainnya… So, excuse me everybody, just as head up I’m gonna list My Rules, you may love it, you may question it, you can even reject it or adopt it.
1. ASI saja untuk Clayton
This may actually need a different article altogether…hihihi. But I’m making this as a first point karena ini adalah keputusan pertama yang ditentang semua pihak. Saya pikir setelah saya berhasil ASI eksklusif dengan bukti si Gembul Clayton, semua bakal diam. Tapi ternyata seiring Clayton bertambah umur, semakin besar pressure buat saya untuk stop ASI. Mulai dari alasan sudah punya gigi, anak jadi manja, sampai ditakut-takutin bakal kena kanker dan “sexualizing” the act of breastfeeding. OH MY!
I believe breastmilk is the best, hopefully for 2years full, he’ll be weaned with love and only when he is ready. As much as I don’t judge moms who formula feed, please don’t judge my boobs!
2. Yes We Co-Sleep
Dari sejak hari pertama Clay lahir, waktu masih di RS pun kita sudah Co-sleep. Even di saat saya masih diinfus nggak bisa gerak, Clay co-Sleep sama daddy-nya.
Takut tidurnya keganggu/ Ketindih/dll? No. He sleeps 11 hours at night. Of course malam-malam pertama Clay pernah ketimpuk tangan daddy-nya dan kaget karena suara ngorok. But now, malah kita yang sering disilat sama Clay.
Nanti manja? No I don’t think so. Banyak anak-anak di desa yang mau nggak mau harus co-sleep sama orangtua sampe gede. Mereka manja? Not really…mereka udah jalan sendiri ke sekolah, bantu orangtua jualan, dll.
And yes, I nurse to sleep. No its not a bad habit. Sejak masuk 11 bulan Clay sudah tau kapan kenyang. Jadi netek aja sebelum bobo. Kenyang neteknya dilepas. Terus dia guling-guling sampe bobo sendiri. The three of us in one bed, me nursing clayton and his daddy behind him cuddling together is the highlight of our day.
How about Romance? Our relationship is doing fine. Malah dengan co-sleeping kita berasa makin lengket. It is also one of the reason kenapa suami nggak bakal keluyuran pulang kerja because he doesn’t wanna missed cuddle time before bed. Plus kita nggak pernah bisa berantem lama-lama karena malamnya harus sudah baikan *malu sama Clayton* hehehe….
As for sex live?? I’d say be Creative *winks*
3. Clayton eats healthy homemade foods, nggak perlu diporsi, nggak pake dipaksa.
Saya nggak tau sudah berapa banyak kali jelasin tentang rules no Gul-Gar (gula dan garam) sampai akhirnya capek sendiri. Of course Clay juga dikasih biskuit dan snack tapi occasional only. Namanya juga snack. Jadi saya benar-benar nggak appreciate kalo ada yang sembarang datang nyuapin makanan ke Clayton. Saya juga suka jengkel di saat ada yang komentar saya merusak usus Clayton karena sudah makan makanan kasar dan table food atau malah menuduh ngasih makanan hambar, kurang vitamin (karena nasi kurang), dll. Tapi yang paling bikin jengkel kalo ada yang “ikutan” nyuap PAKSA alias tangan Clay ditahan, kepala ditahan, sampe pernah mulutnya dipaksa buka. Seriously…Let me tie you to a chair and force feed you with junk food, even if you spit it out I’ll force it back into your mouth and we’ll see you would be happy. And please…nggak usah bandingin porsi makan si anak yang ini yang itu, kalo banyak berarti pinter. Actually nggak perlu membanding-bandingkan anak FULL STOP.
O ya, jangan tersinggung atau menganggap aneh kalau saya ngajak Clay makan bareng di meja makan. Kemaren aja di party-nya Clay, si Clay di”usir” dari meja makan, suruh jalan sama “mbak” baby sitter-nya terus dikasih makan makanan bayi kayak anak-anak lainnya. Sorry, Clay love to seat down and socialize with his meal. He is also big enough to handle big boy food. And he appreciates being included in conversation by replying with his language (aka babbling). So, jangan usir-usir Clayton dari meja makan lagi yah..
4. Clay can play with Dirt and play with everybody.
Yap, kemaren revelation banget disaat Clay wara wiri merangkak sana sini ngejar balon banyak juga tante-tante yang ngikut ngejar Clay buat ngangkat dia dari lantai. “Kotor…Kotor…” saya yang ngekor juga sambil bilang “ga apa apa kok, tadi karpet dibersihin”..hihihi..Kata andalan saya, “Udah biasaaa”. Kalo menurut saya kotor-kotoran nanti bisa dicuci, bisa mandi, tapi pengalamannya nggak bisa terganti. Jadi nggak apa-apa kok Clay kejar-kejaran sama Si Guguk, kejar semut, main nyapu-nyapu. “Udah biasaaaa”.
I also let him play with anybody tanpa pilah pilih status. Temen main Clay mau karyawan, sopir, tukang sayur, satpam, anak tetangga, anak pembantu, sampe anak pejabat semua main sama Clay. Nggak dibeda-bedain. Kecuali temen mainnya itu lagi sakit.
5. Perkataan positif tanpa ngobral kata “NO”, ngumbar janji gombal.
Banyak banget orangtua di sekitar saya yang suka bilang “NO NO NO”. Terus saya bilangin Clay nggak dikit-dikit dikasih tau “No No No” atau “Jangan”. Apalagi kalo sampe dibentak “DIAM” atau dibelalakin mata. Cukup dikasih tau kenapa gak boleh/ kenapa bahaya dan dialihkan ke kata positif. Of course this created a lot of “NO NO” towards me…
“Nanti kalo gede Clay gak bisa dibilangin jangan nyesel!!”
Terbukti, sih, kalau sedang di acara dan ada berdoa, saya cukup berbisik “Clay Lets pray and talk to God, Quiet Time…..(sambil bisikin doa)” tanpa harus membawa Clay ke luar ruangan atau membentaknya. Clay malah anteng walaupun sambil ngintip penasaran orang-orang pada ngapain, hehe. Tentu ada yang benar-benar saya larang dan kayaknya karena kata “jangan” jarang dipake, lebih ngefek ke Clay.
6. Acknowledge what you feel.
Ibu-ibu kalo liat Clay lagi tantrum terus saya biarin jangan cepat-cepat men-judge saya as a Bad Ignorant mother yahh :D Sejak awal memang saya ngajarin Clay buat acknowledge his feeling. Only when Clay was trying to test my limit with tantrums then I found out that this kinda theory actually existed (found thru FD forum of course). Well, it is actually relieving to found that the “method” I’ve been using is a valid and suggested method.
So di saat Clay kejeduk dikit-dikit atau jatuh dikit, saya nggak sembari langsung gendong bujuk atau malah mukul lantainya. Saya ngasih tau itu rasanya sakit, itu akibatnya kalau nggak hati-hati, dan ngasih tau juga kalo sakitnya akan hilang. Now he is a champ! Kalo cuma kejeduk dikit atau jatuh he’ll brush his self off and carry on, kalo yang bener-bener GEDUBRAK baru dia ngomel-ngomel sendiri dan minta digendong.
I also teach him that it is okay to be mad, to be sad and disappointment happens to everybody. It is also okay to let it out. So I’d let him to let his feeling go, nanti kalo sudah plong baru dijelasin baik-baik. Walaupun Clay masih belum bisa ngomong I know deep down he understand somehow.
7. Child (un)interrupted
I only come to this conclusion when I have a revelation that I cannot force a baby to do things I want him to do…despite semua pada bilang “He is a baby!”. Of course you can. It is just like I could not force him to crawl when he was not ready, I also could not force him to accept rice and dairy when his digestion was not ready or he’ll be vomiting all day…but once he hit his milestone, he crawls everywhere and enjoy his cheese. So I decide that I should let him lead me to help in reaching his milestone.
This simply means when he plays…he plays! Nggak pake di-training segala. I’d let him explore and most of the time he can focus his attention to one toy only despite the mountain of toy in his room. Saya juga jarang ngambil barang dari tangannya dan menunjukan “cara main” yang benar. Saya biasanya ngasih contoh saja, lama-lama kalau dia sudah puas mengeksplorasi dengan “the wrong way”, dia bakalan ngikut main “the right way”. Makanya saya jarang banget menggunakan kata “Salah”. I don’t want his creativity limited by mine. Saya nggak pernah paksa mainan tertentu. He chooses his toy, he might like one toy today, and throw it the next day. So Grandma, jangan tersinggung yah kalo Clay lebih milih mainan harga 10ribu dari abang-abang daripada yang sudah dibeliin mahal-mahal.
And yes, please follow the rule “Be Quiet, Clay is Playing” so he can maintain his focus while playing.
8. Be Nice.
Rule be nice ini sebenarnya bukan hanya buat Clayton, tapi untuk siapa saja yang berinteraksi dengan Clay. Alasannya sebenarnya simple aja karena akhir-akhir ini Clay udah kayak mesin fotocopy semuanya ditiru.
Makanya kalau di sekitar Clay please leave your judgemental self behind. Saya sering dengar ada yang bilang "Kalo begini jadi jelek/ gendut/kurus”. Kalau masih kecil begini sudah akrab dengan “labeling”orang gimana gedenya nanti? Keponakan saya waktu usia 3 tahun pernah ngomong “Kalau besar nanti hidung pesek ini mau dioperasi plastik”. Akibat suka dikomentarin berhidung pesek. I can only wonder how it will affect her self-esteem when she grows up.
I also insist Clay nggak boleh diajari mukul (walaupun baby sitter Clay pernah ngajarin mukul). Terus harus biasain bilang thank you and sorry kalau berada di sekitar Clay, which also means adult should be able to say sorry to the kids.
Be nice also means nggak bohong-bohongan alias ngumbar janji gombal, ngancam dan nakut-nakutin semisal “Hayo, kalo gak bobo nanti ditangkap om kumis”, atau “Kalo gak makan gak diajak” dan sejenisnya. Sama seperti saya gak suka dibohongi dan di ancam-ancam, I believe I should just be straight and honest to him, although I think I’m still gonna let him believe that Santa Claus and tooth fairy exist :D .
Just be nice.
I guess sejalan waktu “rules” saya ini akan berubah dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan Clayton. I don’t exactly know in which category my parenting rules fall into nor whether it is the best parenting style. Saya mengapresiasi saran, tips dan trik tentang serba-serbi parenting terutama karena saya adalah first time parent. Tapi seperti saya tidak memaksakan parenting style saya kepada siapapun, saya sangat berharap agar yang lain tidak serta merta memaksa saya atau menjatuhkan parenting style saya cuma dengan bermodal argumen karena saya adalah “ibu perdana”. Saya sangat berharap orangtua lainnya terutama “first time parents” bisa lebih percaya diri tentang parenting skill mereka. Karena belum memiliki pernah memiliki anak sebelumnya, modal kita adalah dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang tumbuh kembang anak dan mere common sense of course. Dan walaupun mungkin attitude saya seperti “I know it all”….believe me I DON’T! All I know that it works for me and, like any other parents, I can only hope and pray that I’m doing the best for my child. We’ll see…
Share Article
COMMENTS